Rabu, 14 November 2007

Dodol Kentang dari Kaki Gunung Kerinci

KOMPAS - Kamis, 22 Jul 2004 Halaman: 31 Penulis: Mulyadi, Agus Ukuran: 4989

DODOL KENTANG DARI KAKI GUNUNG KERINCI

SAAT memasuki Desa Lubuk Nagodang di Kecamatan Gunung Kerinci,
Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, ada pemandangan lain yang berbeda
dibandingkan dengan desa-desa lain di sekitarnya.

Secara umum pemandangan di kawasan itu hampir sama,
yakni "pameran" keindahan alam Kerinci, baik berupa hamparan
pepohonan kayu manis (Cassiavera) berdaun merah, padi yang menguning,
kebun sayuran, dan perkebunan teh. Semua keindahan alam itu
dilatarbelakangi oleh gugus Pegunungan Bukit Barisan yang
mengitarinya dengan Gunung Kerinci yang paling tinggi menjulang.

Saat memasuki Lubuk Nagodang, keindahan itu bertambah lagi dengan
bangunan warung-warung berukuran mungil di tepi jalan. Di depan
puluhan warung itu umumnya dipasangi papan reklame bertuliskan "Dodol
Kentang", tentu saja dengan nama perajin masing-masing industri
rumahan itu.

Di Kabupaten Kerinci, industri dodol yang dibuat dari kentang itu
hanya terdapat di Lubuk Nagodang. Warga desa itu pula yang menjadi
produsen dodol kentang yang rasanya gurih tersebut.

"Kami menunggu pembeli yang mampir ke sini. Pembeli umumnya para
pemakai jalan yang melintas di daerah ini, baik warga dari sini
maupun para wisatawan yang datang ke Kerinci," ujar Ny Erna, salah
seorang perajin dodol kentang.

Desa Lubuk Nagodang terletak sekitar 30 kilometer utara Sungai
Penuh, ibu kota Kabupaten Kerinci. Desa itu berada di antara Sungai
Penuh dan kawasan Kayu Aro yang berada di kaki Gunung Kerinci. Di
Kayu Aro terdapat sejumlah lokasi wisata alam menawan yang kerap
dikunjungi turis domestik dan mancanegara.

Di Kayu Aro di antaranya terdapat Danau Gunung Tujuh di
ketinggian 1.950 di atas permukaan laut. Danau ini dikelilingi tujuh
gunung yang berada di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. Di kayu
Aro terdapat pula Air Terjun Telun Berasap. Dari Desa Kersik Tuo di
kaki Gunung Kerinci, para pendaki juga biasa memulai pendakian ke
gunung berapi aktif tertinggi di Indonesia itu. Di kawasan ini pula
terdapat hamparan perkebunan teh yang dikelola PT Perkebunan
Nusantara VI.

Dodol kentang asal Lubuk Nagodang adalah salah satu produk yang
berawal dari sentuhan tangan pemerintah. Mulanya, tahun 1990-an Dinas
Perindustrian Kabupaten Kerinci mengadakan pelatihan kepada beberapa
kelompok ibu rumah tangga di desa itu.

Pelatihan ketika itu tidak hanya dilakukan di Lubuk Nagodang.
Kalangan ibu rumah tangga di Desa Sungai Tandak, desa lain di
Kerinci, pun mendapat pelatihan yang sama. Namun, rupanya ibu-ibu
rumah tangga di Lubuk Nagodang yang kemudian terkesan dan
melanjutkannya usaha itu. Dodol kentang dianggap sebagai komoditas
yang bisa menjadi sumber nafkah mereka.

Seusai pelatihan itulah, ibu-ibu rumah tangga Lubuk Nagodang
memproduksi dodol kentang. Tetapi, di tahun-tahun awal produk mereka
kurang laku di pasaran. "Baru sejak tahun 1995 dodol kendang mulai
dikenal dan disukai, terutama oleh para wisatawan yang datang ke
Kerinci. Kini sudah ada sekitar 20 rumah tangga yang memproduksi dan
menjual dodol kentang di Lubuk Nagodang ini," ucap Erna, pemilik
usaha dengan merek Melati itu.

"Kalau pada hari-hari seperti sekarang, kadang dalam satu hari
tidak satu bungkus pun dodol kami laku. Pada hari-hari biasa hanya
rata-rata sekitar 10 bungkus yang laku," kata Wardanis, pemilik usaha
dodol kentang dengan merek Puteri Kembar.

DODOL kentang dari kaki Gunung Kerinci ini memang barang baru.
Sekarang dodol kentang mulai dikenal hingga ke kota-kota besar di
sekitarnya, seperti Padang dan Jambi. Di Kerinci, makanan itu juga
dijual di beberapa toko di Sungai Penuh.

"Kalau pulang ke Padang saya selalu membawa dodol kentang untuk
oleh- oleh. Keluarga di rumah dan teman-teman selalu memesan dodol
kalau mereka tahu saya ke Sungai Penuh," ujar Ikhwan, seorang
pedagang rokok ketika ditemui di salah satu hotel di Sungai Penuh.

Erna mengatakan, bahan baku dodol terdiri atas kentang, kelapa,
dan gula. Komposisi bahan bakunya sama. Selain bahan baku itu, masih
diperlukan tepung terigu agar dodol mengeras dan cepat kering. Untuk
memasak dodol, para perajin umumnya menggunakan bahan bakar kayu
manis kering yang banyak terdapat di kawasan itu.

Wardanis menambahkan, dodol yang selesai dibuat ditaruh dan
diratakan di atas nampan sebelum dipotong-potong dengan ukuran
panjang sekitar empat sentimeter, lebar dan tebal satu
sentimeter. "Selanjutnya dodol itu dijemur agar kering. Kalau
panasnya bagus, dalam satu hari bisa kering," ujarnya.

Para perajin kemudian membungkus dodol dengan kertas minyak.
Sebanyak 20 bungkusan dodol itu seterusnya dimasukkan ke dalam
bungkus plastik yang telah diberi merek masing-masing perajin.
Di warung-warung perajin di Lubuk Nagodang, satu bungkus plastik
dodol kentang harganya Rp 2.500, sedangkan di toko-toko di Sungai
Penuh Rp 3.000. (Agus Mulyadi)