Jumat, 09 November 2007

Tanaman Padi MT 1994/1995, Pola Padi Percepatan Tanam

KOMPAS - Rabu, 08 Mar 1995 Halaman: 3 Penulis: MUL Ukuran: 5851
TANAMAN PADI MT 1994/1995, POLA PADI PERCEPATAN TANAM
SAMPAI minggu pertama Februari 1995, persawahan di Indramayu
yang sudah ditanami padi baru mencapai 98.000 hektar. Padahal
proyeksi luas pertanaman padi MT (musim tanam) 1994/1995 sekarang di
kabupaten "lumbung beras" ini, 108.350 hektar.
Dengan kata lain, ketika seharusnya tanaman padi sudah mulai
menjelang masa panen seperti tahun-tahun sebelumnya, masih banyak
petani di Indramayu yang baru bersiap tanam. Mereka masih bergelut
dengan pengolahan, persemaian, alat penyiapan bibit untuk tanam.
Areal tanam 98.000 hektar itu pun sudah lebih luas jika
dibandingkan dua bulan sebelumnya yang masih dalam hitungan ribuan
hektar. Sampai dengan awal Desember 1994 lalu misalnya, luas areal
tanam masih sekitar 7.000 hektar. Itu pun, lebih dari separuhnya
merupakan sawah dengan pola percepatan tanam.
Percepatan yang dilakukan November 1994 ketika itu dilakukan,
karena panjangnya musim kemarau. Kekeringan saat itu juga melanda
Indramayu. Akibatnya, pengolahan lahan dan pertanaman padi di
Indramayu harus mundur. Percepatan dengan pengairan sistem
pompanisasi, dimaksudkan untuk menyesuaikan jadwal tanam dengan
perkiraan musim.
Ketika kemudian air irigasi -dari Waduk Jatiluhur dan Bendung
Rentang- baru datang memasuki persawahan pada akhir November lalu,
praktis waktu pengolahan lahan dan pertanaman padi MT 1994/1995 di
Indramayu mundur dari perkiraan.
Tanaman padi di Indramayu yang sudah mundur itu pun, kemudian
masih diganggu hujan deras berhari-hari Januari lalu, sehingga
ribuan hektar terendam. Sebagian areal tanaman padi, mati membusuk
terendam air berhari-hari.
Menurut Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten
Indramayu, Drs H Otang Abdulhay BSc, lahan sawah yang terendam hanya
sekitar 6.000 hektar. Dari luas itu yang sudah ditanami padi baru
sekitar 3.000 hektar. Tidak semuanya mati membusuk. Dan sebagian
tanaman yang mati diganti dengan bibit lain.
Gangguan "kecil" lain di Indramayu adalah hama tikus. Misalnya
yang dialami ratusan hektar sawah (padi) di Desa Panyindangan Kulon
dan Terusan, Kecamatan Sindang. Hama ini pun sempat mengganggu
beberapa hektar sawah dengan pola percetakan tanam di Desa
Telukagung.
Panen
Meski kondisi pertanian di Indramayu MT 1994/1995 ini terganggu
sejumlah kendala -terlambat tanam, banjir dan hama- sebagian areal
tanaman padi lainnya pada Februari lalu dapat dipanen. Areal panen
adalah tanaman padi yang menggunakan pola percepatan tanam dengan
pompanisasi pada November lalu itu.
Otang menyebutkan, sekitar 4.700 hektar tanaman padi di
Kabupaten Indramayu, dapat dipanen pada bulan Februari. Tanam
percepatan yang sebagian sudah dipanen di antaranya terdapat di
Kecamatan Jatibarang, Cikedung, Haurgelis, Bongas dan Kecamatan
Gabuswetan.
Produksi GKP (gabah kering panen) di sawah percepatan tanam itu
rata-rata mencapai tujuh ton per hektar. Dengan sudah dipanen,
keuntungan yang didapat petani di antaranya adalah dapat mengolah
lahan dan menanaminya lagi dengan tanaman padi, untuk musim tanam
selanjutnya.
Dengan kata lain, lahan percepatan tanam ini masih dapat
membarengi sawah lain, yang justru baru mulai tanam atau masih
diolah dan terlantar. Artinya, sawah percepatan dapat lebih maju di
depan dalam penggarapannya yang sudah bisa untuk masa tanam kedua.
Bagi petani yang mempercepat penanaman padinya, keuntungan lain
yang diperolehnya adalah sangat bagusnya harga gabah di pasaran. GKP
yang langsung dijual sesudah panen, harganya Rp 600 per kg. Kalau
mau dijemur dan disimpan dulu hingga menjadi GKG, harganya di atas
Rp 650 per kg.
Kondisi harga ini akan sangat berbeda saat sudah berlangsung
panen raya. Biasanya saat musim panen raya, harga gabah jatuh sampai
lebih dari separuh dibandingkan harga sekarang.
Dengan harga Rp 600 per kg untuk GKP dan produksi tujuh ton,
petani akan mendapat penghasilan kotor Rp 4,2 juta per ha. Setelah
dipotong biaya produksi Rp 860.000 per hektar, ditambah sekitar Rp
40.000 untuk biaya pompanisasi, sisa keuntungan yang diraih masih
cukup tinggi.
Menurut Otang, biaya yang dikeluarkan petani untuk pompanisasi
memang hanya sekitar Rp 40.000 per hektar. Itu jika pompanisasi
dilakukan secara bergotong-royong. Artinya, sekelompok petani dalam
satu hamparan lahan sekitr 20 hektar, menggunakan satu pompa. "Satu
pompa dapat mengairi 20 hektar yang biayanya dapat ditanggung secara
bersama oleh petani," kata Otang.
Namun biaya pompa itu akan membengkak, jika petani menyewa
pompa sendiri. Sebab sewa pompa untuk satu jam misalnya, dapat
mencapai sekitar Rp 6.000 per jam.
Untuk areal tanaman padi selebihnya, mulai Maret ini
diperrkirakan mulai panen. Panen raya Maret dan April ini,
diperkirakan akan mencakup lahan masing-masing seluas sekitar 38.000
hektar dan 47.000 hektar.
Berdasarkan pengamatan Kompas, kondisi pertanaman padi di
sebagian Indramayu, seperti Kecamatan Karangampel, Sliyeg,
Kertasemaya, Jatibarang, Bangodua, Widasari, Lelea, Cikedung, Kroya,
Gabuswetan, Bongas, Haurgeulis, Anjatan, dan Sukra, tanaman padi
tumbuh subur.
Di lahan pertanian lain, seperti di sebagian kecamatan
Kandanghaur, Losarang, Lohbener, Sindang, Indramayu, Balongan,
Juntinyuat dan Krangkeng, masih ditemui lahan yang belum ditanami
padi, baru diolah, baru ditanami padi, atau masih dibiarkan mati
bekas terserang banjir.
Panen yang baru akan berlangsung Maret dan April, tentu saja
masih memperlama tingginya harga beras di pasaran sekarang ini.
Pedagang beras yang ditemui menyebutkan, harga ini diperkirakan akan
terus merambat naik sampai menjelang panen raya. (mul)

Tidak ada komentar: