Jumat, 09 November 2007

Jangan Lupa Mangganya

KOMPAS - Minggu, 27 Oct 1991 Halaman: 8 Penulis: MULYADI, AGUS Ukuran: 7009
JANGAN LUPA MANGGANYA
SEORANG rekan di Cirebon pada suatu hari berpesan, jangan lupa
mangganya kalau lewat Indramayu. Kalau bisa, mangga gedong. Tidak
perlu banyak, cukup dua buah saja. Pesan sekaligus permintaan
serupa, pasti akan dialami pula beberapa penduduk Indramayu di
rantau oleh teman-temannya, ketika pulang kampung.
Penduduk di luar Kabupaten Indramayu memang sudah beranggapan
Indramayu identik dengan mangga. Dan buah tangan yang cocok untuk
dibawa adalah mangga. Padahal buah mangga bukan melulu produksi
Indramayu. Hampir di semua daerah pesisir dan pegunungan, banyak
tumbuh pohon mangga.
Namun karena mangga Indramayu memang telah dikenal memilik rasa
dan aroma khas, maka bagi yang pernah mencicipinya akan selalu
timbul keinginan untuk kembali menikmatinya. Padahal di Cirebon
misalnya, yang bertetangga langsung dengan Indramayu, banyak pula
ditemui pohon mangga. Satu keadaan yang tidak jauh berbeda dengan di
Indramayu sendiri. Bahkan di Cirebon pun dapat ditemui penjual
mangga gedong di beberapa tempat di trotoar Jalan Siliwangi dan
Jalan Karanggetas. Dalam bakul-bakul berisi sekitar 60 buah mangga,
mereka menjajakannya sejak awal September lalu. Ketika musim petik
mangga tiba
***
PEDAGANG-pedagang mangga ini, ternyata berasal dari Kabupaten
Indramayu pula. Di antaranya adalah Kartawi dan Warno, yang mengaku
berasal dari Desa Pekandangan, Kecamatan Indramayu, dan Desa
Penganjang Kecamatan Sindang. Keduanya setiap hari menjual mangga
gedong.
Menurut Kartawi, dalam musim mangga banyak orang di desanya
atau desa tetangga seperti Dukuh, Plumbon, dan terutama sekali dari
Desa Kebulen di Kecamatan Jatibarang, beralih kerja menjadi
tengkulak sekaligus pedagang mangga.
Pembelian yang dilakukan para tengkulak, caranya dengan
menaksir terlebih dulu mangga-mangga yang masih pentil (muda).
Tengkulak menawarkan harga. Kalau itu disetujui, maka transaksi
dagang berlangsung. Buah mangga itu beralih menjadi milik si
tengkulak.
Selanjutnya ketika sudah waktunya musim petik, mangga-mangga
tersebut dijual tengkulak, baik dengan cara seperti Kartawi atau
lagsung ke pedagang besar seperti Damin, di salah satu penampungan
mangga di Jatibarang.
Salah satu masalahnya antara lain adalah ketika masa pemetikan
berlangsung. Buah mangga tidak dapat sekali dipetik habis langsung
dari pohonnya, karena tidak serentak tua bersamaan. Pemetikan harus
dilakukan setiap hari, memilih mana mangga yang sudah tua dan masak.
Maka seandainya pembelian oleh tengkulak dilakukan dalam partai
besar, kerepotan pemetikan dan pemasarannya akan menghadang.
Pembelian dalam partai besar, dalam hitungan lebih dari seratus
pohon mangga berbuah, memang jarang dilakukan tengkulak. Biasanya
seorang tengkulak yang patungan modal dengan rekannya, akan membeli
sekitar 50 pohon saja.
Bagi pemilik pohon mangga sendiri, dengan menjualnya kepada
tengkulak, akan meringankan beban mereka. Karena tidak serentak
dapat dipetik sekali ambil itulah penyebabnya. Bagi pemilik pohon
mangga, biasanya mereka menyisakan satu dua pohon di halaman depan
atau belakang rumah untuk dikonsumsi sendiri.
Seorang pemilik sekitar 25 pohon mangga di Desa Dukuh,
Kecamatan Indramayu, Ny Idah (54) misalnya. Dia hanya menyisakan
tiga pohon di halaman belakang rumah, untuk persediaan kalau anak-
anaknya yang berada di Jakarta dan Yogyakarta pulang. "Untuk oleh-
oleh kalau saya sama Bapak main ke Jakarta. Kadang-kadang saya
kirimkan kepada mereka," ujarnya.
Pohon-pohon mangga sisanya, oleh ibu ini dijual kepada
tengkulak yang datang langsung ke kebun mangga di samping rumahnya.
Lebih dari 20 pohon mangga laku Rp 750 ribu. Menurut Ny Idah, hasil
itu cukup lumayan. Karena hampir tidak ada pemeliharaan terhadap
pohon-pohon mangganya yang rata-rata berusia puluhan tahun itu.
Paling-paling hanya setahun sekali dilakukan pemupukan ketika musim
hujan tiba.
***
UPAYA peremajaan untuk melestarikan budidaya mangga di
Indramayu, sebenarnya tidak pernah berhenti dilakukan. Selain
pelestarian secara klasik oleh pemilik kebun, dengan menanam pelok
(biji mangga) yang telah tumbuh tunasnya. Dinas Pertanian setempat
pun berupaya melestarikan keberadaannya.
Kasubag Holtikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten
Indramayu, H. Karsan menuturkan, upaya pelestarian dan budi daya
mangga, dimaksudkan untuk mempertahankan Indramayu sebagai pemasok
mangga. Budidaya ini perlu dilakukan, mengingat sebagian besar pohon
mangga di daerah ini telah berusia di puluhan tahun. Sehingga
dikhawatirkan produktivitasnya menurun, meski sampai saat ini belum
terbukti.
Upaya yang dilakukan Dinas Pertanian adalah dengan penyediaan
bibit mangga, di empat kantor BPP kecamatan yakni di BPP Jatibarang,
BPP Haurgeulis, BPP Lohbener, dan BPP Juntinyuat. Bibit hasil
okulasi ini disediakan bagi petani yang berniat menanam di kebun
atau pekarangan rumahnya.
Bibit mangga hasil okulasi ini, dapat mulai berproduksi ketika
berusia empat tahun. Dengan produksi rata-rata sekitar satu kwintal.
Berkebun mangga memang tidak memerlukan pemeliharaan khusus. Selain
dapat dipakai untuk tumpangsari ketika pohon masih kecil,
pemeliharaan dapat dikatakan sedikit dilakukan. Hanya dengan
pemupukan menggunakan Hcl, TSP atau ZA setahun sekali, pohon dapat
tumbuh subur.
Hama yang mengganggu pertumbuhan pohon mangga, relatif sedikit
pula. Karena biasanya yang suka mengganggu daun mangga adalah wereng
putih. Itu pun tidak akan mematikan pohon. Pemiliknya cukup
membasminya dengan semprotan menggunakan obat anti hama. Hama
lainnya adalah benalu. Namun pemberantasannya dapat dilakukan secara
periodik lima tahun sekali, karena pertumbuhan benalu sangat lambat.
Budidaya mangga "generasi baru", menurut Karsan, idealnya
dilakuan dalam jarak 8 x 8 meter. Itu dimaksudkan agar ketika pohon
mulai besar, antar cabang pohon tidak saling berkait, yang berakibat
dapat mengurangi produksi.
Selain itu pemda setempat telah melakukan beberapa upaya. Di
antaranya adalah target pemilikan pohon mangga, satu KK (kepala
keluarga) minimal dua pohon. Sedangkan untuk satu desa, paling
sedikit harus ada 175 pohon mangga produktif. Dengan kiat seperti
itu, ungkap Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, Ir Asep S.
Abdhie Msc, diharapkan produksi mangga Indramayu dapat dipertahankan
dan ditingkatkan.
Untuk menumbuhkan kesadaran bahwa pohon mangga adalah satu
potensi yang dapat membantu kehidupan penduduk, sehingga penghasilan
tidak hanya bertumpu pada tanaman padi, masih sulit dilakukan.
Penduduk (pemilik pohon mangga) di Indramayu masih tetap
beranggapan, keberadaan pohon mangga di kebunnya, tak lebih sebagai
pohon pembawa rezeki yang tidak direncanakan, ketika musim buah
tiba. ***

Tidak ada komentar: