Jumat, 09 November 2007

"Boom" Harga Kontrak Rumah di Indramayu

KOMPAS - Jumat, 13 Nov 1992 Halaman: 9 Penulis: MULYADI, AGUS Ukuran: 7677
"BOOM" HARGA KONTRAK RUMAH DI INDRAMAYU
SEORANG rekan sekitar setahun lalu pernah kebingungan, ketika
akan mencari rumah kontrakan di Indramayu. Kebetulan saat itu rumah
yang ditempati bersama keluarganya selama dua tahun, sudah habis
masa kontrakannya. Pemilik rumah beralasan, salah seorang anaknya
akan menempati rumah itu, sehingga rekan tadi tidak bisa
memperpanjang kontrak.
Masalah yang dia hadapi, harga kontrak rumah di dalam kota dan
pinggiran kota Indramayu, sama sekali tidak terjangkau kantungnya.
Karyawan golongan dua di salah satu instansi pemerintah itu, selalu
menemui rumah dengan harga kontrak sudah lima kali lipat dari rumah
yang pernah ditempatinya. Padahal ukuran dan bentuk rumah tidak
terlalu berbeda.
Pemilik salah satu rumah di antaranya, berkamar dua, dilengkapi
dapur, kamar mandi, dan ruang tamu dan ruang keluarga, memasang
harga Rp 2 juta per tahun. Bagi ayah dua anak itu, suatu harga yang
sulit terjangkau. Lagi pula rumah kontrakan sebelumnya, cuma Rp 400
ribu per tahun.
Untunglah rekan asal Cirebon tadi tidak perlu berlama-lama
mumet memikirkan tempat tinggal kontrakan. Sebelum waktu kontrakan
rumah lama habis, dia mendapatkan rumah kontrakan baru di salah satu
desa sebelah selatan Indramayu. Meski ikut-ikutan naik, toh tidak
terlalu berbeda dengan rumah yang sebelumnya dia tempati. Dan meski
di desa, kantor tempat bekerja masih bisa dijangkau dengan mudah,
karena dia mempunyai sepeda motor.
Tingginya harga kontrakan di Indramayu ini, pernah dikeluhkan
pula Bupati Indramayu, Ope Mustofa. Beberapa waktu lalu kepada
Kompas dia pernah berkata, karyawan Pemda Indramayu yang belum
memiliki rumah, sulit mendapatkan rumah di dalam kota. Bagi mereka,
kini hanya tersedia rumah-rumah di desa-desa sekitar kota.
Masalahnya ya itu tadi, harga kontrak rumah di dalam kota sudah
mencekik leher. Pegawai negeri atau swasta berpenghasilan pas-pasan,
jangan harap dapat rumah kontrakan di Indramayu.

Pengaruh Exor I
Lonjakan harga rumah kontrakan yang menggila ini, sudah
berlangsung dalam dua tahun terakhir. Itu semua terjadi sejak proyek
pembangunan kilang minyak Exor I Balongan, Indramayu, mulai
berlangsung tahun 1991 lalu.
Memang ada keterkaitan langsung, antara lonjakan harga
kontrakan rumah dengan Exor I. Proyek itu mendatangkan ribuan orang
pekerja dari daerah lain ke Kabupaten Indramayu. Bagi mereka tentu
saja kemudian membutuhkan tempat tinggal, sampai proyek yang mereka
kerjakan selesai.
Nah, kebutuhan tempat tinggal inilah yang kemudian melambungkan
harga kontrakan rumah. Sesuai hukum ekonomi, permintaan terhadap
kebutuhan rumah yang meninggi, dibarengi pula dengan meningginya
harga, yang mungkin tidak pernah terpikirkan penduduk Indramayu pada
tahun-tahun sebelumnya.
Meningginya harga kontrak rumah, tidak terlepas pula dari
kenyataan bahwa di antara ribuan pendatang itu, terdapat tenaga-
tenaga ahli, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Pendatang
dari kalangan inilah yang sebenarnya secara langsung melonjakkan
harga kontrakan rumah di Indramayu.
Entah bagaimana awalnya, mungkin karena pendatang kelompok ini
menggunakan standar daerah lain atau kota-kota besar di Indonesia,
mereka berani menawar harga kontrak rumah di luar perkiraan penduduk
Indramayu. Hingga tak aneh, jika salah satu rumah berlantai di
tikungan Jalan Haryono MT, Sindang, "laku" lebih dari Rp 42,5 juta
per tahun. Konon rumah milik salah seorang bekas pejabat di
Indramayu itu, dikontrak selama dua tahun.
Harga rumah yang terbilang mewah untuk ukuran Indramayu itu,
disebut-sebut sebagai harga tertinggi kontrakan rumah di Indramayu
sampai saat ini. Harus diakui, tingginya harga disebabkan
perlengkapan memadai dari rumah itu. Misalnya perlengkapan kamar
mandi sekelas hotel berbintang, dan banyaknya kamar di rumah bercat
putih tersebut.
Harga beli tinggi itu, mungkin disebabkan pula karena
pengontraknya memang orang berduit. Yakni tenaga ahli dari Jepang.
Meski untuk ukuran Indramayu, harga itu "gila-gilaan", bagi mereka
mungkin masih sesuai standar hidupnya.
Untuk ukuran rumah yang termasuk kelas "bagus", bangunan baru
dengan model masa kini, harga kontrak rumah itu rata-rata sekitar Rp
20-an juta. Dan harga makin tinggi dari harga itu pula, jika rumah
berada di pinggir jalan besar-pinggir jalan besar, seperti Jalan RA
Kartini, Jalan Sudirman, Jalan Suprapto, atau Jalan DI Panjaitan.
Bahkan harga rumah di dalam komplek perumahan pun ikut-ikutan
melambung, meski tetap sesuai dalam kelasnya. Seperti yang dialami
rekan dari Cirebon tadi, harga rumah BTN type 21 yang telah dirombak
lebih luas dan dilengkapi dengan tiga kamar, termasuk yang dilantai
dua, harga kontraknya rata-rata dapat mencapai Rp 2 juta per tahun.

Dirombak
Mengantisipasi lakunya rumah-rumah dengan harga kontrakan
tinggi itu, sebagian pemilik rumah yang merasa "layak kontrak"
biasanya segera merombak rumahnya agar bisa menarik peminat.
Misalnya, salah seorang pemilik rumah di Jalan Karukunan. Rumahnya
saat ini tengah dalam penyelesaian rombak total.
Tentu saja dengan memperhitungkan untung ruginya, pemilik
seperti rela merombak rumahnya hanya untuk sekadar dikontrakan.
Dalam perhitungan pemilik rumah, biaya merombak mungkin diperkirakan
habis lebih dari Rp 10 juta. Tetapi karena rumahnya dikontrakan
selama dua tahun -satu tahun Rp 20 juta- dia masih mendapatkan
kelebihan sangat besar. Bagi pemilik, perombakan rumah tentu
menguntungkan mereka pula. Karena toh nantinya rumah itu tetap
ditempati dia dan keluarganya, setelah masa kontrak habis.
Dan bagi pemilik-pemilik rumah di Indramayu yang laku
dikontrak, biasanya untuk tempat tinggal dia dan keluarganya
sementara, mereka akan mengontrak rumah orang lain. Yang dipilih
tentu rumah-rumah sederhana, letaknya tidak di jalan strategis
seperti rumahnya sendiri, dan tidak berpesawat telepon. Harganya
juga jauh lebih murah dari harga rumah yang dikontrakan.
Dengan cara seperti ini, mereka mendapatkan keuntungan yang
tidak kecil. Umpamanya saja, dalam dua tahun rumah tinggalnya
dikontrakan Rp 40 juta, sedangkan dia sendiri kemudian mengontrak
rumah untuk dua tahun Rp 4 juta. Sudah tentu, sisa uang yang didapat
masih sangat tinggi yakni Rp 36 juta. Apalagi kalau uang itu
didepositokan di bank, pemilik rumah masih mendapatkan keuntungan
pula dari bunganya.
Akhirnya kontrak rumah ini menjadi bisnis sebagian penduduk
Indramayu. Uang kontrakan tinggi didapat, rumah tetap menjadi
miliknya, dan selesai kontrak habis dia bisa kembali tinggal di
rumahnya lagi. Sementara pundi-pundi kantong uangnya, makin
bertambah pula.
Namun sementara pihak di Indramayu memperkirakan, boom harga
rumah kontrakan ini hanya bersifat sementara. Mungkin masih
berlangsung dalam dua tahun mendatang. Penyebabnya, saat ini sedang
mulai dibangun perumahan untuk karyawan Exor I, di Desa Pekandangan,
Kecamatan Indramayu, di atas areal seluas 200 hektar, letaknya
sekitar 10 kkm barat lokasi kilang minyak.
Setelah perumahan itu selesai nanti, para tenaga ahli yang
mengontrak rumah sekarang, mungkin telah selesai masa kontrak
proyeknya. Sebagian tenaga ahli lainnya yang bekerja di kilang
minyak itu pun, tentu tidak akan mengontrak rumah, karena akan
menempati perumahan. Boom harga kontrak rumah pun diperkirakan
berakhir. Meski mungkin boom harga sektor lainnya tetap berlangsung,
karena keberadaan kilang minyak Exor I. (agus mulyadi)
Foto: 1 buah.

Tidak ada komentar: