Senin, 12 November 2007

Tragedi Arjawinangun, Kakak Masih Ada di Kereta

KOMPAS - Senin, 23 May 1994 Halaman: 17 Penulis: MULYADI, AGUS Ukuran: 4768 Foto: 1
Tragedi Arjawinangun
KAKAK MASIH ADA DI KERETA ......
"KAKAK masih ada di kereta.... " Kalimat itu meluncur lirih
dari bibir mungil Timbul Jaya (8), salah seorang korban luka berat
"Tragedi Arjawinangun", tabrakan antara KA Tegal Arum dan KA Senja
Ekonomi Solo di Stasiun Arjawinangun, Jumat (20/5) dinihari pukul
02.28.
Suara bocah kecil siswa kelas dua SD YKPP di kawasan Kebon
Jeruk Timur, Cipinang Besar Utara, Jatinegara, Jakarta Timur yang
menjalani perawatan di RSU Gunungjati, Cirebon itu, terdengar lemah.
Matanya terlihat menatap kosong, menahan rasa sakit yang melanda
sekujur tubuhnya. Jarum infus menembus punggung telapak tangannya.
Kepalanya yang luka, dililit perban putih.
Menahan sakit, Timbul Jaya telentang sendiri di kasur putih
rumah sakit. Di ruang rawat anak-anak yang di tempatinya, dia hanya
ditemani seorang anak kecil lain yang sedang dirawat di ruang itu,
yang ditunggui orang tuanya.
Timbul Jaya hanya tinggal sendirian di tempat yang tidak
dikenalnya tersebut, karena kedua orang tuanya, Caryo dan Ny.
Tanija, telah tiada. Kedua orang tuannya termasuk korban tewas
dalam "Tragedi Arjawinangun". Begitu pula kakak perempuannya,
Tanti dan kakeknya, Darna, yang juga tewas akibat kecelakaan itu.
Bocah Timbul Jaya tidak tahu kalau kakak perempuan tercinta
yang dipanggilnya dengan suara lirih, telah meninggalkannya.
Sehingga dia tetap yakin bahwa kakaknya masih ada di kereta. Timbul
tidak tahu kalau kedua orang tuanya dan kakeknya juga telah tiada.
Dia tidak tahu orang-orang dekat yang dicintainya, menjadi korban
kecelakaan itu.
Sekali lagi Timbul Jaya berucap lirih, "Mana Mas Joko?" Orang
yang dipanggilnya tidak lain adalah salah seorang pamannya, adik
dari ibu kandungnya tercinta. Joko juga termasuk salah seorang
penumpang KA nahas Tegal Arum.
***
ROMBONGAN keluarga besar Darna itu berangkat untuk menghadiri
hajatan salah seorang famili di Tegal, sekalian berlebaran Idul Adha
di kampung asal mereka. Rombongan terdiri atas almarhum Darna,
istrinya Ny Rokayah yang menderita luka berat dan masih dirawat di
RSU Gunungjati, Caryo dan istrinya, serta Tanti (anak Caryo). Turut
dalam rombongan itu, Suswanto yang juga dirawat di SRU Cirebon,
serta adik dari nenek Timbul Jaya, yakni Ny Fatitiah yang juga
dirawat akibat lukanya.
Rombongan sembilan orang dari Jalan Kebon Jeruk Timur RT 007/RW
002, Kelurahan Cipinang Besar Utara, Jatinegara, Jakarta Timur itu,
duduk di bangku ujung dalam gerbong satu, dekat sambungan gerbong
dan loko KA. Dari sembilan orang anggota rombongan keluarga besar
Darna, hanya adiknya, Joko Muara (14) siswa Kelas SMPN 202 Pondok
bambu, Jaktim, yang luput dari cedera.
Selain Timbul Jaya, kondisi cukup parah dari satu keluarga
besar korban "Tragedi Arjawinangun" juga dialami neneknya, Ny
Rokaya, yang terlentang tak berdaya di ruang perawatan rumah sakit.
Sama seperti cucu laki-lakinya itu, nenek berambut ikal sebahu ini
juga belum tahu nasib yang menimpa suami, anak, dan menantunya,
serta cucu perempuannya yang telah berpulang ke alam lain.
***
"SAYA sudah sepakat dengan Joko untuk tidak memberitahu dulu
hal itu," ujar Suswanto. Menurut Suswanto, almarhum ayahnya pegawai
rendahan pada Dinas Kebersihan DKI Jakarta di bilangan Kalimalang,
Jaktim. Ibunya berjualan kecil-kecilan untuk membantu menghidupkan
dapur keluarga. Sedangkan almarhum Ny Tanija dan Caryo berjualan
mie baso dan mie goreng.
Mengenai nasib mereka sesudah tragedi KA itu, Suswanto belum
memikirkannya sekarang. Namun Suswanto berharap, dia yang kini
sedang menunggu pengumuman sekolahnya, dapat lulus. Dengan modal
ijasah STM-nya, Suswanto berharap dapat segera bekerja. Mungkin
dalam benaknya, dia turut memikirkan pula bagaimana nasib
keponakannya, Timbul Jaya, yang kini yatim piatu.
Si yatim piatu sendiri, saat ini mungkin masih belum mengerti
apa yang terjadi pada dirinya. Nasib apa yang akan menghadangnya
kelak, saat dia kembali ke sekolah, saat kembali bermain dengan
teman-teman sebayanya. Yang diketahuinya sekarang hanyalah rasa
sakit akibat luka-luka yang diderita. Dia masih terlalu muda untuk
berpikir tentang apa yang bakal dihadapi selanjutnya. Dan itu harus
dihadapi Timbul tanpa sentuhan kasih sayang kedua orang tuanya,
kakak perempuan, dan kakeknya. "Tragedi Arjawinangun" telah
membawa mendung ke hadapan perjalanan hidupnya...(agus mulyadi)
Foto:
Kompas/mul
YATIM PIATU - Bocah Timbul Jaya (8) terlentang menahan sakit di
ranjang RSU Gunung Jati. Timbul kini menjadi yatim piatu setelah
"Tragedi Arjawinangun".