Jumat, 09 November 2007

Obsesi Wanita di Warung Remang-remang

KOMPAS - Sabtu, 24 Oct 1992 Halaman: 14 Penulis: MULYADI, AGUS Ukuran: 6616
OBSESI WANITA DI WARUNG REMANG-REMANG
SERUMPUN kembang sempat mekar di hati Susi (bukan nama ì
sebenarnya-red). Janda kembang usia 17 asal kampung Pilang,Desa
Sudimampir, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Jabar itu,
dijanjikan dibuatkan rumah oleh seorang laki-laki yang konon
mencintainya. Bagi Susi, janji pria yang akan memperistrinya itu,
sangat memberinya harapan. Di depannya kini membentang harapan
kehidupan lebih baik, dan selayaknya orang kebanyakan.
Meski laki-laki itu sudah beristri dan mempunyai beberapa orang
anak, status "istri" akan mengubah jalan hidupnya. Dengan jabatan
calon suaminya sebagai pegawai negeri di Indramayu, yang konon di
tempat yang basah pula, memberi Susi harapan hidup mapan secara
ekonomi. Hingga nantinya, tentu dia bisa menjadi orang terpandang di
kampungnya yang kecil itu. Begitu Susi kerap menerawang.
Hati wanita berkulit dan berambut pendek lurus ala Demi Moore
itu pun, makin berbunga-bunga kala pria idamannya suatu hari
membawakannya satu pesawat televisi. Meski hanya hitam putih,
pesawat televisi cukup untuk mengisi sebagian hari-harinya. Mungkin
dalam hati berkala, "Ah enggak apa hitam putih. Toh kalau aliran
listrik sudah masuk ke kampung ini, akan diganti yang berwarna oleh
Kang Mas".
Persiapan untuk menjadi istri pegawai negeri itu pun
dilakukannya. Langkah pertama yang diambil, dia menutup warung yang
selama ini dibukannya. Warung yang menjadi tempat awal pertemuan
dengan si laki-laki idaman. Bagi Susi, toh kini dia tidak perlu
bersusah payah menjaga degangannya. Karena kebutuhan ekonomi untuk
dia, saudara-saudara, dan orang tuannya mulai dipenuhi si calon
suami.
Namun impian Susi yang tengah melambung, akhirnya berantakan di
tengah jalan. Istri calon suaminya, mencium gelagat tidak baik di
tengah keluarganya. Si suami yang sering pulang malam bahkan
menjelang pagi, diketahui ada main dengan seorang pemilik warung di
Pilang. Susi pun dilabrak. Dan pada akhirnya, laki-laki yang telah
berjanji sehidup semati dengan Susi itu pun, tidak muncul-muncul
lagi.
Beberapa hari setelah kejadian itu, Susi kembali membuka
warungnya. Kembali dia jalani kehidupan seperti dulu, sebelum dia
bertemu dengan pegawai negeri tadi. Sampai ketika Kompas berkunjung
ke Pilang beberapa waktu lalu, Susi rupanya masih belum bertemu
dengan pria idaman, meski banyak kaum Adam kembali berkunjung ke
warungnya.
***
APA yang dialami Susi, sebenarnya hanya satu kasus yang
akhirnya dilupakan penduduk Pilang. Karena peristiwa seperti itu
kerap dialami pemilik atau penjaga warung lainnya. Gagal sekali,
mereka akan kembali hidup seperti sedia kala. Membuka warung dan
menunggu pembeli datang. Dan siapa tahu, calon suami sebenarnya akan
datang satu waktu kelak.
Susi adalah pemilik sekaligus penjaga salah satu warung remang-
remang di Pilang. Di kampung yang terletak sekitar 15 kilometer
timur Indramayu itu, seluruhnya paling sedikit tujuh warung serupa
buka tiap malam. Meski lokasinya harus masuk melalui jalan kecil
melintasi pesawahan dan tegalan penduduk, kaum laki-laki yang ingin
