KOMPAS - Selasa, 20 Apr 1999 Halaman: 17 Penulis: MUL Ukuran: 3335
--------------------------------------------------------------------------------
WARGA MAJA TETAP JADI PENONTON
CABAI keriting ternyata bisa tumbuh dengan subur di Bumi Maja,
Kabupaten Lebak, Jawa Barat. Komoditas pertanian yang rasa dan
harganya "pedas" bagi ibu-ibu rumah tangga itu, tumbuh subur dan
berbuah cukup lebat.
Hamparan tanaman cabai jenis keriting yang tumbuh subur di
Kecamatan Maja itu bisa dilihat di dua lokasi perkebunannya di Desa
Cipining dan Desa Tanjungsari. Lahan yang digunakan kebetulan tanah
telantar milik dua pengembang kawasan (developer) yang kini bangkrut.
Dua kebun cabai berada di lahan milik PT Agroindo Adipratama,
pengembang perumahan Rumah Kebon Maja Asri di Cipining, di atas
lahan 1,5 hektar. Kebun lain seluas tiga hektar di atas lahan milik
PT Majasani Pratama, pengembang perumahan Vila Regensi Maja di
Tanjungsari.
Dua hamparan perkebunan cabai itu setidaknya menunjukkan, Bumi
Maja subur. Di daerah itu tidak hanya padi, singkong, ubi jalar,
pisang, sawo, atau rambutan, yang bisa ditanam dan dipetik.
Cabai pun bisa tumbuh, menghasilkan dan menguntungkan penanamnya.
Telantarnya ribuan hektar lahan yang telah dibebaskan 15
pengembang untuk membangun perumahan, sejak sekitar setahun ini memang
telah dimanfaatkan warga untuk kembali bercocok tanam. Warga bisa
memanfaatkan lahan yang belum dibuldozer, dikeruk, dan diratakan
pengembangnya.
***
KEBUN cabai keriting di Vila Regensi Maja, kini sedang memasuki
masa panen. "Panen sudah dilakukan sejak setengah bulan lalu, dan
sampai sekarang sudah lima kali panen, yang dilakukan setiap tiga
hari. Hasil panen keseluruhannya sekitar dua ton," kata Odi (26),
warga Tanjungsari yang bekerja sebagai buruh di perkebunan itu,
kepada Kompas, awal April.
Menurut Odi, lahan yang digunakan menanam cabai itu sebelum
dikuasai dan digusur pengembang, merupakan perkebunan karet.
Sebelumnya warga setempat belum pernah menanam cabai keriting di
kawasan itu. Seorang karyawan PT Majasani Pratama kemudian mencoba
memanfaatkan lahan telantar itu, dan bibit pertama ditanam Januari
1999 lalu.
Sama seperti di Tanjungsari, kebun cabai di Cipining juga bukan
milik warga setempat, tetapi milik karyawan dari developer PT Agroindo
Adipratama. Tanaman di atas lahan seluas 1,5 hektar itu kini telah
melewati masa puncak panen.
Penjaga kebun, Ook (28) menyebutkan, kebun cabai keriting itu
telah dipanen 32 kali. "Hasilnya rata-rata sekitar 1,5 kuintal setiap
kali panen," ujarnya. Ditambahkan, lahan kebun cabai sebelumnya juga
bekas perkebunan karet yang telah dikuasai pengembang pemiliknya.
Kendati tanaman cabai terbukti bisa tumbuh subur di Maja, ternyata
belum menarik minat warga setempat untuk menanamnya. Sama seperti
tumbuhnya perumahan di kawasan itu, tumbuhnya cabai pun hanya bisa
ditonton warga Maja. Mereka tidak bisa merasakan keuntungan pedasnya
harga cabai tersebut.
Paling banter warga setempat hanya bisa menjadi penjaga, dan
buruh kasar di perkebunan cabai itu. Mereka hanya puas menerima upah
Rp 7.000 per hari dari pemilik kebun, tanpa bisa merasakan keuntungan
mahalnya harga cabai yang pernah melambung sampai puluhan ribu rupiah
per kilogramnya. Warga Maja tetap masih menjadi penonton di daerahnya
sendiri. (mul)