Senin, 12 November 2007

Barang Elektronik dari Kaki Ciremai

KOMPAS - Jumat, 28 Apr 1995 Halaman: 18 Penulis: MULYADI, AGUS Ukuran: 6587
BARANG ELEKTRONIK DARI KAKI CIREMAI
HAWA sejuk pegunungan di Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur,
Kabupaten Kuningan, Jabar, membuat penghuninya betah tinggal di
dalam rumah. Tetapi mereka tidak terbenam di depan pesawat televisi
atau tempat tidur. Di dalam ruangan yang lebih hangat daripada di
luar ini, sebagian penduduk menciptakan produk-produk elektronika.
Sejak sekitar 10 tahun lalu, dari rumah-rumah penduduk setempat
tercipta beragam komponen dasar barang eletronik. Sebut saja PCB
(printed circuit board), modul (komponen elektronik setengah jadi
untuk berbagai bentuk elektronik jadi), sampai berbagai barang
elektronik bentuk jadi, seperti tape, power amplifier, equalizer,
booster, dan sebagainya.
Bahkan modul elektronik asal Cisantana, melalui perusahaan
pemesannya di berbagai kota besar, telah diekspor ke berbagai
negara. Produk modul yang dihasilkan penduduk desa yang tinggal di
ketinggian sekitar 800 meter dapl (di atas permukaan laut) ini,
misalnya stereo pre am head & record dan tone stereo. Keduanya
adalah bagian komponen penting tape deck, tape mobil, atau radio.
Sentuhan tangan penduduk setempat, telah mampu dinikmati
penduduk di berbagai daerah Indonesia dan dunia. Sebab produk PCB
Cisantana, akhirnya dipakai berbagai pabrik pembuat barang
elektronik. Produk elektronik Cisantana bisa juga langsung
dinikmati, seperti tape deck, interkom, equalizer, power amplifier,
atau booster, dengan menggunakan merek Pronica dan Ronica.
"Biar gampang disebut dan diingat orang," kata Gunawan (36),
tentang pilihan dua nama untuk merek elektronik Cisantana. Ayah tiga
anak ini adalah perintis pembuatan barang elektronik di desa itu,
sekaligus menghubungi berbagai relasi untuk pemasaran.
***
CISANTANA adalah desa di lima kilometer barat kota Kuningan.
Desa ini nyaris terpisah dengan daerah lain, sebab hanya ada satu
jalan beraspal selebar tiga meter yang menghubungkan desa itu dengan
desa lain, melalui desa tetangganya, Cigugur. Sesudah Cisantana
hanya ada satu desa lagi, Palutungan, desa yang terletak paling
ujung di kaki Ciremai. Bagi para pendaki Ciremai yang melalui
Palutungan, Cisantana tentu sudah dikenal.
Terwujudnya Cisantana menjadi daerah produsen elektronik adalah
dari kedatangan Gunawan tahun 1984. "Udara desa yang masih bersih,
membuat saya betah tinggal di sini. Desa ini juga cukup sepi," kata
Gunawan yang lahir di Pekanbaru, Riau itu.
Sebelum ke Cisantana, Gunawan tinggal di Teluk Gong, Jakarta,
saat dia masih menimba ilmu di jurusan elektronik, Fakultas Teknik
Universitas Trisakti. Namun bangku kuliah tidak diselesaikannya,
karena keburu ke Cisantana.
"Saya tidak betah tinggal di Jakarta, terlalu sumpek," ujar
Gunawan memberi alasan. Ketika seorang kenalannya mengajaknya ke
Cisantana, dia merasa kerasan terhadap kesejukan, ketenangan, dan
udara bersih desa itu.
Gunawan semula membuka usaha peternakan ayam. Maklum, di
kawasan itu banyak penduduk beternak ayam dan sapi perah. Tetapi
belum sampai niat itu terlaksana - padahal sudah membuat bangunan
kandang ayam - Gunawan beralih ke elektronik.
