Senin, 12 November 2007

Terjepit Antara Ujung Kulon dan Selat Sunda

KOMPAS - Jumat, 03 Dec 1999 Halaman: 17 Penulis: MULYADI, AGUS Ukuran: 4988

--------------------------------------------------------------------------------

TERJEPIT ANTARA UJUNGKULON DENGAN SELAT SUNDA

BERKENDARAAN di jalan mulus antara Labuhan-Tanjunglesung,
Kabupaten Pandeglang, terasa sangat nyaman. Di jalan yang sepi
itu, laju kendaraan bisa dipacu. Kalaupun ada gangguan, hanyalah
akibat rusaknya lima jembatan kuno dan dua jembatan baru yang
sedang diperbaiki, serta keramaian di depan pasar Kecamatan
Panimbang.
Kenyamanan sama bisa pula dirasakan di sebagian jalan antara
pertigaan Citeureup-Cibaliung-Cimanggu. Anatomi jalan yang
berkelok-kelok, naik-turun membuat perjalanan semakin asyik. Di
beberapa lokasi memang masih ada jalan rusak yang sedikit mengganggu
kenikmatan berkendaraan.
Ruas jalan sepanjang sekitar 20 km antara Citeureup-Cimanggu
itu, diapit perbukitan hijau. Sepanjang perjalanan tampak rumah-rumah
panggung di lingkungan yang asri. Meskipun dindingnya hanya anyaman
bambu dan atap anyaman daun kelapa kering, rumah-rumah mungil itu
menyejukkan mata.
Akan tetapi, selepas Cimanggu menuju barat, kondisi jalan mulai
rusak. Sebelum sampai ke kota kecamatan Sumur, badan jalan
berlubang-lubang dan lapisan aspal sudah mengelupas.
Selepas Sumur menuju Desa Kertamukti, perjalanan semakin berat
karena kondisi jalan sangat buruk. Di bawah guyuran hujan pertengahan
November lalu, siksaan semakin terasa karena kendaraan bisa terpeleset
akibat jalan yang licin. Bisa-bisa masuk ke dalam saluran air di kedua
sisi jalan.
Satu truk yang mengangkut sembilan bahan pokok tampak terseot-seot
di jalan licin dan berlubang-lubang itu. Satu saat truk itu terjebak
masuk ke dalam kubangan. Setelah berusaha selama belasan menit, sopir
truk itu baru bisa mengeluarkan kendaraannya dari kubangan.
Dalam perjalanan selanjutnya dia tampak semakin hati-hati agar
bisa selamat sampai tujuan di Ujungjaya, di pinggir Taman Nasional
Ujungkulon. Ujungjaya merupakan kampung terakhir permukiman penduduk,
sebelum memasuki kawasan Ujungkulon. "Sampai Ujungjaya kondisi jalan
seperti ini," ujar sopir truk itu.
Lima desa di ruas jalan itu-Kertamukti, Tunggaljaya, Cigondrong,
Tamanjaya, dan Ujungjaya-sudah lama nyaris terisolasi akibat buruknya
jalan tersebut. Desa-desa itu dibelah jalan kampung, yang belum
disiram aspal.
Warga telah lama memimpikan jalan desa itu diaspal agar mulus,
semulus jalan menuju kawasan wisata Tanjunglesung. "Sepertinya kami
dianaktirikan Pemda Pandeglang." ujar Gunawan (40), warga Desa
Tunggaljaya.
***

MIMPI itu bukan tanpa alasan. Panjang jalan antara Sumur-Ujungjaya
hanya 25 kilometer, tetapi dampaknya sangat besar. Selain mematikan
aktivitas warga, juga mengganggu perekonomian desa. Hasil pertanian
dan laut nyaris tak bisa dijual secara layak.
Padi, kelapa dan paliwija serta ikan dihargai sangat rendah oleh
pedagang keliling. Satu butir kelapa hanya dihargai Rp 400. Padahal
bila bisa dijual di pasar-pasar yang ada di Labuhan atau Tangerang,
harganya Rp 1.500 per butir. "Kalau jalan tidak rusak, pasti harga
kelapa di sini lebih tinggi," kata Ny Amsah (45), warga Desa
Kertamukti.
Hal sama dibenarkan oleh warga lainnya, Gunawan. Menurut dia,
tingkat kesejahteraan warga sulit terangkat, jika jalan tetap
dibiarkan rusak. "Saya sangat berharap Pemda Pandeglang mau
memperbaikinya. Jangan hanya jalan Tanjunglesung saja yang dibuat
mulus," ujarnya.
Hasil tangkapan nelayan juga dihargai sangat rendah. Harga lelang
di Tamanjaya misalnya, jauh lebih rendah dibandingkan Citeureup atau
Panimbang. Misalnya, harga satu kilogram ikan teri, di Tamanjaya hanya
dihargai Rp 40.000. Sedangkan di Citeureup dan Panimbang Rp 70.000 per
kilogram. Rendahnya harga hasil pertanian dan nelayan karena pedagang
keliling memperhitungkan biaya transportasi yang sangat mahal.
Dan semakin sulit mengangkat kesejahteraan warga Kertamukti dan
desa-desa sekitarnya akibat terbatasnya lahan pertanian yang bisa
digarap. Lahan pertanian tidak bisa bertambah karena di selatan
terhadang kawasan Taman Nasional. Sedangkan di utara, dibatasi pantai
Selat Sunda.
"Kami terjepit di antara Selat Sunda dan Ujungkulon," kata
Gunawan. Menurut dia, satu-satunya upaya yang bisa membantu adalah
memuluskan jalan, kalau bisa semulus Tanjunglesung. Hal lain yang
bisa diharapkan, warga bisa menjual pantai-pantai yang landai
berpasir putih atau kelabu kepada wisatawan asing dan lokal.
Hanya saja, jawab Bupati Pandeglang, H Yitno, membuat mimpi itu
agaknya akan sulit direalisasikan. "Pemda tidak mempunyai dana cukup
untuk memuluskan jalan antara Sumur-Ujungjaya," katanya. (agus mulyadi)

Teksfoto:
Kompas/agus mulyadi
MULUS - Sebagian ruas jalan antara Citeureup-Cimanggu dalam kondisi mulus,
bahkan bisa disamakan semulus Jl Thamrin di Ibu Kota. Di kiri-kanan jalan
terdapat perbukitan hijau dan rumah-rumah sederhana, menyatu menjadi lingkungan yang asri.