Jumat, 09 November 2007

Rentang, Pembagi Air ke Persawahan Indramayu, Cirebon, Majalengka

KOMPAS - Rabu, 12 Apr 1995 Halaman: 15 Penulis: MULYADI, AGUS Ukuran: 5700
RENTANG, PEMBAGI AIR KE PERSAWAHAN
INDRAMAYU, CIREBON, MAJALENGKA
PETANI-petani di Kecamatan Bangodua, Kabupaten Indramayu, kini
mulai menggarap lagi sawah mereka, untuk musim tanam (MT) gadu 1995.
Panen MT sebelumnya, 1994/1995 telah usai.
Ini berbeda dengan petani di Kecamatan Widasari, Kertasemaya,
Lelea, dan Cikedung. Atau petani di Kecamatan Susukan, Ciwaringin,
Gegesik, dan Arjawinangun (Kabupaten Cirebon), serta Kecamatan
Jatitujuh (Kabupaten Majalengka). Mereka sedang menunggu saat-saat
panenan itu.
Tetapi, bagi petani di Kecamatan Indramayu, Balongan, Krangkeng
(Kabupaten Indramayu), dan petani Kecamatan Kapetakan (Kabupaten
Cirebon), panen baru akan tiba masih sekitar dua bulan lagi. Bahkan
sebagian petani di kecamatan-kecamatan itu, masih bergelut dengan
pengolahan sawah, tandur, atau mengganti bibit padi yang mati.
Penyebab keterlambatan di daerah-daerah yang disebut terakhir
ini karena persawahan kawasan itu berada di ujung pengairan dari
Bendung Rentang. Itu berbeda dengan daerah-derah yang disebut
sebelumnya - yang saat ini sedang menunggu panen - karena berada di
kawasan yang pertama-tama menerima air dari bendung di Kecamatan
Jatitujuh, Majalengka itu.
Bendung Rentang memang memberi andil besar bagi kelangsungan
pertanian di kawasan Pantura Jabar, khususnya sebagian daerah
kabupaten Indramayu, Cirebon, dan Majalengka. Dari bendung yang
menghadang laju air Sungai Cimanuk ini, air didistribusikan mengairi
persawahan seluas 90.000 hektar pada musim hujan. Pada musim
kemarau, masih mampu mengairi sekitar 30.000 hektar sawah.
Persawahan tadah hujan di Balongan, Krangkeng, Indramayu, dan
Kapetakan, sebenarnya mempunyai saluran irigasi langsung dari
Rentang ini. Tetapi dari tahun ke tahun selalu bernasib sama -
terlambat tanam. Akibatnya kerap terjadi dalam satu tahun hanya
sekali ditanami padi. Saat musim rendeng, air yang datang sudah
dicegat untuk persawahan yang lebih dekat dengan Rentang. Saat
kemarau air dari Bendung itu sudah habis dicegat pula, untuk
mengairi persawahan di daerah hilir.
***
BENDUNG Rentang yang mulai berfungsi tahun 1982 lalu, memang
telah menjadi penyelamat dan menghidupkan pertanian di sebagian
kabupaten Indramayu, Cirebon, dan Majalengka. Kebutuhan air yang
sangat vital bagi pertanian, dialirkan dari Rentang dengan
membendung Cimanuk. Hingga air sungai berhulu di Garut dan bermuara
di Indramayu itu tidak terbuang percuma ke laut.
Tetapi, bendung ini tidak menampung air sungai itu. Rentang
hanya membendung, meningkatkan elevasi air, dan mengalirkannya
melalui dua saluran irigasi besar yakni Sindupraja dan Cipelang.
Sindupraja untuk mengairi persawahan di sebagian Majalengka, Cirebon
barat, dan Indramayu timur. Saluran Cipelang mengairi sebagian
persawahan di Majalengka dan Indramayu selatan.
Karena tidak menampung, menurut salah seorang staf Cabang Dinas
Pengairan Rentang, cara kerja bendung adalah buka tutup. Artinya,
kalau air Cimanuk mengalir deras dan tinggi, pintu air penutup akan
dibuka sebagian. Sedangkan jika air Cimanuk rendah dan sedikit,
pintu air ditutup, sehingga dapat dialirkan ke saluran Sindupraja
dan Cipelang.
Tidak bisanya Rentang menampung air menjadi penyebab pembagian
air sangat tergantung aliran Sungai Cimanuk. Padahal, kalau air
dibendung dan disiapkan, kebutuhan air sepanjang tahun bagi
persawahan yang dapat diairi, akan selalu terjamin.
Karena itu untuk menjamin kebutuhan air bagi persawahan, mau
tidak mau pembangunan Waduk Jatigede, yang membendung dan menampung
air Cimanuk di daerah Kabupaten Sumedang, harus direalisasi. Kalau
ada waduk, air Cimanuk tidak terbuang percuma pada musim hujan.
Pada musin hujan, debit air Cimanuk yang tercatat di Rentang
dapat mencapai 360 meter kubik per detik. Tetapi karena sawah di
Indramayu dan Cirebon, yang dapat diairi Bendung Rentang hanya
membutuhkan air dengan debit sekitar 90 meter kubik per detik (dapat
mengairi sawah 90.000 hektar lebih), kelebihan air sampai 270 meter
kubik per detik dibiarkan mengalir percuma di Sungai Cimanuk, dan
bermuara di Laut Jawa.
Pada musim hujan, air dari Rentang sebanyak 90 meter kubik per
detik, dibagi ke saluran Sindupraja dan Cipelang, masing-masing 54
meter kubik dan 36 meter kubik per detik. Sindupraja dan Cipelang
ini dapat mengairi sawah sekitar 54.000 hektar dan 36.000 hektar.
Air sebanyak itu dibagi untuk persawahan di tiga kabupaten,
Indramayu, Cirebon, dan sebagian kecil Majalengka seluas sekitar
90.000 hektar.
Dari bendungan yang menghadang aliran air Sungai Cimanuk ini,
air dibagi ke saluran irigasi Cipelang (barat) dan Sindupraja
(timur). Dari dua saluran ini sekitar 67.000 hektar sawah di
Indramayu, 22.000 hektar sawah di Cirebon, pada musim rendeng dapat
diairi. Sekitar 1.000 hektar sawah di Majalengka pun dapat diairi.
Dan, ketika musim kemarau nanti berlangsung, debit air Sungai
Cimanuk yang tercatat di Rentang pun akan merosot drastis. Seperti
yang terjadi tahun 1994 lalu, pada awal Juni 1994, tercatat debit
Cimanuk tinggal 22 meter kubik per detik.
Namun sesudah itu, debit Sungai Cimanuk terus menerus turun.
Pada pekan terakhir bulan Juli 1994 misalnya, debit air Cimanuk pada
hari itu tinggal sekitar 15 meter kubik per detik. Artinya, air dari
bendung itu hanya mampu mengairi sekitar 15.000 hektar sawah. Dan
kalau 90.000 hektar sawah yang dapat diairi pada musim hujan tetap
ditanami padi, betapa luas areal yang terancam kekeringan.
(agus mulyadi)

Tidak ada komentar: