Jumat, 09 November 2007

Petani Semangka Junti Tidak Berharap Turun

KOMPAS - Minggu, 25 Aug 1991 Halaman: 8 Penulis: MULYADI, AGUS Ukuran: 3705
PETANI SEMANGKA JUNTI
TIDAK BERHARAP TURUN HUJAN
MUSIM kemarau yang panas ini, buah semangka memang menjadi buah
favorit karena menyegarkan. Pada musim kemarau ini pula produksi
semangka melimpah, karena pertanaman semangka memang justru tidak
menghendaki banyak curah hujan karena bisa membuat tanaman dan buah
semangka busuk.
Musim kemarau seperti sekarang pula yang dinantinantikan petani
Kecamatan Juntinyuat, Indramayu, Jabar. Petani Juntinyuat memang
sudah terkenal sebagai petani semangka yang andal, sehingga semangka
yang mereka hasilkan disebut semangka junti, mungkin mengikuti nama
kecamatan tempat ditanamnya semangka ini.
Pada saat-saat sebagian persawahan tadah hujan di Indramayu dan
kabupaten lain benar-benar tidak bisa ditanami padi, maka biji
semangka ditebar. Semangka memang memberikan penghasilan lebih besar
untuk petani dibandingkan dengan padi ataupun palawija. Buktinya
petani semangka Juntianyut menebar biji semangka tidak terbatas pada
desa atau kecamatannya saja, tetapi juga ke daerah-daerah lain.
Satu hektar lahan bila panen sedang baik bisa menghasilkan 25
ton semangka, dan bila sedang sial menghasilkan 7 ton Harga per
kilogram rata-rata Rp 250, sehingga petani mendapat penghasilan
sampai Rp 5,25 juta.
Sedangkan biaya yang dikeluarkan meliputi Rp 1,5 juta untuk
pupuk dan pestisida, ditambah biaya pemeliharaan oleh 5 orang selama
70 hari menjadi Rp 700.000. Bila dikurangi lagi biaya menyewa tanah
sebesar Rp 500.000 atau sistem bawon sebesar seperlima dari
pendapatan setelah dikurangi biaya produksi, petani semangka masih
memperoleh penghasilan Rp 2,5 juta.
Sementara bila bertanam padi dengan hasil 7 ton gabah kering
panen, dan harga per kuintal Rp 25 ribu, maka penghasilan petani
adalah Rp 1,75 juta. Tetapi jumlah ini masih dikurangi biaya
pemeliharaan yang bisa mencapai Rp 500 sekali tanam.
Bahwa bertanam semangka memberi penghasilan lebih baik,
dibuktikan oleh peryataan Muara (46), petani semangka asal Desa
Junti Kebon. "Banyak orang di Junti menjadi kaya karena
semangka."
***
KEPIAWAIAN bertanam semangka petani Juntianyut membuat mereka
menjadi semacam jaminan keberhasilan bertanam semangka. Ratusan
petani semangka Juntianyut menanam semangka sampai ke Pemalang,
Sukamandi, Cirebon, bahkan Majalengka. Mereka bukan hanya bertanam
sendiri, tapi juga dikontrak oleh pemilik tanah. "Kami bertanam
semangka bukan karena kehabisan lahan di daerah Junti, tapi untuk
memudahkan pemasaran," kata seorang petani Juntianyut.
Apa rahasia kepiawaiall petani Juntianyut? Tidak ada yang
istimewa, kecuali mereka mengikuti cara bercocok tanam dikurangi
biasa pemeliharaan yang sudah diajarkan turun temurun. Mereka
juga menggunakan pupuk dan pestisida sesuai anjuran, bahkan kalau
perlu melakukan inovasi sendiri berdasarkan pengalaman.
Selain itu adalah kepandaian menentukan saat tanam serta
ketersediaan modal. Saat tanam yang tepat sangat penting, : karena
terlalu banyak hujan akan membuat tanaman ini busuk. Muara,
contohnya, terlambat tanaman semangka. Ia menanam pada bulan Juli dan
sebelum semangkanya berbuah, hujan sudah turun satu kali. akibatnya
daun tanaman semangka Muara rusak, keriting, dan buahnya peyot, tidak
bulat bagus.
Pada saat ribuan hektar tanaman padi kekeringan dan hujan
diharapkan segera turun, maka petani semangka seperti Muara, justru
mengharapkan hujan tidak segera turun. Berkah bagi Muara, belum tentu
berkah bagi yang lain. Alam selama tidak diganggu manusia, akan
mengatur siklusnya dengan adil. (agus mulyadi)

Tidak ada komentar: