Jumat, 09 November 2007

Di Cirebon Ada Air Kuningan

KOMPAS - Selasa, 23 Apr 1991 Halaman: 13 Penulis: HARIYONO, TRI; MULYADI, AGUS Ukuran: 6534 Foto: 1

DI CIREBON ADA AIR KUNINGAN

HATI-hati membaca judul ini. Siapa tahu akan Anda artikan, di
Cirebon ada air terbuat dari kuningan. Padahal bukan itu maksudnya.
Yang benar, di Cirebon ada air berasal dari daerah Kuningan.

Kota di ujung timurlaut Jabar ini, memang miskin sumber air
untuk memenuhi kebutuhan warganya. Tapi, syukurnya, tetangga
terdekat di sebelah selatan Cirebon, di Kabupaten Kuningan, ternyata
kaya akan sumber air. Dari kabupaten inilah air melimpah tadi
dipasok setiap hari, memenuhi kebutuhan air untuk warga kota
Cirebon. Saking berlimpah, jangan heran bila Anda sedang melintas di
kota Cirebon, melihat air ledeng dibuang-buang.

Kota Kuningan di kaki gunung Ciremai ini memang kaya akan
sumber air. Meskipun hanya satu sumber yang dimanfaatkan, tepatnya
di Paniisan, ternyata air bersih itu sudah merepotkan Cirebon. Debit
air yang masuk dari Kuningan ke Cirebon, memang sangat tinggi.

"Itulah sebabnya jika malam sekitar pukul satu hingga pukul
tiga dinihari, air terpaksa kami buang. Bak penampung tidak cukup.
Kalaupun saluran pipa ditutup, bak penampungan di Kuningan tetap
tidak akan mampu menampung derasnya air. Bila dipaksa bisa jebol,"
tutur Ir. Ny Sri Sularmi S, Kepala Seksi P2TP (Penelitian,
Perencanaan, Teknologi, dan Pengembangan) PDAM Kotamadya Cirebon..

SUMBER air di Paniisan memang luar biasa besarnya. Air seolah
keluar dari perut bumi tiada hentinya. Sehingga diperlukan kolam
penampungan yang cukup besar. Dari kolam inilah, air disalurkan
menuju Cirebon lewat pipa-pipa raksasa yang panjangnya sekitar 22
kilometer. Debit air yang disalurkan melalui pipa ini mencapai 800
liter per detik. Cukup untuk memenuhi kebutuhan warga kota Cirebon
yang jumlahnya sekitar 200.000 jiwa.

Namun tentu, air yang diperoleh dari Kuningan, tidak begitu
saja diserahkan ke Cirebon. Warga Cirebon juga memberikan "imbal
jasa" kepada Pemda Kuningan. "Cirebon memang sangat beruntung. Sebab
air yang diperoleh dari Kuningan sudah bersih, sehingga biaya
pengolahannnya bisa ditekan," ujar Ir Sularmi.

Biaya pengolahan yang murah ini, membuat tarif PDAM di
Kotamadya Cirebon tergolong rendah dibandingkan kota-kota lainnya.
Tidak mengherankan jika 87 persen warga kota dapat menikmati air
bersih, dengan menjadi pelanggan PDAM. Besarnya jumlah pelanggan ini
antara lain disebabkan warga kota memang kesulitan air bersih, dan
juga tarif air relatif rendah.

Besarnya jumlah pelanggan air di Kotamadya Cirebon, ternyata
menjadi potensi yang besar pula untuk menarik retribusi RPLP
(Retribusi Penyehatan Lingkungan Permukiman). "Retribusi ini ditarik
bersama-sama dengan rekening air. Sehingga masyarakat tidak
merasakan bahwa pemukimannya kena retribusi," ujar Kumaedhi,
Walikota Cirebon.

MESKI jumlah pelanggan sudah lumayan besar, 87 persen penduduk,
pemda Kodya juga menyediakan beberapa tangki air bersih umum. Sejauh
ini tercatat sudah tiga tangki umum yang disediakan PDAM. Dengan
kapasitas masing-masing 6.000 liter per tangki, pengadaan fasilitas
ini juga dimaksudkan untuk membantu penduduk non-pelanggan,
menikmati hidup secara sehat.

Tiga penampungan air bersih ini, sengaja ditempatkan di
wilayah pinggiran kota dalam wilayah Kecamatan Harjamukti, yang
belum dijangkau jasa pelayanan PDAM. Salah satu di antaranya
terdapat di Blok Argapura, Kelurahan Argasunya RT 03/ RW 01.

Namun sayangnya, penduduk belum memanfaatkan terminal air yang
mulai dioperasikan akhir Februari 1991 lalu itu. Padahal harga yang
harus dibayar tidaklah tinggi. Untuk satu jerigen isi 20 liter,
hanya dikenakan tarif Rp 50. Harga ini terbagi masing-masing untuk
kas RW Rp 15, RT setempat selaku pengelola Rp 10, dan PDAM Rp 25 per
jerigen.

Karena belum optimal dimanfaatkan, tidak mengherankan jika
penampungan air dengan kapasitas 6.000 liter ini, sejak diresmikan
baru diisi sekali. Seorang warga Kelurahan Argasunya, Blok Argapura,
RT3/RW1 menjelaskan, itu karena masih sedikitnya pemakai. Setiap
hari, paling banyak hanya enam orang yang mengambil air di tempat itu.

Menurut perkiraan, kejadian ini karena tidak adanya alat angkut
ke rumah-rumah konsumen. Untuk mengambil air, penduduk harus
menjinjing jerigen dari dan ke rumahnya. Keadaan ini tentu
merepotkan mereka, sehingga air sumur pun tetap menjadi pilihan
pertama.

WALIKOTAMADYA Cirebon, Drs. Kumaedhi Syafruddin mengaku,
penyediaan kebutuhan air melalui tabung-tabung ini, memang diniatkan
agar semua masyarakat Cirebon dapat menikmati air bersih. "Dengan
adanya tempat air bersih ini, diharapkan sisa sebanyak 13 persen
penduduk Cirebon yang belum menikmatinya, terutama rakyat pinggir
kota dapat tercapai," ujar Kumaedhi.

Sebagai kelanjutan penyediaan air bersih ini, tahun 1992
mendatang direncanakan pula akan dipasang enam unit terminal air
baru. Beda dengan terminal air, keran umum hampir semuanya
ditempatkan di lingkungan permukiman penduduk, terutama di daerah
kumuh. Beda pula dengan terminal air yang belum banyak dimanfaatkan
penduduk, keran air rutin dimanfaatkan. Tarifnya pun hanya Rp 25
per jerigen isi 20 liter, yang semuanya disetorkan ke PDAM.

MEMANG, dengan air yang didapat dari Kuningan, Cirebon bisa
tersenyum. Bahkan, mampu membuat menara air besar di Jl Tuparev
(Tujuh Pahlawan Revolusi), persis berbatasan dengan Kabupaten
Cirebon. Pemda Kotamadya Cirebon, terus berkeras mengatasi kesulitan
air bersih bagi penduduk yang belum menikmati air bersih.

Setiap orang yang memasuki Cirebon dari arah Bandung atau
Jakarta, akan membaca "Selamat Datang" dalam tulisan yang besar. Dan
kini, makna selamat datang yang tertulis itu, kini menjadi kian
lengkap. Karena Cirebon sebagai kota di simpang jalan, bisa
menyegarkan orang yang hendak melakukan perjalanan jauh ke Barat
atau pun ke Timur. Anda tinggal membuka keran air ledeng untuk
membasuh muka, pasti ada air yang mengucur.
Baru setelah itu, tulisan "Selamat Tinggal" di ujung jalan enak
bunyinya. (Try Haryono/Agus Mulyadi)

Foto: 1
Kompas/thy
KURANG DIMANFAATKAN - Terminal air bersih di Kecamatan Harjamukti
Kodya Cirebon ini kurang dimanfaatkan penduduk, kendati tarif air
bersih ini amat murah. Penduduk lebih suka menggunakan air sumur.

Tidak ada komentar: