Senin, 12 November 2007

Menyelamatkan Caturwulan

KOMPAS - Rabu, 18 Feb 1998 Halaman: 11 Penulis: THY/MUL Ukuran: 3545
MENYELAMATKAN CATURWULAN...
INILAH salah satu kebijaksanaan pemerintah daerah yang di rasakan
langsung masyarakat. Ketika terjadi pemogokan sopir angkutan umum di
sekitar Cirebon selama sepekan, Bupati Cirebon Rachmat Djoehana langsung
memerintahkan agar pejabat Pemda Cirebon yang selama ini menikmati mobil
dinas, harus mengangkut pelajar yang berdiri di pinggir-pinggir jalan
karena tidak terangkut kendaraan bantuan.
"Mobil dinas tersebut pada dasarnya milik rakyat, sehingga ketika
rakyat membutuhkan, mobil tersebut harus bisa dimanfaatkan," perintah
Bupati Rachmat Djoehana.
Maka mulai dari kepala bagian hingga jabatan yang lebih atas yang
mendapat mobil dinas, selama pemogokan berlangsung, bolak-balik mengangkut
pelajar, karyawan hingga ibu-ibu yang akan pergi kepasar. Jika selama ini
pelajar dan karyawan hanya bisa menyaksikan kendaraan berpelat merah
tersebut hilir mudik di tengah jalan, sekarang saat pemogokan berlangsung,
bisa menikmati secara gratisan.
"Lebih enak naik mobil dinas begini. Kalau naik truk bantuan, untuk
pelajar putri karena pakai rok, sangat susah naiknya," kata seorang siswi
SMEA Negeri 2 Lemahabang, Kabupaten Cirebon yang terlambat mengikuti tes
somatif karena baru mendapat angkutan sekitar pukul 07.30 WIB kemarin.
Pemogokan sopir angkutan, memang bukan hanya menyusahkan pelajar dan
karyawan. Guru-guru pun juga jadi serba salah. Jika di liburkan, karena
murid susah mendapatkan angkutan, kebijaksanaan tersebut jelas menyalai
aturan. Namun jika tidak di liburkan, kasihan murid-murid susah mendapatkan
angkutan untuk pergi ke sekolah maupun kembali ke rumah. Tidak mengherankan
jika kemudian, sejumlah guru di Cirebon turut menghentikan kendaraan
pribadi yang melintas, lalu minta pengertian dan minta pertolongan
pengemudi agar bersedia mengantar anak didiknya yang kesulitan angkutan.
Keluhan yang sama juga di rasakan masyarakat yang akan bepergian
ke luar kota karena urusan yang sangat penting. "Saya harus memeriksakan
diri ke dokter setelah operasi, namun tidak ada bus atau kendaraan pribadi
yang berani melintasi Kadipaten karena mendengar di Kadipateng sedang
terjadi kerusuhan," keluh Ny Yeti (27), penduduk perumnas Cirebon yang
harus memeriksakan diri ke dokter penyakit dalam ke Rumah Sakit AL-Islam
Bandung.
Rasa pasrah dilontarkan Ny Euis Karmini (45) yang tidak bisa ke Bandung untuk menengok anaknya yang sakit, karena tidak ada angkutan umum. Kita merasakan dampak pahit dari krisis moneter. Tapi melakukan pemogokan, tidak memecahkan masalah, malah lebih menyengsarakan rakyat," ujarnya geram.
***
KELUHAN soal naiknya harga suku cadang ini, memang yang menjadi alasan
pemogokan sopir dan pemilik angkutan umum. Sebagai contah, minyak rem dari
Rp 5.500 naik menjadi Rp 22.500 per liter. Sedangkan ban yang semula
Rp 80.000 sekarang naik menjadi Rp 300.000 per buah. "Berarti untuk membeli satu buah ban, pemilik kendaraan harus menunggu setoran selama sepuluh hari," kata Iskandar Agus Banaji, ketua Organda Kabupaten/Kotmadya Cirebon menanggapi keluhan pengemudi dan pemilik angkutan umum.
Menurut Iskandar, menaikkan tarif angkutan bukanlah solusi yang tepat
karena daya beli masyarakat saat ini sudah sangat rendah. "Idealnya pemerintah melakukan intervensi sehingga harga suku cadang kendaraan bisa
turun kembali," ujar Iskandar yang memahami namun tidak mendukung terjadinya pemogokan angkutan umum. (thy/mul)