Kamis, 15 November 2007

Alasan Investasi, Tetapi Banyak yang Telantar

KOMPAS - Selasa, 23 Apr 1996 Halaman: 12 Penulis: IM/VOL/PEP/MUL/KSP Ukuran: 4264

ALASAN INVESTASI, TETAPI BANYAK YANG TELANTAR

SEORANG pemilik rumah di Kota Tigaraksa (sekitar 27 km barat
kota Tangerang), menuturkan, dia membeli rumah secara kredit di
tempat itu hanya sekadar iseng sambil investasi. Rumahnya yang
berukuran luas bangunan 93 m2 dan luas tanah 225 m2, kini ditawarkan
untuk over kredit dengan harga Rp 40 juta. Rumah itu baru dibelinya
satu setengah tahun lalu, dan pembayaran kreditnya sebesar Rp
1.450.000 per bulan.

Cicilan rumahnya sudah berlangsung satu setengah tahun, dengan
lama kredit 10 tahun. "Kalau rumah tipe sama yang dibangun sekarang
cicilannya sudah Rp 1,8 juta per bulan. Ukuran tanahnya pun lebih
kecil," kata pemilik rumah di Grogol yang tidak mau menyebutkan
namanya ini.

Menginvestasikan rumah menjadi alasan utama mengapa banyak
rumah kosong. Di Karawaci III misalnya, rumah tipe 54 dengan luas
153 m2 pada tahun 1992 harganya masih Rp 30 juta, maka pada tahun
1996 ini pasarannya sudah naik lebih dua kali lipat, bahkan tiga
kali lipat. Lokasinya yang dekat (antara 1 km dan 2 km) dengan pusat
perbelanjaan terbesar di Indonesia, Lippo Supermal, ikut menyebabkan
harga rumah di kawasan Karawaci III melesat naik.

Pemilik rumah lainnya di Kota Tigaraksa juga dengan tipe
93/225, menyebutkan akan menjual rumah yang dibelinya secara kontan
sekitar satu tahun lalu. Dia menawarkan harga rumahnya dengan harga
kontan Rp 115 juta. Menurut penduduk Joglo ini, harga rumahnya yang
sekarang dibiarkan kosong itu hanya lebih mahal sekitar Rp 15 juta
jika dibandingkan harga pembeliannya dulu. Kelebihan itu, katanya,
hitung-hitung keuntungan yang diperolehnya.

Di kompleks perumahan Citraraya, kondisi serupa juga terjadi.
Sebagian besar rumah terlihat kosong, dan beberapa di antaranya
diberi kertas pengumuman bahwa rumah itu mau dijual atau
dikontrakkan. Seorang pemilik tipe 66/90 menyebutkan akan menjual
rumah yang dibelinya setengah tahun lalu itu seharga Rp 85 juta.
Harga ini lebih mahal dibanding total pembeliannya dulu yang sekitar
Rp 80 juta.

Sementara itu, beberapa warga pemilik lebih dari satu rumah
yang dihubungi Kompas mengatakan, selain alasan untuk anak dan cucu,
motif membeli rumah adalah untuk investasi. Denny misalnya, seorang
pengusaha, mengaku membeli dua unit rumah di BJ seharga Rp 850 juta
untuk investasi. Rumah miliknya yang dia tempati berada di Pondok
Indah. "Saya kira menyimpan uang yang aman dan menguntungkan dalam
bentuk investasi perumahan," kata Denny.

Alasan Denny memilih rumah di BJ selain lokasinya yang
strategis dan lingkungannya bagus, juga harga tanah yang cepat naik.
"Pokoknya kita nggak akan rugilah," tambah Denny yang mengaku satu
rumahnya untuk dikontrakkan, sementara yang satunya lagi dibiarkan
kosong tetapi masih tetap dirawat.

Sementara Jane (47), warga Tomang, mengaku membeli dua rumah di
VBI untuk dua anaknya yang berusia 22 dan 25 tahun. Menurut Jane,
kedua rumah itu dikosongkan dan tidak berniat untuk dikontrakkan.
"Kalau kedua anak saya sudah kawin dan berniat menempati, ya tinggal
diperbaiki atau direnovasi kembali," kata Jane.

Tetapi bagi Ani, ibu rumah tangga yang membeli rumah untuk
anaknya mengakui, rumah sengaja dikosongkan karena alasan di
lingkungan perumahan tersebut masih sepi. "Nanti kalau sudah ramai,
anak saya pasti akan pindah," kata Ani yang juga membiarkan rumah
untuk anaknya itu telantar.

Dari beberapa kawasan pemukiman, rumah tanpa penghuni itu
tampak sebagian besar sebagai rumah kedua. Misalnya Ny Pindi,
membeli rumah di Perumahan Pondok Timur Indah Jatimulya hanya untuk
investasi. Rumah bertipe 45/110 itu kemudian dijual dengan harga Rp
45 juta. Setelah rumah itu terjual, ia membeli rumah lagi di

Perumahan Bekasi Jaya Indah (BJI) Bekasi Timur. Dia sendiri bersama
keluarganya sehari-hari tinggal di Peninsula Estate di Pekayon,
Bekasi Selatan.(im/vol/pep/agus mulyadi/ksp)
teks foto:
Kompas/pep
RUMAH ILALANG --Sebuah rumah tak dihuni di sebuah perumahan di
Jakarta Selatan, penuh rumput dan ilalang. Rumah itu ada pemiliknya,
meski terkesan dibiarkan telantar tanpa perawatan. Banyak rumah lain
memperlihatkan pemandangan sama.