Kamis, 15 November 2007

VCD Porno, Pemicu Kasus Perkosaan

KOMPAS - Selasa, 12 Jun 2001 Halaman: 18 Penulis: mul Ukuran: 4241

VCD PORNO, PEMICU KASUS PERKOSAAN

DUA gadis cilik berusia tujuh dan sembilan tahun di Kabupaten
Tangerang, pekan lalu menjadi korban perkosaan dua pemuda tanggung.
Akibat perbuatan itu, masa depan keduanya (sebut saja namanya Mawar
dan Melati) menjadi suram. "Madu" telah terhisap kumbang jauh sebelum
waktunya.

Kasus perkosaan pertama menimpa diri Mawar di Perumahan Dasana
Indah, Desa Bojong Nangka, Kecamatan Legok, Rabu siang pekan lalu.
Tersangka pelakunya, pelajar kelas tiga SLTP (Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama) berinisial TP (16), tetangga korban di Dasana Indah.
Aksi TP, dilakukan di rumah orangtuanya yang sedang kosong.

Perkosaan yang menimpa Mawar, diketahui beberapa jam sesudah
kejadian, ketika ibunya merasa curiga melihat Mawar kesakitan saat
buang air kecil. Setelah didesak, Mawar menyebutkan TP melakukan
perbuatan jahat terhadap dirinya.

Dua hari berikutnya, Jumat siang, Melati, seorang gadis kecil
berusia sembilan tahun, menjadi korban yang dilakukan Nt (14). Melati
digagahi buruh pabrik itu, di belakang sebuah pabrik di Desa
Kadujaya, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang.

"Dua kasus perkosaan itu akan dituntaskan sesuai jalur hukum,
meskipun tersangka pelakunya masih di bawah umur," kata Kepala Polres
Metro Tangerang, Affan Richwanto, Senin (11/6).

KEPADA petugas Kepolisian Sektor (Polsek) Legok dan Curug yang
menangani kedua kasus itu, TP dan Nt mengaku kerap melihat film biru
di rumah teman-teman mereka. Gara-gara melihat adegan yang tidak
semestinya melalui VCD (video compact disc) player/pemutar piringan
cakram, kedua pemuda tanggung itu akhirnya ingin mencoba
merasakannya. Gairah mereka meletup ke permukaan sebelum waktunya.

Mereka pun akhirnya melepaskan hasrat seksualnya kepada gadis
kecil Mawar dan Melati. Mereka telah menjadi tersangka penjahat yang
harus menerima ganjaran mendekam di balik jeruji besi.

Terjadinya aksi perkosaan yang melibatkan anak-anak kecil itu,
diduga erat kaitannya dengan maraknya penjualan VCD porno di
Tangerang belakangan ini. Di mana-mana , di hampir semua tempat
penjualannya, terutama di pedagang kaki lima, peminat dapat dengan
mudah mendapatkannya. Harga VCD porno pun dapat dijangkau kantung
oleh hampir semua kalangan, antara Rp 5.000 - Rp 7.000, per keping.

Piringan cakram berisi adegan-adegan cabul tersebut, memang tidak
dijual secara mencolok, seperti VCD bajakan lainnya yang dijajakan.
Umumnya, pedagang VCD porno menyimpannya di dalam tas mereka atau
tempat lain yang tidak mencolok. Namun ketika ada calon pembeli yang
berminat, pedagang segera menunjukkan tas atau tempat menyembunyikan
VCD porno.

Hal seperti itu misalnya dilakukan dua pedagang kaki lima di
kawasan ujung Pasar Anyar di Jalan Ki Asnawi, dan di depan pabrik
Argo Pantes di Jalan MH Thamrin, Kota Tangerang. VCD porno yang
mereka jual, sebelumnya didapatkan dengan mudah pula dari pedagang di
kawasan perdagangan elektronik Glodok, Jakarta, dengan harga sekitar
Rp 3.500 - Rp 4.000, per keping.

Namun penjualan VCD porno, tidak hanya dilakukan para pedagang di
Kota Tangerang. Diduga, penjualan barang berisi adegan cabul
tersebut, telah masuk pula ke berbagai pelosok desa di Kabupaten
Tangerang, seiring bebasnya penjualan VCD bajakan.

Kepala Polres Tangerang, Affan Richwanto, ketika ditanya
menyatakan belum melihat adanya kaitan antara dua kasus perkosaan
terhadap dua gadis kecil, dengan "bebasnya" penjualan VCD porno di
Tangerang. Namun dia mengakui, kasus perkosaan di Legok dan Curug itu
menandakan telah rusaknya moral sebagian generasi muda.

Tentang bebasnya penjualan VCD porno, menurut Affan karena para
pedagang memanfaatkan setiap kesempatan untuk menjualnya. Ketika
polisi lengah, mereka menjual VCD porno. "Kami akan melakukan razia

VCD porno," janji Affan.
Sebelum jatuh korban lebih banyak lagi, penyebabnya memang harus
diberantas terlebih dahulu. Peredaran bebas VCD porno, tidak hanya
menyuramkan masa depan Mawar, Melati, dan korban-korban lainnya,
tetapi juga merusak moral generasi muda, seperti yang menimpa TP dan
Nt. (agus mulyadi)