Senin, 12 November 2007

Plered, Pusat Makanan Ringan "Selawe Perak"

KOMPAS - Minggu, 30 Apr 1995 Halaman: 15 Penulis: MULYADI, AGUS Ukuran: 7800
PLERED, PUSAT MAKANAN RINGAN "SELAWE PERAK"
ANDA pasti akan pusing tujuh keliling seandainya saat ini
mencari makanan ringan (snack) super murah seharga Rp 25 (dua
puluh lima rupiah). Dengan uang sebesar itu paling banter hanya
mendapat sebutir permen, seperti yang sah-sah saja dilakukan
sejumlah pasar swalayan, saat membayar kembalian uang pembeli.
Namun Anda tak usah berkecil hati. Di zaman harga-harga makanan
dan segala macam kebutuhan manusia semakin melambung, ternyata masih
ada makanan ringan yang dijual dengan harga selawe perak.
Makanan ringan murah -- yang kebanyakan untuk konsumsi anak-
anak ini -- dengan mudah didapatkan di Cirebon. Tepatnya di kawasan
pusat perdagangan kue di kawasan Plered, sekitar lima kilometer
barat kota Cirebon. Kawasan perdagangan makanan ringan ini meliputi
sejumlah desa seperti Plered, Weru, Panembahan, dan Setu.
Para pemudik Lebaran atau pengendara lain yang kerap
melintas jalan itu, akan dapat dengan mudah melihat banyaknya
makanan ringan seharga selawe perak (Rp 25 ) itu. Timbunan
kue dari pedagang grosir besar, menengah, dan kecil, banyak
terdapat di kedua sisi jalan. Bongkar muat jajanan dari truk dan
kendaraan lain, sebagian dilakukan pula di kedua pinggir jalan padat
kendaraan itu.
Ramainya transaksi jual beli segala macam makanan ringan
dan kegiatan bongkar muat yang melibatkan banyak kendaraan
pengangkutnya, menjadi salah satu penyebab kemacetan lalu lintas
yang kerap terjadi di kawasan itu. Arus kendaraan yang merambat,
menjadi pemandangan biasa di Plered. Antrean kendaraan
biasa terjadi, mulai dari sekitar perempatan Jl Plered sampai
pertigaan Kedawung, sepanjang sekitar tiga kilometer.
Padat dan tersendatnya lalu lintas di Plered, selain karena
tingginya frekuensi arus kendaraan, juga karena kesibukan pasar
makanan ringan di kawasan itu. Setiap hari ratusan pembeli datang
membawa kendaraan untuk mengangkut makanan ringan yang
dibeli. Puluhan kendaraan besar, juga datang dan membongkar
muatan makanan ke sejumlah grosir di pusat makanan itu.
***
PEMBELI makanan ringan kering di Plered berdatangan dari
berbagai kota dan daerah. Mereka adalah pedagang yang
sengaja membeli makanan di Plered untuk dijual di daerah mereka.
Mereka tidak hanya berasal dari daerah Cirebon sendiri dan
daerah sekitar seperti, Brebes, Tegal, Indramayu, Kuningan, dan
Majalengka, tetapi juga berasal dari Purwokerto, Solo, atau
Subang, Sumedang serta daerah lain.
Sejumlah grosir ada di daerah itu. Mereka menjual dan
menyalurkan kiriman bertruk-truk makanan kering, kepada sub-grosir
atau pedagang lebih kecil. Hingga tidaklah berlebihan jika setiap
hari transaki dagang, diperkirakan bernilai ratusan juta rupiah.
Di Plered, menurut pemilik Toko Hendra, terdapat ratusan jenis
makanan. Pedagang sub-grosir ini sampai kesulitan menyebut satu per
satu jenis makanan ringan yang ditawarkan karena banyaknya.
Bermacam makanan ringan mulai dari harga Rp 25 per bungkus
sampai seharga Rp 100 dan segala jenis makan ringan lain, sebagian
besar tidak berasal dari Plered dan daerah Cirebon itu sendiri.
Makanan itu datang dari pabrik di berbagai kota seperti Jakarta,
Bandung, Tangerang, Solo, Surabaya, dan kota lainnya.
Selebihnya adalah makanan ringan yang berasal dari produk industri
rumahan di kawasan Plered sendiri dan sekitar Cirebon.
Namun antara produk lokal dan pabrik besar dapat dibedakan,
dengan melihat dari bentuk kemasannya. Aneka makanan ringan dari
pabrik dikemas dalam bungkus plastik bagus aneka warna, atau dalam
kotak karton. Merek makanan ini pun keren-keren.
Snack selawe perak misalnya diberi nama Halo, cokelat stik
Choyo-Chyo, agar-agar Jely Cup-Cup, atau permen bermerek RX
Candy. Kebanyakan jenis yang dijual di Plered adalah aneka macam
snack, kuaci, agar-agar, permen, mie kering, sampai kue yang
dikemas dalam balon. Hampir semua jenis makanan ini berasal dari
luar Cirebon.
Sedangkan produk lokal yang juga turut meramaikan Plered, di
antaranya aneka jenis kerupuk, kacang-kacangan, makanan kering dari
terigu, makanan dari singkong, dan sebagainya. Beberapa jenis
makanan setempat antara lain dikenal dengan nama kremes,
klitik, kacang, atum, teng-teng, kerupuk melarat/mares, dan
sebagainya. Sebagian makanan lokal ini, bisa dibeli sejumlah pasar
swalayan di Cirebon.
***
MAKANAN ringan lokal inilah yang sebenarnya menjadi cikal bakal
mengapa Plered menjadi pusat perdagangan makanan ringan. Seorang
grosir, H. Enny (47), menyebutkan sejak dia kecil, kawasan Plered
sudah menjadi tempat perdagangan makanan.
Menurut Enny, salah seorang perintisnya adalah penduduk
setempat, H Anwar, yang saat ini juga menjadi grosir besar.
Namun pengusaha ini tidak mau menjelaskan ihwal pertumbuhan
Plered. "Tanya pada yang lain saja," katanya.
Sejumlah pedagang menyebutkan, berkembangnya kawasan Plered
menjadi pusat perdagangan makanan karena di daerah itu ada kawasan
makanan ringan industri rumahan. Transaksi jual beli, selain
berlangsung di rumah produksi, juga di Pasar Kue Weru. Pasar ini
sampai sekarang masih menjadi tempat transaksi. Puluhan pedagang
sub-grosir dan kecil mengambil tempat menjajakan dagangan di sini.
Keberadaan pedagang di Pasar Kue Weru dan sekitarnya, juga
merupakan gambaran dari suatu pembagian rezeki (keuntungan)
secara merata bagi banyak orang. Tidak hanya grosir yang meraup
keuntungan besar karena menjual dalam partai besar, tetapi
pedagang kecil di bawahnya pun dapat meraih laba.
Pedagang yang berdatangan, kebanyakan membeli pada sub-grosir
atau pedagang lebih kecil dari grosir. Pedagang-pedagang ini
membeli barangnya dari grosir yang menerima kiriman pabrik. Kecuali
pembelian dalam partai besar yang tidak dapat dilayani sub-grosir,
pembeli dari luar tidak boleh membeli langsung dari grosir. Begitu
aturan dagangnya meski tidak tertulis.
Satu ikat makanan kecil berisi 100 bungkus, misalnya, dibeli
pedagang dari sub-grosir Rp 1.850. Sebelumnya sub-grosir mebeli dari
grosir Rp 1.800. Pihak grosir sendiri tidak mau menyebut, berapa
harga makanan itu dari pabriknya.
Rantai pembagian rezeki ini lebih panjang lagi. Pedagang yang
membeli dari subgrosir, akan menjualnya kepada pedagang eceran di
pasar Rp 1.900. Di tingkat pedagang eceran, harganya kemudian
melonjak menjadi Rp 2.500 per satu ikat isi 100 bungkus, karena
dijual Rp 25 per bungkus.
Meski untung yang didapat pedagang subgrosir per ikat kecil,
hanya Rp 50, namun bisnis makanan ini berjalan lancar dan dalam
partai cukup besar. Seorang pedagang asal Sindanglaut, Cirebon,
Tafsir (60), membeli aneka makanan ringan satu bak truk kecil
seharga Rp 1,5 juta. Dua kali seminggu dia bolak-balik ke Plered.
Hal serupa dilakukan seorang pedagang asal Majalengka. Sukar (35)
asal Tegal dua hari sekali juga membawa (membeli) satu boks penuh
makanan ringan. Di kotanya, makanan ini dijual ke pedagang eceran.
Para pedagang mulai dari pedagang eceran sampai grosir
sendiri sebenarnya tidak begitu mengerti mengapa pihak pabrik
mampu memproduksi makanan semurah itu, Rp 25 per bungkus.
Mungkin itulah misteri mata rantai produksi dan perdagangan
makanan ringan Plered. Yang tidak masuk akal bagi masyarakat awam
pun dapat menghidupi ribuan orang, seperti makanan ringan selawe
perak Plered.(agus mulyadi)
----------
teks foto:
Kompas/mul
PASAR MAKANAN -- Kawasan sekitar pasar kue Weru, Plered, selalu
dipadati tumpukan makanan ringan, pedagang, dan pembelinya.
Pemandangan seperti ini berlangsung sepanjang hari.