Jumat, 09 November 2007

Air Cimanuk Tak Lagi Keruh

KOMPAS - Sabtu, 06 Jul 1991 Halaman: 14 Penulis: MULYADI, AGUS Ukuran: 6491 Foto: 1
AIR CIMANUK TIDAK LAGI KERUH
WARGA kota Indramayu dan daerah sekitarnya terutama di utara
kota kecil itu, kini tidak lagi khawatir terhadap keganasan Sungai
Cimanuk. Sebuah sungai yang membelah kota itu, tidak lagi menjadi
momok bahaya banjir. Bukan karena debit air yang makin turun, tetapi
karena air sungai tidak mengalir lagi membelah kota di pantai utara
Jawa ini.
Sejak 1986, luapan air yang tadinya kadang mencapai puluhan
sentimeter dari bagian atas tanggul, kini kering kerontang. Kalau
pun ada, itu hanya tak lebih dari saluran kecil selebar sekitar satu
meter.
Lalu hilang ke mana aliran air sungai sebelumnya? Ternyata
dialihkan ke anak sungai di Blok Bangkir, Desa Rambatan Wetan,
Kecamatan Lohbener atau sekitar delapan kilometer barat daya
Indramayu. Satu lagi dialirkan ke sungai buatan melewati Desa
Terusan, Kecamatan Sindang.
Pengalihan aliran di Bangkir, dilakukan dengan membuat
bendungan, yang mulai berfungsi tahun sebelumnya. Sebagian air masih
dialirkan ke Sungai Cimanuk, dengan debit yang dapat diatur melalui
bendungan. Sehingga sebagian besar air dari hulu sungai membelok ke
dalam anak sungai Cimanuk di Bangkir.
Sementara itu air yang masih dialirkan ke Sungai Cimanuk, pada
akhirnya dibendung juga di Kelurahan Bojongsari, Kecamatan Indramayu
atau sekitar dua kilometer selatan pusat kota. Aliran air yang
menuju ke kota ditutup total, dan dialihkan ke sungai buatan yang
melintas Terusan, dan sudah dibuat sejak beberapa tahun
sebelumnya.
Dengan ditutupnya aliran sungai di Bojongsari, praktis air
Sungai Cimanuk dari tempat itu menuju kota, sepanjang sekitar tiga
kilometer ke utara sampai di Desa Penganjang, Kecamatan Sindang
kering kerontang. Air sungai buatan baru bertemu lagi dengan Sungai
Cimanuk di desa itu, setelah aliran yang menuju ke kota ditutup.
Air sungai yang setiap musim hujan selalu mengancam warga kota
dan sekitarnya, tidak pernah lagi terlihat. Yang ada pada akhirnya
hanyalah rumpun ilalang dan semak-semak yang tumbuh di bekas sungai
tersebut. Dengan sendirinya pula, penduduk dari desa-desa yang
berseberangan, tidak lagi harus menggunakan perahu tambangan atau
jalan memutar melalui jembatan di tengah kota, jika ingin menuju
daerah di seberang sungai.
***
UNTUK memanfaatkan bekas sungai, Pemda sejak sekitar dua tahun
lalu, membuat drainase untuk pembuangan air dari saluran-saluran
dalam kota. Terutama sekali pada musim hujan, dengan tingkat
genangan yang cukup tinggi, kehadiran saluran kecil di tengah-tengah
bekas sungai ini sangat dirasakan manfaatnya.
Namun disayangkan, tumbuhnya ilalang dan semak-semak di sekitar
drainase, cukup merusak pemandangan. Upaya pemeliharaan bekas sungai
ini jadinya seperti diabaikan. Padahal, sepanjang bekas aliran
tersebut, sebenarnya dapat dimanfaatkan menjadi taman penyejuk mata
umpamanya.
***
BANYAK pihak yang menyoroti masalah pemanfaatan "sungai hijau"
tersebut. Salah satunya, membuka aliran air Cimanuk lagi dengan
debit yang diatur seperlunya. Pemanfaatannya, terutama untuk
mengatasi kebutuhan air yang sangat tinggi bagi Kilang Minyak Exor I
pada saat mulai berproduksi nanti.
Bekas Cimanuk seperti ini, diharapkan dapat memberi banyak
manfaat bagi penduduk sekitar dan juga bagi gerak pembangunan di
kabupaten ini, jika kelak Exor I telah beroperasi. Bukan hanya itu
saja. Pembukaan aliran akan berdampak sangat luas, terutama sekali
bagi pertanian yang menjadi mata pencaharian pertama penduduk
Kabupaten Indramayu.
Harus diingat, keperluan air untuk kilang minyak Exor I akan
sangat tinggi, dengan perkiraan sekitar 500 meter kubik per detik.
Air digunakan untuk pembangkit listrik, yang akan menggerakkan roda
pengoperasian kilang minyak tersebut. Menurut rencana, kebutuhan air
akan dipasok dari Waduk Jatiluhur, melalui Bendung Salam Darma di
Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu. Dari bendung itu dilanjutkan
dengan pipanisasi ke Exor I.
Akibat lebih jauh, dikhawatirkan pemakaian air Jatiluhur ini
akan mengganggu keperluan air bagi pesawahan di Kabupaten Indramayu
dan daerah tetangganya, terutama sekali di musim kemarau. Karena
dikhawatirkan kapasitas air waduk yang saat ini dapat mengairi
sekitar 260.000 hektar sawah setiap musim tanam, akan menjadi
berkurang.
Untuk pesawahan di Kabupaten Indramayu saja, kebutuhan air bagi
paling sedikit 25.000 hektar sawah dalam setiap MT (masa tanam)
selalu dipasok dari Jatiluhur. Maka ketika ada rencana pemakaian
waduk itu untuk Exor I, beberapa kalangan pun seakan dibawa berpikir
tentang bagaimana nasib sawah di Indramayu. Apakah nantinya akan
kembali ke periode 1970 dan sebelumnya, ketika hampir semua sawah di
Kabupaten ini masih tadah hujan?
Tentunya pihak pengelola Exor I tidak berpikir ke sana, dan
proyek tidak akan mengganggu kehidupan masyarakat agraris Kabupaten
Indramayu. Ada jaminan pemakaian air dari Jatiluhur tidak akan
mengurangi pasokan air dari Jatiluhur. Jaminan kemampuan waduk itu
untuk memasok air ke Exor I, dilontarkan pula pihak Perum Otorita
Jatiluhur (POJ).
***
PARA petani tentu tidak ingin, sawah-sawah mereka tidak terairi
pada musim kemarau. Karena pada MT 1991 sekarang ini saja, puluhan
ribu hektar sawah di Kabupaten Indramayu terancam kekeringan. Itu
diakibatkan karena pasokan air bagi irigasi yang kurang dari
Jatiluhur. Lantas jika nanti digunakan pula untuk Exor I, apakah
sawah mereka masih dapat terairi?
Dan ketika dihadapkan pula dengan keadaan-keadaan seperti ini,
sebagian penduduk teringat pada Sungai Cimanuk yang melintas kota
tetapi telah dimatikan. Dengan membuka kembali aliran air ke dalam
kota, dengan debit yang dapat diatur, diharapkan Exor I dapat
memanfaatkannya. Lagipula pengiriman air dari Cimanuk ini, tentu
akan lebih murah karena jarak yang lebih dekat. Bekas Sungai Cimanuk
pun, tentunya akan berair kembali. Satu kerinduan bagi warga sekitar
kota yang dulu begitu akrab dengan sungai ini. (agus mulyadi)
Foto: 1
Kompas/mul
KERING KERONTANG - Tidak ada gemercik air sungai melintas kota
Indramayu. Bekas sungai kini kering-kerontang hanya ditumbuhi
ilalang. Jembatan kukuh penghubung kedua sisi sungai pun, seakan
rindu terhadap gemercik aliran air sungai di bawahnya.

Tidak ada komentar: