KOMPAS - Minggu, 03 Dec 2000 Halaman: 1 Penulis: mul Ukuran: 5734
AKSI PELARIAN TIGA NARAPIDANA PEREMPUAN DARI LP
BAK adegan film, tiga perempuan yang mendekam di bui gara-gara
kasus narkotika dan psikotropika, secara perlahan-lahan menggergaji
terali besi kamar tahanan mereka. Setiap kali seorang dari mereka
menggergaji, dua narapidana lainnya mengawasi bagian luar ruang
tahanan agar tidak ketahuan oleh penjaga.
Aksi dengan gergaji besi itu dilakukan setiap saat, sejak Rabu
(29/11), pada waktu-waktu yang mereka anggap aman. Ketekunan tiga
perempuan yang mendekam di ruang tahanan Blok A LP (Lembaga
Pemasyarakatan) Wanita Dewasa Tangerang di Jalan TMP Taruna, Kota
Tangerang, itu membuahkan hasil. Pada Kamis malam batang besi selesai
digergaji dan tinggal dibengkokkan.
Ketiganya, Rani Andriyani (25), Maya (40), dan Angel (30),
bernafas lega. Mereka tinggal menunggu waktu yang tepat untuk
membengkokkan dan mematahkan batang terali besi itu, serta menyelinap
keluar.
Sejak beberapa minggu sebelumnya mereka mengumpulkan untaian
nilon sedikit demi sedikit untuk dibuat tali. Nilon itu mereka ambil
saat mengikuti pendidikan keterampilan di dalam LP Wanita.
Rani Andriyani, narapidana yang divonis hukuman mati oleh
Pengadilan Negeri Tangerang pada 22 Agustus 2000, adalah seorang
penyelundup heroin dan kokain. Dia dibekuk di kawasan Bandara
Soekarno-Hatta pada 12 Januari 2000, ketika hendak terbang ke London,
membawa 3,5 kilogram heroin dan tiga kilogram kokain. Rani ditangkap
polisi bersama dua saudara sepupunya, Meirika Franola dan Deny Setia
Maharwan, yang akhirnya juga dihukum mati dalam kasus yang sama.
Setelah lepas dari tahanan polisi, Rani mendekam di LP Wanita
Tangerang, hingga kini.
Sedangkan Angel dan Maya, juga terlibat kasus narkotika dan
psikotropika. Angel telah dijatuhi hukuman 18 bulan penjara, karena
memiliki putaw. Maya divonis hukuman delapan tahun penjara, karena
tersangkut kasus ecstasy. Dua wanita bertubuh langsing itu, menurut
seorang petugas LP Wanita Tangerang, baru sekitar dua bulan menempati
selnya di Tangerang. Sebelumnya mereka mendekam di LP Wanita
Pondokbambu, Jakarta Timur.
ENTAH ide siapa, tiga narapidana perempuan memilih waktu kabur
pada sekitar usai makan sahur dan shalat Subuh. Pertimbangannya
mungkin bahwa semua penjaga LP pada malam itu sudah kekenyangan
setelah makan sahur sehingga mengantuk, atau telah sampai pada puncak
kantuknya setelah berjaga sejak pukul 18.00.
Rani, Maya, dan Angel, segera membengkokkan terali besi yang
mereka gergaji. Satu per satu perempuan-perempuan perkasa, berani,
dan cerdik, itu menyelinap di sela terali besi yang dibengkokkan, dan
segera menuju ke menara pos jaga nomor dua, di bagian belakang LP.
Dari menara pos jaga yang kosong tanpa penjaga itu, satu per satu
mereka menuruni pagar tembok LP setinggi lima meter, dengan bantuan
tali nilon.
Namun malang bagi Rani, karena dia jatuh terduduk. Akibatnya,
sakit luar biasa segera menderanya. Kelak ketahuan kalau tulang
pinggangnya patah atau saling berhimpitan. Rani akhirnya ditinggal
pergi oleh Maya dan Angel. Aksi tiga narapidana perempuan itu baru
diketahui penjaga LP Wanita setelah Rani berteriak meminta tolong.
"Saya ingin pulang. Saya kangen sama orang tua dan saudara," ujar
Rani dengan berlinangan air mata, usai menceritakan kisahnya di ruang
IGD (instalasi gawat darurat) RSU Tangerang, Jumat siang.
Kerinduan Rani, anak sulung pasangan Neni dan Andi, semakin
menguat ketika memasuki bulan suci Ramadhan ini. Dia ingin kembali
merasakan makan sahur dan berbuka puasa, bersama ayah, ibu, dan dua
adik kandungnya, di rumahnya di Jalan Moch Yamin, Cianjur, Jawa
Barat.
Hingga Sabtu (2/12) siang belum diketahui siapa yang mendalangi
pelarian itu. Juga belum diketahui asal gergaji besi tersebut.
Seandainya gergaji berasal dari tamu yang mengunjungi mereka, kenapa
bisa lolos dari pengecekan petugas LP Wanita? Belum diketahui pula
apakah pelarian itu dibantu pihak lain.
Pada waktu pelarian berlangsung, LP dijaga oleh 11 petugas.
Sebagian adalah petugas laki-laki yang berjaga di pagar bagian dalam.
Sebagian lain para sipir wanita, bertugas di dalam blok-blok penjara.
Empat menara pos jaga di empat sudut LP Wanita seluas 1,6 hektar itu,
diduga tidak ditempati penjaga.
"Kami selama ini memang kekurangan orang, untuk mengawasi 211
narapidana dan tahanan di LP Wanita," ujar seorang petugas LP saat
menjaga Rani di RSU Tangerang.
Kepala LP Wanita Tangerang hingga Sabtu siang tetap sulit
ditemui. Petugas LP semuanya menolak kedatangan Kompas dan wartawan
lain, dengan menanyakan apakah membawa surat izin dari Kanwil Depkeh
DKI Jakarta. Menurut informasi, Kepala LP Wanita dan semua penjaga
yang bertugas pada malam pelarian narapidana, sudah diperiksa atasan
mereka dari Departemen Kehakiman.
Kaburnya tiga narapidana perempuan dari ruang penjara mereka,
mengagetkan petugas LP Wanita. Menurut seorang petugas LP Wanita,
selama 17 tahun dia bertugas di LP itu, baru kali ini ada kasus
pelarian narapidana.
"Kami tidak menduga sama sekali. Selama ini kami percaya tidak
bakal ada yang kabur, karena mereka semuanya perempuan. Kelengahan
kami rupanya dimanfaatkan Rani, Maya, dan Angel," ujarnya.
Pelarian yang cukup menggemparkan itu, diduga bisa terjadi
terutama akibat lengahnya petugas LP Wanita Tangerang. Mereka terlena
oleh adem-ayemnya penghuni LP selama ini.
Kepolisian Resor Tangerang hingga Sabtu sore, belum mampu melacak
keberadaan Maya dan Angel, yang tengah menghirup "udara bebas"-nya.
(agus mulyadi)