KOMPAS - Kamis, 18 Nov 1999 Halaman: 16 Penulis: MUL Ukuran: 3095
MURID SD KERTAMUKTI I BELAJAR DI BEDENG
SUDAH dua tahun lamanya ratusan murid Sekolah Dasar (SD) Negeri
Kertamukti I, Desa Kertamukti, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang,
terpaksa belajar di bedeng tanpa dinding. Itu merupakan pilihan
satu-satunya setelah gedung sekolah mereka itu ambruk. Setiap kali
turun hujan, apalagi disertai angin kuat, sekolah terpaksa diliburkan.
Tidak ada ruang kelas yang memadai. Dan ini juga mengganggu
kegiatan belajar-mengajar. Bedeng beratapkan genting asbes yang hanya
disangga tiang balok kayu, juga dengan balok kayu dibagi menjadi tiga
bagian. Di tiga "ruang kelas" itulah, 211 murid kelas satu sampai
dengan kelas lima berjejalan. Sebagian besar bahkan harus belajar di
luar bedeng karena terbatasnya bangku dan meja.
SD Kertamukti I terletak sekitar 150 kilometer selatan Cilegon
atau sekitar 275 kilometer barat Jakarta. Untuk mencapai sekolah itu
harus melalui jalan yang kondisinya buruk, mulai dari kota Kecamatan
Sumur. SD Kertamukti I berada di tepi jalan rusak berat yang
menghubungkan antara Sumur dan Desa Ujungjaya, desa yang berbatasan
langsung dengan Taman Nasional Ujungkulon.
Kepala SD Kertamukti I, Atang, kepada Kompas, Selasa (16/11)
menyebutkan, dari lima ruang kelas yang sebelumnya ada, hanya tersisa
satu ruang yang tidak ambruk dihantam hujan dan angin. Satu ruangan
yang tersisa disediakan untuk kegiatan belajar 23 murid kelas enam.
"Yah beginilah keadaannya, mau bagaimana lagi. Meskipun tidak
ada ruang belajar, murid-murid saya masih punya semangat untuk
bersekolah," kata Atang.
Disebutkan, gedung SD Kertamukti I ambruk dua kali. Pertama kali
terjadi hampir dua tahun lalu. Sembilan bulan lalu ambruk lagi dua
ruangan. Pada kejadian terakhir, tiga murid sekolah itu menderita
luka-luka karena tertimpa reruntuhan gedung. Ketika ambruk, kebetulan
sebagian murid sekolah itu sedang belajar.
"Bangunan sekolah ambruk karena usianya memang sudah tua. Ketika
terjadi hujan disertai angin cukup besar, bangunan tidak kuat hingga
ambruk," ujar Atang.
Kesengsaraan murid-murid SD Kertamukti I bukan hanya soal tempat
belajar, tetapi juga oleh kurangnya guru. Di SD itu hanya ada empat
orang guru, termasuk Atang yang juga adalah kepala sekolah.
***
ITULAH nasib anak-anak desa! Tetapi minggu kedua November lalu
muncul secercah harapan di benak guru dan anak-anak, mereka akan punya
gedung lagi. Harapan itu muncul ketika Bupati Pandeglang H Yitno
datang berkunjung. Menurut Yitno, Pemda Pandeglang mendapat bantuan
dari luar negeri untuk memperbaiki sedikitnya 77 gedung SD yang rusak,
atau separo dari jumlah gedung SD yang ada di kabupaten itu.
Yitno tak menyebutkan jumlah bantuan tersebut. Namun menurut
Sudibja, Kepala Urusan Tata Usaha Cabang Dinas P dan K Kecamatan
Sumur, perbaikan SD Kertamukti I menelan biaya Rp 97 juta. Hari itu,
guru dan murid menyaksikan langsung kusen-kusen baru untuk sekolah
mereka diturunkan dari sebuah truk. (mul)