Selasa, 13 November 2007

Lobi Pembangunan Ekonomi Global

KOMPAS - Jumat, 03 Jun 1994 Halaman: 9 Penulis: MUL Ukuran: 5174 Foto: 1
LOBI PEMBANGUNAN EKONOMI GLOBAL
SEORANG jaycees asal India, lengkap dengan memakai penutup
kepala Suku Sikh, menghampiri Ir Bambang Adhy, jaycees Indonesia, di
sela-sela pertemuan JCI-ASPAC Singapura. Setelah saling bersalaman
dan berkenalan, si India mengeluarkan sebuah gelang perak dari dalam
tas yang dibawanya. Gelang diberikan kepada rekan asal Indonesia itu,
disusul pemberian kartu nama.
Bambang Adhy yang Presiden LOM (local organisation members) IJC
pun spontan merogoh kartu namanya, dan memberikan kepada rekannya
asal India itu. Selanjutnya mereka saling ngobrol tentang usaha di
negaranya masing-masing. Sekejap kemudian jaycees India berlalu,
menghampiri rekan anggota JCI dari negara lain yang hadir di ruang
pameran Sangri La Hotel Singapura itu.
Tidak sampai lima menit kemudian, si India kembali lewat di
depan Bambang Adhy. Langsung saling bersalaman, tanpa ba-bi-bu lagi
jaycees langsung merogoh tasnya kembali. Saat bersamaan wajahnya
menatap Bambang Adhy, sehingga dia pun kembali mengenali wajah
rekannya itu. Keduanya pun lantas tertawa.
Kejadian itu merupakan salah satu hal yang mewarnai suasana
pertemuan jaycees se-Asia Pasific di Singapura, 26-29 Mei 1994.
Saling lobi, saling kenal dilakukan peserta pertemuan itu. Melalui
lobi dan pertemuan terus-menerus, kontak bisnis yang menjadi salah
satu sasaran sebagian anggota JCI dapat terwujud.
Seperti yang dikemukakan National President IJC (Indonesia
Junior Chamber/nama organisasi JCI Indonesia), Ir Ketut Suardhana
Linggih, hanya dengan saling kenal dan pertemuan terus menerus,
kontak atau kerja sama bisnis dapat dilakukan. Dan bagi jaycees
Indonesia hal itu yang menjadi salah satu yang ingin diraih.
Dari berbagai lobi antarjaycees di berbagai pertemuan, diakui
Ketut Suardhana telah membuahkan hasil berupa adanya bermacam kontak
bisnis, antara pengusaha muda Indonesia dan pengusaha muda negara
lain. Meski Ketut tidak tahu pasti berapa banyak kerja sama bisnis
yang telah dilangsungkan, dia menyebut hal itu terjadi karena adanya
lobi dan pertemuan terus menerus tersebut.
Soal lobi, pertemuan dari persahabatan sesama jaycees, yang
akhirnya membuahkan kontak bisnis juga diungkap Aldo Tobing. Menurut
dia, memang terwujudnya kontak bisnis tidak dapat dilakukan dalam
sekali dua kali pertemuan. Dan kerja sama itu sendiri tidak hanya
terjadi antarsesama jaycees. Tetapi keberadaan anggota JCI di negara
lain, minimal membantu jaycees Indonesia berbisnis di negara lain.
Aldo mengambil contoh dirinya sendiri. Dia sampai saat itu
belum pernah melakukan bekerja sama bisnis dengan anggota IJC negara
lain. Namun dia pernah memanfaatkan keberadaan IJC di AS. Melalui
National Presiden JCI AS, Aldo mendapat bantuan untuk menembus usaha
bisnis di negara itu.
Usaha melobi dan bertemu dalam setiap kesempatan pertemuan JCI,
juga dimaksudkan meyakinkan pengusaha muda negara lain untuk bekerja
sama. Seperti yang dilakukan Bambang Adhy dari Sumatera Selatan, dia
datang ke JCI-ASPAC Singapura dengan membawa bekal berbagai usahanya
di Indonesia. Maksudnya, dia berusaha meyakinkan pengusaha muda
negara lain untuk kontak bisnis, untuk menanamkan modalnya, dan
bekerja sama dengan perusahaan yang dikelolanya.
***
PELUANG kontak bisnis dengan pengusaha negara lain itu agaknya
memberi kesempatan terbuka bagi anggota jaycees Indonesia. Seperti
dikatakan Ketut Suardhana, dengan anggota sekitar 900.000 orang di
sekitar 100 negara, membuka peluang terjadinya kontak bisnis.
Adanya peluang yang terbuka bagi pengusaha muda Indonesia dalam
himpunan JCI itu, dilontarkan pula Ketua HIPMI (Himpunan Pengusaha
Muda Indonesia), Adi Putra Tahir. Menurut dia, JCI tidak hanya
memberi manfaat berupa latihan kepemimpinan dan persahabatan, tetapi
juga terbukanya peluang pengusaha muda Indonesia bekerja sama
melakukan kontak bisnis dengan pengusaha muda negara lain.
Duta Besar Indonesia untuk Singapura, Sudibjo Rahardjo, juga
mengemukakan terbukanya peluang itu ketika menerima delegasi
Indonesia di Kedubes pada 26 Mei 1994. Dubes menyebut contoh potensi
Singapura. Para investor negara tetangga ini disebutnya, mempunyai
uang yang dapat dimanfaatkan Indonesia.
Karena itu Sudibjo Rahardjo mengajak jaycees Indonesia, untuk
memanfaatkan peluang itu. Apalagi dalam pertumbuhan ekonomi global
seperti saat ini, negara-negara berkembang lain, khususnya di Asia,
juga memanfaatkan peluang yang ada untuk menarik modal asing.
Upaya untuk meningkatkan pembangunan ekonomi di Indonesia bagi
pengusaha muda Indonesia, sepertinya menemukan tempat dan kesempatan
dalam wadah JCI. Namun kiat melobi dan meyakinkan ini, harus pandai-
pandai dimanfaatkan dalam berbagai kesempatan. Juga lobi dengan
gelang perak ala India.(mul)
Teksfoto:
Kompas/mul
SALING MELOBI - Arena pertemuan jaycees pada JCI-ASPAC 1994 di
Singapura, dimanfaatkan sebagian peserta untuk saling melobi jaycees
negara lain. Lobi diperlukan untuk merintis kerjasama bisnis di
antara mereka.