Senin, 12 November 2007

Arti Ibadah Haji Bagi Penduduk Ciniru Kuningan

KOMPAS - Minggu, 10 May 1992 Halaman: 8 Penulis: MULYADI, AGUS Ukuran: 6367
ARTI IBADAH HAJI BAGI PENDUDUK CINIRU KUNINGAN
RUKUN Islam kelima adalah menunaikan ibadah haji, wajib
dilaksanakan bagi muslim yang mampu. Baik materi maupun ke-
siapan mental ketika melaksanakannya. Khusus dari Indonesia,
kelompok terbang (kloter) pertama, akan diberangkatkan se-
rentak dari empat tempat embarkasi, mulai Kamis (7/5) sampai
kloter terakhir diberangkatkan 5 Juni 1992.
Di antara 106.722 calon jemaah haji Indonesia tahun ini,
ada sepasang suami-istri yang mungkin bisa dikatakan istime-
wa. Mereka adalah Muh. Nahrowi (62) dan istrinya Ny. Iti
(56), dari Desa Ciniru, Kecamatan Ciniru, Kabupaten Kuningan
(Jabar).
Bisa dikatakan keduanya adalah pionir dari daerahnya,
karena selama ini, ada semacam kepercayaan bagi penduduk Ke-
camatan Ciniru, untuk tidak menunaikan rukun Islam kelima
itu. Kalau melaksanakannya, konon dipercaya penduduk setem-
pat, akan timbul musibah bagi pelakunya.
Legenda yang turun temurun itu, mungkin bisa dianggap
salah satu penyebab yang menyurutkan niat muslim setempat
untuk menunaikan ibadah haji. Dalam legenda yang dipercaya
penduduk Kecamatan Ciniru disebutkan bahwa salah seorang
yang dianggap pemuka masyarakat setempat pada dahulu kala,
pernah mengimbau warga setempat agar sebaiknya tidak naik
haji.
Dalam legenda itu memang kurang jelas diketahui apa
akibatnya bagi penduduk, jika imbauan dilanggar. Namun tetap
saja cerita itu masih dipercaya sebagian penduduk, sehingga
mereka enggan melaksanakan ibadah haji dengan langsung ber-
angkat dari desanya.
Diramalkan pula dalam legenda, nantinya daerah itu hanya
akan tinggal sebesar niru atau tampah (tempat membersihkan
beras dari kotoran terbuat dari anyaman bambu). Entah kenapa
dan kapan itu terjadi. Dan mungkin karena adanya ramalan
itu, yang menjadi penyebab hampir tidak adanya orang yang
naik haji dari daerah itu.
Kepercayaan terhadap halhal yang tidak logis tersebut,
mungkin menguat pada penduduk Ciniru, karena di daerah lain
di Kabupaten Kuningan yakni di Luragung, ada pula semacam
kepercayaan yang menyurutkan minat muslim menunaikan ibadah
haji, sampai pada beberapa tahun lalu.
Dipercaya penduduk Luragung, bahwa orang yang menunaikan
ibadah haji akan mendapatkan musibah. Karena ada satu tempat
di pinggir jalan antara Luragung-Cileuya, yang dianggap ke-
ramat dan tidak boleh dilalui calon jemaah haji yaitu Cibuni
Haji. Calon haji yang melewati daerah itu, konon akan men-
dapatkan musibah. Karena itu sampai beberapa tahun lalu, ca-
lon jemaah haji asal Luragung, selalu mengambil jalan memu-
tar melalui Cikeusik, ketika berangkat menuju Kuningan sebe-
lum bersama rombongan menuju Pondok Gede, Jakarta.
Namun sejalan dengan meningkatnya kesadaran, keimanan,
dan kehidupan keagamaan, kini calon jemaah haji asal Lura-
gung tidak lagi merasa takut menunaikan rukun Islam kelima
itu. Karena memang, meski melewati Cibuni Haji--kirakira
artinya haji yang bersembunyi atau menyembunyikan haji--
tidak pernah ada musibah yang menimpa calon jemaah haji.
Tahun ini dari Luragung, terdapat 16 calon jemaah haji.
Makin memudarnya kepercayaan terhadap hal-hal yang tidak
logis itulah, yang mungkin pula membuat muslim yang mampu di
Kuningan, lebih terpanggil menunaikan ibadah haji. Termasuk
pula calon jemaah haji asal Kecamatan Ciniru.
***
HAMPIR tidak adanya muslim yang menunaikan ibadah haji
dari Kecamatan Ciniru, mengakibatkan di daerah itu baru ada
tiga penduduk berpredikat haji. "Kurangnya orang yang pergi
haji dari Ciniru, lebih disebabkan karena masalah ekonomi,"
ujar Kepala Desa Ciniru, Sarwa.
Diakui, ada beberapa penduduk, yang secara ekonomi sebe-
narnya mampu menunaikan ibadah haji. Namun sepengetahuan dia
dari obrolan-obrolan dengan kalangan mampu tersebut, selalu
saja diketahui bahwa mereka belum merasa terpanggil untuk
ibadah haji. Karena itu, alasan karena ketakutan pada legen-
da yang dipercaya penduduk setempat, kurang beralasan. Meski
Sarwa mengakui, sebagian penduduk masih ada yang mempercayai
dongeng itu.
Tentang kehidupan keagamaan di Desa Ciniru sendiri menu-
rut Sarwa cukup baik. Majlis taklim umpamanya ada pula, dan
berlangsung seminggu sekali. Sedangkan anak-anak usia seko-
lah banyak yang tekun belajar mengaji tiap hari, di satu pe-
santren di desanya yang baru berdiri dua tahun lalu.
Makin meningkatnya kehidupan keagamaan di Kuningan, khu-
susnya Kecamatan Ciniru, diakui pula oleh Kepala Seksi Urus-
an Haji Kabupaten Kuningan, H. Alimudin. Salah satu indika-
tornya, tahun 1992 ini ada peserta haji dari Ciniru. Karena
sebelumnya baru ada seorang haji yang berangkat dari Keca-
matan Ciniru pada tahun 1987, yaitu H. Kusmadi dari Desa
Cipedes.
Langkanya haji di Kecamatan Ciniru bisa dilihat dari
jumlah haji di kecamatan itu, yang sampai saat ini baru tiga
orang. Selain H. Kusmadi, dua orang haji lainnya adalah H.
Ali dan istri, penduduk Desa Tundagan. Mereka pun sebenarnya
ketika menunaikan haji, berangkat dari daerah lain.
Dengan berangkatnya Muh Nahrowi dan Ny. Iti, serta me-
ningkatnya kehidupan keagamaan di Kecamatan Ciniru, Alimudin
berharap akan memancing minat penduduk golongan mampu Cini-
ru, untuk menunaikan ibadah haji pada waktu-waktu yang akan
datang. Apalagi secara ekonomi, sebenarnya banyak penduduk
daerah itu yang tergolong mampu.
Kepercayaan yang tidak beralasan sama sekali, yang mung-
kin masih menghalangi minat menunaikan ibadah haji, diharap-
kan secara berangsur dapat sirna.
"Kami Insya Allah menunaikan ibadah haji, semata karena
Allah. Tidak ada alasan lain kecuali karena menjalankan iba-
dah, menuruti panggilanNya. Kami menyerahkan segalanya kepa-
da Allah, apa pun yang akan terjadi," ujar Muh. Nahrowi, ke-
tika ditemui di rumahnya Sabtu sore(2/5). Bersama istrinya,
Ny. Iti, tahun ini dia akan menunaikan rukun Islam kelima.
Tentang adanya kepercayaan penduduk terhadap legenda
suami istri itu tidak mempercayainya. Keduanya pun segan
bercerita lebih jauh masalah itu. "Menurut saya, mungkin
penduduk lain yang mampu tetapi belum menunaikan ibadah ha-
ji, hanya karena belum merasa terpanggil saja," ujar
Nahrowi. (agus mulyadi)