Dunia elektronik sebelumnya sudah diakrabi Gunawan, yang
menamatkan SMP di Pekanbaru dan SMA di Bandung ini. Ketika masih
kuliah di Trisakti dan tinggal di Teluk Gong, dia sudah membuat
berbagai tape deck, dan jenis lainnya. Ketika itu dia dibantu 10
pekerja. Produknya dipasarkan di Jakarta.
***
SEJUMLAH pedagang elektronik kembali dihubungi. Produknya laku
di pasaran, sehingga permintaan terus meningkat. Tidak hanya barang
jadi, tetapi komponen-komponen barang elektronik pun dijamahnya.
Dan ketika permintaan semakin menderas, Gunawan semakin banyak
merekrut tenaga kerja di Cisantana. Sebab permintaan berdatangan
dari berbagai kota besar dan daerah. Gunawan dan produknya telah
dikenal produsen dan pedagang elektronik lain.
Kehandalan "orang gunung" ini makin menarik minat perusahaan
besar elektronik di Indonesia. Alhasil, Desa Cisantana kebanjiran
pesanan komponen elektronik, dari sejumlah pabrik elektronik di
Jakarta, dan daerah lain. Gunawan tentu saja kerepotan, dia semakin
banyak merekrut tenga kerja setempat, bahkan melimpahkan pesanan
kepada sebagian penduduk untuk melayani pesanan yang datang.
Dengan segala kesibukannya, Gunawan makin melebur dengan
penduduk setempat, setelah empat tahun kemudian menyunting gadis
setempat, dan telah menciptakan lapangan kerja baru di Cisantana.
Dari ibu-ibu dan remaja, mereka bekerja dalam kelompok di sejumlah
rumah penduduk. Bahkan kelompok pekerja ini, melebar sampai ke desa
lain di empat kecamatan sekitar.
Gunawan sendiri lalu membangun pabrik khusus untuk pembuatan
PCB di Cisantana, bekerja sama dengan KUD setempat, melibatkan
sekitar 100 orang. Itu belum termasuk pekerjanya yang tersebar di
berbagai desa. Mereka berkelompok mengerjakan komponen elektronik
berbeda. Ada 20 kelompok pekerja di bawah Gunawan.
Di luar itu, lebih dari 200 penduduk setempat juga memproduksi
barang elektronik, kebanyakan berbentuk modul pesanan pabrik besar.
Awalnya mereka bekerja dan dilatih Gunawan. Lalu mereka mengerjakan
sendiri pesanan langsung dari pabrik, melalui rekomendasi Gunawan.
"Mereka menerima pesanan langsung dan mengerjakan sendiri sesuai
keinginan pabrik," katanya.
Salah satu kelompok pekerja adalah Karang Taruna setempat.
"Kami sedang mengerjakan modul tone stereo dari Eltec," kata Asep,
lulusan SPG (sekolah pendidikan guru) tahun 1990. Yang tergabung
dalam karang taruna ini 24 orang.
Cara kerja dalam kelompok-kelompok, menurut Gunawan, seperti
yang dilakukan industri elektronik di Jepang dan Taiwan. Dengan
begitu, pengerjaan masing-masing komponen elektronik tidak saling
mengganggu. Pihak pabrik pemesan, nantinya tinggal merangkai
berbagai komponen itu untuk menjadi produk jadi.
Gunawan tidak melihat berkembangnya kelompok pekerja di
kalangan masyarakat setempat sebagai saingan, karena mereka bisa
saling menunjang dan berkembang. Bahkan diharapkan, pengusaha besar
tertarik membantu kelompok-kelompok itu, terutama penyediaan
peralatan lebih modern. Dengan begitu, mutu produk yang dihasilkan
dapat lebih ditingkatkan. (agus mulyadi)
Teksfoto:
Kompas/mul
BERPRODUKSI -- Sejumlah remaja sedang mengerjakan sejumlah komponen
elektronik. Secara tidak langsung, mereka sudah ikut berproduksi.