mengisi sebagian sepi malamnya, kerap berdatangan ke kampung
terpencil itu.
Peristiwa yang dialami Susi - ditinggal calon suami ketika
persiapan ke arah itu sudah matang - dialami pula sebagian wanita
pemilik atau penjaga warung remang-remang lain di Desa Tanjungsari,
Kedokan Bunder, Mundu, Cangkingan, Jayalaksana, Kecamatan
Karangampel, atau Desa Sudikampiran, Kecamatan Sliyeg.
Obsesi mendapat jodoh ketika menunggu warung sepanjang malam,
sudah terpateri di benak mereka. Sepertinya dengan cara itu, harapan
mereka untuk hidup lebih baik karena mendapat jodoh laki-laki
berduit, akhirnya dapat mereka capai. Meski untuk itu, mereka
berkorban harus menahan dingin malam, gigitan nyamuk, dan kantuk
yang pasti datang mendera. Meski seandainya telah bertemu pria
idaman, mereka harus siap-siap pula mengalami kemungkinan seperti
Susi.
Harapan mereka memang cukup beralasan. Barang-barang dagangan
yang dijual memang biasanya menjadi konsumsi orang-orang, minimal
sedikit berduit. Bir, minuman-minuman ringan, kue-kue kering, dan
jenis makanan ringan lainnya, pasti tidak akan dijangkau pria
berkantung pas-pasan. Meski untuk kalangan itu, sebenarnya tersedia
kopi atau teh tubruk (teh manis).
***
WARUNG remang-remang yang bertebaran di Kabupaten Indramayu
atau daerah lain, hanya muncul di waktu malam. siang hari warung-
warung yang diterangi dengan lampu berwarna itu ditutup. Tempat
menjajakan dagangannya pun hanyalah meja plus bangku, di dalam gubuk
kecil. Bahkan ada yang sama sekali tidak ada penutup gubuk, sehingga
embun leluasa turun ke barang dagangan, penjaga dan pengunjung
warung remang-remang.
Tekanan ekonomi dan keinginan mendapatkan jodoh pria berduit,
menyebabkan pekerjaan itu tidak hanya dilakukan para janda muda
saja. Gadis-gadis umur belasan di Desa-desa tadi, juga melakukannya
demi harapan sama.
Di warung remang-remang milik Ipah (18) di Desa Jayalaksana
umpamanya, tiga gadis usia paling tinggi 16-an tahun hampir setiap
malam begadang menemani membantu menjaga warung, karena mereka
menyimpan harapan bertemu pria idaman. Kenalan, timbul kecocokan,
dan sekali waktu melamar kepada orang tua mereka.
"Teman-teman" pemilik warung itu tidak mendapatkan upah sepeser
pun. Namun demi impian mendapatkan jodoh, sehingga mereka rela
melakukan itu. Semacam upah yang mereka dapatkan secara langsung,
hanyalah kesempatan menikmati aneka jajanan ringan di warung, kalau
ada tamu yang berbaik hati menawarinya. Atau kerap meminta, kalau
tamu sudah akrab dengan mereka.
***
DENGAN menunggu warung, lebih terbuka kesempatan bertemu dengan
pria dari kalangan yang berbeda dengan mereka, Yang hampir semuanya
hanya mengecap pendidikan tingkat dasar itu. Tapi jangan harap,
kalau ada pria iseng lantas mencoba membawa mereka, untuk kencan di
tempat lain umpamanya. Mereka kan menolaknya.
Mereka menjaga betul yang satu itu, Artinya, mereka adalah
bukan dari kalangan wanita penghibur. Karena kalau ada pria iseng
mengajak kencan tentu akan ditolak.
Mereka membuka dan menunggu warung remang-remang, hanyalah
sekedar berjualan biasa dan mencari untung. Sambil berharap bertemu
jodoh yang akan mengubah perjalanan hidup mereka selanjutnya. (agus
mulyadi)
Foto: 1 buah.

Tidak ada komentar: