Senin, 12 November 2007

Akan Lahir Kota Baru di Maja

KOMPAS - Jumat, 27 Dec 1996 Halaman: 18 Penulis: MUL/BOY Ukuran: 6391
AKAN LAHIR KOTA BARU DI MAJA
Mengapa mereka mencari kerja jauh dari tempat mereka menguburkan
orangtuanya? Mengapa mereka lari dari desa, di mana mereka disunat?
Mengapa mereka lebih suka mencari keteduhan pohon yang tumbuh di sana,
daripada naungan hutan-hutan kita? Banyak orang yang sebenarnya anak
kita, tapi meninggalkan Lebak........ Mengapa pohon bertanya: di mana
orang yang kulihat bermain sebagai anak kecil di kakiku dulu?
* * *

EDUARD Douwes Dekker alias Multatuli, sudah merisaukan kondisi
Kabupaten Lebak saat dia datang ke daerah tetangga Kabupaten Tangerang
sebelah barat itu. Kutipan di atas adalah penggalan pidatonya, sehari
sesudah dia datang di Rangkasbitung -ibu kota Kabupaten Lebak- dalam
kedudukannya sebagai Asisten Residen Lebak tahun 1856. Kutipan
ucapannya tersebut dimuat dalam bukunya yang terkenal, "Max Havelaar".
Kerisauan Multatuli terhadap kondisi Lebak, lebih disebabkan
kurangnya perhatian warga setempat memanfaatkan potensi daerah itu.
Pada zaman itu warga Lebak sudah berpencaran mencari nafkah ke daerah
lain. Lebak dipandang sebelah mata. Dan mungkin karena kondisi seperti
itulah, yang membuat daerah ini sampai sekarang merupakan kabupaten
paling miskin di Jawa Barat.
Namun itu dulu, hampir satu setengah abad lalu. Kini Lebak sudah
mulai diincar orang, untuk menanamkan modalnya di daerah itu. Kalangan
pengusaha mulai memasuki Lebak, dan mencoba membangun kawasan miskin
itu. Setidaknya kini belasan developer perumahan telah menanamkan
uangnya untuk menuai keuntungan di Kecamatan Maja, salah satu
kecamatan di Kabupaten Lebak di bagian paling timur.
Lantas mengapa Maja yang dipilih? Bukankah lokasi kawasan itu
jauh dari pangsa pasar terbesar perumahan, yakni pekerja Jakarta dan
Tangerang. Lokasi Maja pun cukup jauh dari zona industri Serang yang
terdekat?
Dari Jakarta ke Maja misalnya, harus ditempuh melalui jalan darat
dengan jarak sekitar 70 kilometer. Jalan tercepat saat ini hanya bisa
ditempuh dengan menggunakan kereta api dari Stasiun Maja, sekitar satu
setengah jam.
Belasan kompleks perumahan akan dibangun di kecamatan Maja yang
juga termasuk kategori miskin, seperti terlihat pada kehadiran 18 desa
kategori desa tertinggal (IDT/Inpres Desa Tertinggal). Dari 21 desa di
kecamatan itu, hanya tiga desa tidak termasuk dalam kategori desa IDT.
Para pengembang kawasan perumahan itu, akan mencoba mengubah daerah
Maja menjadi kawasan permukiman baru. Kantor BPN (Badan Pertanahan
Nasional) Lebak, sudah memberikan izin lokasi kepada 16 developer pada
lahan seluas 4.785 ha.
Kehadiran belasan pengusaha swasta itu sendiri dikhawatirkan akan
menggusur warga setempat dari daerahnya. Kehadiran ratusan ribu
perumahan yang akan dibangun, dan sekitar satu juta penghuninya
dikhawatirkan akan menyisihkan warga setempat makin ke pinggiran.
Paling tidak hal itu sudah mulai terjadi, sejak pembebasan lahan
mulai dilakukan tahun 1994. Yang sudah dan mulai tergusur adalah sumber
hidup warga berupa kebun, ladang, dan sawah warga.
Di atas lahan kawasan itu akan berdiri kompleks perumahan Bukit
Sangiang Indah, yang dibangun PT Graha Bina Sentosa, di atas lahan
160 ha.
Pembebasan lahan sawah itu sendiri, dibantah oleh Mujiono, Mantri
Polisi Kecamatan Maja. Menurut dia, tidak ada sawah yang dibebaskan
untuk pembangunan kawasan perumahan. Hanya tanah kering, kebun, tanah
telantar, dan bekas areal perkebunan karet yang akan dijadikan lahan
perumahan.
Hal serupa ditegaskan pula oleh Ir Aan Kusdinar, Kepala Seksi Tata
Ruang Bappeda (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah) Kabupaten
Lebak. Dia mengatakan, tidak ada sawah yang dibebaskan. Lagi pula,
katanya, sawah di Kecamatan Maja tidak ada yang beririgasi teknis.
Semuanya sawah tadah hujan. Dipastikan pula, tidak akan ada permukiman
penduduk yang digusur untuk pembangunan kompleks-kompleks perumahan.
* * *

DI kawasan itu akan dibangun sekitar 250.000 rumah berbagai tipe.
Mulai dari rumah sangat sederhana (RSS), rumah sederhana (RS), sampai
rumah menengah dan mewah. Kalau rumah-rumah itu laku dijual,
diperkirakan lebih dari satu juta jiwa warga baru Maja akan
menempatinya.
Kompleks perumahan Maja akan dibangun oleh 16 pengembang. Lokasinya
tersebar di 16 desa dari 21 desa yang ada di kecamatan itu. Perumahan-
perumahan yang akan dibangun di Maja secara terpadu di antara 16
developer, dan terpadu pula dengan kompleks perumahan di kabupaten
tetangganya, Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Serang.
Ke-16 developer yang akan membangun perumahan di Maja, telah
mengantungi izin prinsip dari Pemda Kabupaten Lebak dan izin lokasi
dari BPN setempat. Mereka adalah PT Jabaragro Nusatama (seluas 400
ha), PT Agrindo Adyapratama (800 ha), PT Armidian Karyatama (250 ha),
PT Grahabina Sentosa (200 ha), PT Cubama Karya Griya (200 ha), PT
Bambu Kuning Metropolitan (75 ha), PT Persada Internusa (500 ha),
PT Equator Kartika (500 ha).
Developer lainnya, PT Bukit Nusa Indah (250 ha), PT Majasani Pratama
(200 ha), Perum Perumnas (500 ha), PT Darmaraya Properindo (200 ha),
Bambu Kuning Mitra Serasi (200 ha), dan Putra Surya Perkasa (700 ha).
Dan developer paling buncit PT Caso Utama (50 ha), meski sampai saat
in baru izin prinsip yang telah dikeluarkan Pemda Lebak, tetapi izin
lokasinya belum.
Sementara desa-desa yang sebagian lahannya sudah dibebaskan dan
dikuasai para developer, antara lain Desa Maja, Sangiang, Mayak,
Padasuka, Pasirkembang, Cilangkap, Cilayung, Ciburuy, Cipining,
Cidadap, Pasirkecapi, Mekarsari, Cibeureum, Tanjungsari, Curugbadak,
dan Curugbitung. Hanya lima desa tidak dimasuki developer yakni Desa
Guradog, Sekarwangi, Candi, Sukamulia, dan Binong.
Lahan seluas hampir 5.000 yang dialokasikan untuk perumahan, hampir
separuh dari total luas wilayah Kecamatan Maja yang sekitar 13.236 ha.
Jumlah warganya tercatat 56.567 jiwa (1.322 KK). Dengan kepadatan
penduduknya hanya 17 jiwa per kilometer.
Di kawasan itu nantinya akan dibangun 250.000 unit rumah berbagai
tipe, dari sangat sederhana sampai rumah mewah. Kalau rumah laku,
diperkirakan sekitar 1 juta jiwa warga baru akan datang menempati
Maja. (mul/boy)