Rabu, 14 November 2007

Sumatera Selatan dan Jambi 2005, Mampukah Bertahan?

KOMPAS Sumbagsel - Sabtu, 31 Dec 2005 Halaman: 28 Penulis: mul Ukuran: 2581 Foto: 4
Sumatera Selatan dan Jambi 2005
MAMPUKAH BERTAHAN?
Banjir awal tahun 2005 di sejumlah daerah di Sumatera Selatan dan
Jambi akibat meluapnya sungai-sungai mengawali masa pahit bagi
kehidupan banyak penduduk di dua provinsi itu.
Keputusan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM)
pada awal Oktober 2005 merupakan pukulan bagi banyak warga
berpenghasilan pas-pasan, termasuk di Sumatera Selatan dan Jambi.
Kenaikan harga BBM, yang diikuti melonjaknya harga-harga barang,
menyebabkan banyak warga tidak mampu membelinya. Penghasilan mereka
tidak lagi mampu menutupi kebutuhan hidup.
Segala daya pun dicoba agar tetap bisa bertahan pada tahun yang
keras ini. Melambungnya harga minyak tanah dihadapi sebagian penduduk
dengan beralih memakai kayu bakar. Ketidakmampuan membeli beras
cukup, disiasati pula dengan mengonsumsi oyek dicampur nasi. Oyek
adalah makanan yang dibuat dari singkong.
Bantuan langsung tunai yang diberikan pemerintah sebagai
kompensasi kenaikan harga BBM tetap tidak mampu membantu penduduk
miskin yang menerimanya untuk keluar dari jerat kemiskinan. Apalagi
pembagiannya carut-marut di banyak daerah.
Mampukah mereka terus bertahan pada tahun 2006?(mul)
Foto: 4
1. Kompas/Agus Mulyadi
Meluapnya Sungai Ogan di Sumatera Selatan menyebabkan banjir di enam
desa di Kecamatan Muara Kuang, Kabupaten Ogan Ilir, pada Januari
2005. Warga terpaksa menggunakan perahu dari rumah mereka agar bisa
beraktivitas di luar rumah. Setiap awal tahun, banjir akibat
meluapnya sungai terjadi di sejumlah daerah di provinsi itu.
2. Kompas/Agus Mulyadi
Seorang ibu rumah tangga berusia muda di Kampung Lima, Desa Sumber
Agung, Kecamatan Lempuing, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan,
tengah membersihkan oyek yang hendak dijemur, 21 September 2005.
Sejak kampung itu mulai dihuni pada tahun 1973, sebagian besar
warganya mengonsumsi oyek yang dibuat dari singkong dicampur nasi
karena mereka tidak mampu membeli beras dalam jumlah banyak.
3. Kompas/Ilham Khoiri

Yusnawati, ibu rumah tangga di Kelurahan 15 Ulu, Palembang, terpaksa
beralih memakai kayu bakar karena minyak tanah langka dan mahal
harganya.
4. Kompas/H Nasrul Thahar

Warga miskin penerima dana kompensasi BBM dari Kecamatan Jelutung,
Kota Jambi, menyerbu Kantor Pos Jelutung, 5 Oktober lalu. Pembagian
bantuan langsung tunai tahap pertama tersebut sempat menimbulkan
gejolak di sejumlah lokasi di Jambi. Pembagian tahap kedua akan
dilaksanakan awal Januari ini.