Selasa, 13 November 2007

Gemerlap Cilegon, dari Fastfood Sampai Karaoke

KOMPAS - Jumat, 20 Dec 1996 Halaman: 18 Penulis: MULYADI, AGUS/KUSUMA, BUYUNG WIJAYA Ukuran: 5571
GEMERLAP CILEGON, DARI
"FASTFOOD" SAMPAI KARAOKE
CILEGON awalnya hanya satu kecamatan di Kabupaten Serang. Tidak
ada yang istimewa dari daerah ini, kecuali menjadi daerah lintasan
kendaraan dari dan ke Pelabuhan Merak, 11 kilometer di sebelah barat.
Daerah ini baru menggeliat bangun dan diperhatikan, setelah PT
Krakatau Steel (KS) bermarkas di sana beberapa tahun lalu.
Sektor industri di Kotif Cilegon merupakan komponen penting dalam
pengembangan perekonomian masyarakatnya. Sekarang ini jumlah industri
yang ada antara lain, PT KS dengan 13 anak perusahaannya, serta
sekitar 80 industri berskala besar dan kecil lainnya.
Seperti juga lahirnya daerah baru lain yang didukung industri,
perubahan segera terjadi di Cilegon. Tidak hanya perubahan dalam
bangunan fisik wilayah, tetapi juga sikap hidup, baik penduduk asli
maupun warga pendatang.
Dalam perubahan Cilegon, pendatang memang dominan berperan. Berbagai
macam suku bangsa yang datang dari seantero Nusantara, sebagai pekerja
atau pemodal dari luar negeri, berdatangan ke daerah ini. Untuk
menunjang pertumbuhan ekonomi Cilegon yang begitu pesat, kecamatan itu
diubah statusnya jadi Kota Administratif (Kotif) sejak 1986, agar bisa
lebih mengurus dirinya sendiri. Dalam waktu tidak lama lagi, Cilegon
rencananya akan berstatus kotamadya.
Membanjirnya pendatang yang masuk Cilegon, mengakibatkan terjadinya
perubahan drastis. Mulai dari pola makanan, dengan hadirnya sejumlah
restoran cepat saji (fast food) dengan bendera Kentucky dan California,
restoran-restoran yang menyajikan masakan asing, sampai tempat hiburan
karaoke, sanggar tari, dan diskotek pun bermunculan.
Bermunculannya bisnis makanan dan hiburan menjadi fenomena baru
di Cilegon. Heterogennya warga Cilegon, membuat kota itu begitu cepat
hidup. Untuk memudahkan nasabahnya mengambil uang kapan saja misalnya,
bank-bank di kota itu pun menyediakan fasilitas ATM (automathic teller
machine) di berbagai sudut kota.
Makin maraknya Cilegon terlihat pula dari bertebarannya
kompleks-kompleks perumahan baru dari tipe sederhana sampai rumah
mewah. Bahkan apartemen pun akan dibangun di pusat kota. Tidak
ketinggalan, ribuan bedeng kontrakan pun dibangun warga untuk
menampung pendatang.
Kehadiran sejumlah mal di kawasan itu juta ikut membuat marak
kehidupan Cilegon. Jalan Raya Cilegon, jalan utama yang membelah kota
itu, sepanjang hari sampai malam juga selalu ramai dilalui kendaraan.
Baik itu kendaraan warga setempat, maupun mereka yang hendak ke Merak,
Anyer, Carita, atau Serang.
Tidak hanya mal, restoran, karaoke dan diskotek yang kini bertebaran
di kota itu. Sejumlah hotel juga bermunculan, meski masih kelas
melati. Di kota Cilegon misalnya bisa disebut tempat menginap antara
lain Hotel Gondang, Hotel Cilegon, Hotel Kalyanamita, Hotel Regen, dan
Hotel Sukma.
Tingkat hunian hotel-hotel itu sekitar 70 persen dari jumlah kamar.
Bahkan ada hotel yang sepanjang minggu tidak ada satu pun kamarnya
tersisa kosong. Pendatang yang mengisi kamar-kamar hotel umumnya
adalah para pebisnis.
Kalau pun kamar hotel di Cilegon penuh, para pendatang sebenarnya
bisa pula lari ke kawasan Merak, yang juga masih termasuk wilayah Kotif
Cilegon. Di kawasan itu bahkan ada beberapa hotel berbintang.
Hotel-hotel di Serang yang terletak 17 kilometer timur Cilegon, juga
bisa menjadi pilihan. Toh untuk ke Serang bisa lewat jalan tol melalui
gerbang tol Cilegon Timur.
Derap pertumbuhan Cilegon, pada akhirnya memang membuat makin
sumpeknya kota itu. Akibat lanjutan, harga tanah pun membubung.
Diperoleh keterangan, harga tanah di kawasan pusat kota kini sudah
melambung antara Rp 1 juta - Rp 2 juta per meter persegi.
Mungkin karena harga jual tanah yang tinggi dan makin sempitnya
lahan, maka untuk hunian warga harus dibangun apartemen.
CILEGON menjadi kota administratif (kotif) sejak 1986, meliputi
empat kecamatan yaitu Cilegon, Pulomerak, Ciwandan, dan Cibeber. Jumlah
warganya saat ini tercatat sekitar 300.000 jiwa. Luas wilayah Kotif
Cilegon sekarang 17.500 hektar. Topografi lahannya adalah 76 persen
dataran, 15 persen perbukitan, dan 0,2 persen pegunungan, dengan
panjang pantai 25 kilometer.
Kehadiran industri di Cilegon mempengaruhi kondisi sosial budaya
dan tata guna lahan. Daerah persawahan dan perladangan menjadi daerah
industri, perdagangan, jasa, perumahan, dan pariwisata.
Namun, ternyata tak selalu pertumbuhan suatu wilayah dapat
diantisipasi pemda setempat. Di Cilegon misalnya, tidak ada satu pun
jembatan penyeberangan di jalan utama yang membelah kota itu menuju
Merak. Sepanjang hari, jalan itu dipadati kendaraan pribadi, angkutan
kota, bus, sampai truk. Padahal di kanan kiri jalan, terdapat
pertokoan, mal, dan tempat-tempat kegiatan warga, yang sesungguhnya
membutuhkan jembatan penyeberangan.
Menurut Kasubag Humas Kotif Cilegon, Ny Ruyati, pembangunan jembatan
penyeberangan atau lainnya tidak bisa diputuskan oleh Pemda Kotif
Cilegon sendiri. Semuanya tetap diputuskan di Pemda Kabupaten Serang,
karena Kotif Cilegon masih bagian dari wilayah Kabupaten Serang.
(mul/boy)
Foto:
Kompas/mul
LINTASAN PADAT - Jalan raya yang membelah kota Cilegon, sepanjang hari
selalu padat lalu lintas berbagai jenis kendaraan. Selain sebagai kota
industri, jalan di Kota Cilegon juga banyak dilewati kendaraan yang
mengalir dari Jawa menuju Sumatera dan sebaliknya.