Senin, 12 November 2007

Analogi Niat Kawin Dua Pemuda

KOMPAS - Rabu, 09 Feb 2000 Halaman: 18 Penulis: GUNAWAN, TJAHJA/MULYADI, AGUS Ukuran: 1979
ANALOGI NIAT KAWIN DUA PEMUDA
TIDAK ada jaminan masyarakat Banten akan makmur setelah daerah
ini berubah menjadi propinsi. Rektor Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Tirtayasa, Serang, Dr Tihami, menganalogikan niat warga Banten
untuk membentuk propinsi sendiri, dengan niat dua pemuda yang hendak
kawin untuk berumah tangga.
Satu pemuda yang sudah bertahun-tahun bekerja, telah lama berniat
untuk berumah tangga. Sebelum niat itu dilaksanakan, dia ingin
terlebih dahulu hidupnya mandiri. Pokoknya dia akan berumah tangga
setelah mempunyai rumah, kendaraan, dan gaji yang cukup. Namun sampai
bertahun-tahun kemudian, dia belum juga berumah tangga, karena si
pemuda belum juga bisa berkecukupan seperti impiannya.
Seorang pemuda lainnya yang hidupnya pas-pasan, juga ingin cepat
berumah tangga. Meskipun belum hidup berkecukupan tetapi karena
niatnya sudah bulat, akhirnya dia mempersunting gadis pilihannya.
Tentang bagaimana kehidupannya nanti bersama istri tercinta, akan
dijalaninya berdua dalam suka dan duka.
"Banten itu ibarat pemuda yang terakhir itu. Kawin dulu, soal
rezeki mah nanti menyusul. Setelah mandiri sebagai propinsi, Banten
baru akan berbenah diri. Warga Banten akan membangun daerahnya, dengan
menggali semua potensi yang ada," ujar Tihami.
Apalagi, ungkap Tihami, di wilayah Banten terdapat sumber daya
alam yang potensial dan belum dieksplorasi. Wilayah ini pun mempunyai
potensi untuk dikembangkan sebagai daerah agroindustri, wisata,
perikanan laut, dan lainnya.
Segala kekurangan yang ada saat ini, diyakini akan dapat diatasi
setelah Banten menjadi propinsi, juga dikemukakan Kepala Bagian
(Kabag) Keuangan Pemda Kabupaten Lebak, H Sukamto, dan Kabag Humas
Syaifullah Saleh. "Tentunya nanti Lebak bisa menggali pendapatan lain
seperti berbagai retribusi, dan mengembangkan potensi yang ada seperti
pertambangan dan agroindustri," ujar Sukamto. (gun/mul)