Jumat, 09 November 2007

Ny Sukaryatinih Terus Berkarya

KOMPAS - Minggu, 02 Apr 1995 Halaman: 15 Penulis: MUL Ukuran: 4815
NY. SUKARYATINIH TERUS BERKARYA
ULET, satu kata yang mungkin tepat untuk menggambarkan
perjuangan Ny Sukaryatinih. Ibu seorang putri yang merupakan satu-
satunya pengrajin sekaligus produsen kerajinan bulu domba di Jawa
Barat ini terus menekuni kerajinan bulu domba yang dikelolanya.
Seorang diri dia melatih pengrajin, membuat desain, membimbing
pengrajin, melayani dan mengirim pesanan, mengurusi pemasaran,
sampai dengan membeli bahan baku bulu domba.
Selama 10 tahun terakhir, dia menjadi wanita super sibuk. Dia
pun harus menjadi serba bisa untuk mengelola semuanya. Tanpa
keuletan yang dimilikinya, niscaya kerajinan bulu domba langka ini
telah lama gulung tikar.
Sehari-hari, Sukaryatinih sejak pukul 08.00 hingga 16.00,
bergelut dengan bulu-bulu domba, pembukuan, dan melayani pesanan.
Dua kali dalam satu bulan, dia pun membagi waktunya pergi ke
Jakarta, Bogor, dan Bandung untuk mengirim hasil kerajinan dan
menerima pembayaran hasil karyanya. Penjualan karya seni bulu domba
ini, biasanya tidak dibayar kontan.
Kesibukan itu ditambah lagi dengan enam bulan sekali ke Tapos
membeli bahan baku bulu domba sebanyak 1,5 ton untuk kebutuhan enam
bulan. Pembelian pelengkap lain, seperti pewarna bulu, juga
dilakukannya sendiri. Itu semua kegiatan yng mengisi hari-harinya di
sebuah gedung dalam kompleks LIK Indramayu.
***
SELEPAS dari berbagai kesibukkan yang menyita waktunya itu, dia
pun tetap sebagai wanita dengan segala kodratnya. Urusan rumah
tangga menanti di rumahnya di Balongan (sekitar 5 km timur LIK),
termasuk mengurusi putri tunggalnya yang baru berusia dua tahun.
Dengan sepeda motor bebeknya, Sukaryatinih menjalani kegiatan dari
rumah dan tempat kerajinan bulu domba.
Sang suami, Edi Purwanto, yang menikahinya empat tahun lalu,
tidak dapat menemani atau membantu kegiatannya, karena mempunyai
pekerjaan sendiri. "Saya baru pulang empat hari lalu," kata Edi yang
bekerja di proyek pertambangan Freeport di Irian Jaya.
Edi sendiri sudah menyarankan agar istrinya mencari tenaga
pembantu, khususnya yang menangani pemasaran. "Biar dia
berkonsentrasi di pekerjaan pemintalan dan tenun. Lagi pula kalau
ada pemesan datang, dapat langsung dilayani," tambahnya.
Tetapi Sukaryatinih sendiri rupanya masih merasa mampu
menjalani semua kegiatannya sendiri. Bukannya dia tidak percaya pada
orang lain, khususnya dalam penanganan pemasaran. "Saya belum
menemukan orang yang tepat. Adik saya sendiri perempuan. Saya tidak
tega melepasnya sendiri ke Jakarta untuk mengirim barang misalnya,"
kata pengelola bulu domba tersebut.
Sukaryatinih merasa, penanganan sendiri semua kegiatan produksi
sampai pemasaran tidak menghambat kegiatan kerajinan ini karena
pangsa pasar yang belum berkembang dan peminatnya terbatas,
meski ia mengakui kewalahan kalau ada pesanan cukup banyak. Tetapi
semua itu lebih karena keterbatasan modal, alat, dan tenaga
pengrajin.
Kelangkaan tenaga pengrajin sebenarnya cukup merepotkan
Sukaryatinih. Selalu berulang terjadi, pengrajin yang sudah
bisa bekerja memintal atau menenun, kerap meminta berhenti bekerja.
Untuk mencari tenaga penggantinya, cukup membutuhkan waktu. Padahal
tenaga pengganti semuanya sama sekali belum mempunyai kemampuan.
Tenaga pengrajin yang jadi dan belum jadi ini berasal dari Desa
Pekandangan yang berada di sekitar LIK.
Itu berarti Sukaryatinih harus melatih tenaga baru, mengajari
satu per satu soal pemintalan atau pertenunan, sesuai desain yang
dibutuhkan. "Untuk menghasilkan pengrajin yang bisa bekerja menenun,
butuh waktu tiga bulan," katanya.
***
MASALAH tenaga kerja pengrajin inilah mungkin yang sebenarnya
menghambat berkembangnya kerajinan bulu domba Indramayu. Dengan
tenaga kerja tambal sulam, masuk keluar sesukanya, produksi menjadi
tersendat. "Kerap terjadi, pengrajin yang baru menguasai dan
sebenarnya sudah bisa berkarya, tiba-tiba minta berhenti," ujar
Sukaryatinih.
Alasan berhenti biasanya karena mereka ingin bekerja di tempat
lain. Paling banyak, tenaga kerja wanita ini mengadu nasib ke Arab
Saudi, sebagai pembantu rumah tangga.
Kesibukan Sukaryatinih lainnya adalah soal pembuatan desain.
Sebagian karya bulu domba didesainnya sendiri. Ilmu ini dia dapat
ketika ikut pelatihan di ITB dulu. Namun kebanyakan desain dibawa
sendiri oleh pemesan.
Mungkin berbagai kesibukan Sukaryatinih yang menyita waktu ini
yang kemudian membuat kerajinan bulu domba Indramayu berkembang
perlahan. Mungkin pula faktor paling dominan adalah karena masih
kurangnya peminat kerajinan ini.(mul)
Teksfoto:
Kompas/mul
Sukaryatinih dengan kerajinan bulu dombanya.

Tidak ada komentar: