Rabu, 16 Juli 2008

Mereka Ingin Memilih, Tetapi Harus Melaju di Jalan

KOMPAS - Selasa, 21 Sep 2004 Halaman: 29 Penulis: mul Ukuran: 4722

MEREKA INGIN MEMILIH PRESIDEN, TETAPI HARUS MELAJU DI JALAN

SIHAL tetap melaju di atas truk beroda 10 di jalan lintas tengahSumatera, Senin (20/9) pagi. Sihal mengisi hari seperti biasanya,melaju di atas truk besarnya. Pada Senin pagi hingga siang diamenyusuri jalan antara Lahat dan Muara Beliti, Sumatera Selatan.

Pada waktu yang sama, sebagian besar rakyat negara ini berbondong-bondong menuju ke tempat pemungutan suara (TPS). Senin kemarin memangmerupakan salah satu hari paling penting di republik ini.Melalui pemilihan presiden (pilpres) tahap kedua, masyarakatmemilih pasangan Megawati Soekarnoputri-KH Hasyim Muzadi atau SusiloBambang Yudhoyono-Jusuf Kalla. Rakyatlah yang menentukan siapa yangakan memimpin Indonesia selama lima tahun mendatang.

Sihal pun begitu. Sama seperti rakyat lain, dia ingin ikutmenentukan siapa presiden dan wakil presiden yang paling pantasmenakhodai "perahu" Republik Indonesia. Sihal pun sebenarnya sudahmemiliki pilihan. "Saya akan memilih SBY," katanya.

SBY yang dimaksudadalah Susilo Bambang Yudhoyono, salah satu kandidat yang berpasangandengan Jusuf Kalla.Akan tetapi, keinginan Sihal hanya sampai di batas itu. Dia tidakbisa mewujudkannya, mendukung pemimpin yang akan dipilihnya, karenaharus mengemudikan truk besar bermuatan barang kebutuhan sehari-hari.

Pemuda asal Padang, Sumatera Barat, itu tidak ikut mencoblos karenaSenin kemarin tengah menempuh sebagian perjalanan dari Jakarta menujuke kota kelahirannya."Saya tidak bisa ikut memilih karena sedang di jalan. Kalausedang di rumah, saya pasti ikut memilih SBY," ujar Sihal, ketikaditemui di salah satu rumah makan di Muara Beliti, Kabupaten MusiRawas, tempatnya biasa beristirahat, Senin siang.

Lantas Sihal pun mengemukakan alasan, mengapa berkeinginanmemilih purnawirawan jenderal itu. Alasan yang dikemukakan sebenarnyasederhana dan masih berkaitan dengan pekerjaannya sebagai sopirtruk.

"Kalau SBY menang, mudah-mudahan pungutan di jalan berkurang.Selama Ibu Mega yang menjadi presiden, pungutan di jalan makinmenjadi-jadi. Saya kadang- kadang tekor karena harus mengeluarkanuang lebih banyak untuk pungutan tersebut dibandingkan uang yangdiberikan pemilik kendaraan," ujarnya.

Sebagai contoh, Sihal pun menyebutkan uang yang diberikan bosnyauntuk membayar pungutan di jalan agar perjalanan membawa barang dariDumai, Provinsi Riau, ke Jakarta berjalan lancar. Untuk keperluanmembayar berbagai jenis pungutan di jalan, bos Sihal memberikan uangRp 800.000.

Namun, uang sebesar itu kadang tidak cukup karenapengeluaran untuk berbagai pungutan liar di jalan selama seminggulebih tersebut melewati angka Rp 1 juta. "Kalau sudah begitu, sayakadang tidak punya uang sisa karena ikut habis untuk membayarpungutan-pungutan itu," katanya.

Dengan memilih SBY, Sihal berharap para petugas di jalan yangbiasa memungut uang dari dia dan ribuan sopir lainnya bisa mengurangiperilakunya. Dengan adanya jenderal purnawirawan yang memimpinIndonesia, dia berharap para petugas itu tidak terlalu "buas" sepertiyang terjadi beberapa tahun ini.

KEINGINAN sama juga dimiliki sopir-sopir truk lain yang biasalalu-lalang antara kota- kota di Sumatera dan Jakarta atau kota laindi Pulau Jawa. Sama seperti Sihal, mereka ingin pemimpin yang mampumemberantas berbagai jenis pungutan liar. Akan tetapi, mereka tidakbisa ikut menentukan pemimpin negara ini karena sibuk.

Alasan sopir truk lain, Fendi, asal Batusangkar, Sumatera Barat,serta Maryono asal Bandar Lampung, dan Firdaus asal Sarolangun,Jambi, juga sama. Mereka ingin adanya perubahan di jalan sehinggasaat membawa berbagai jenis keperluan untuk masyarakat banyak bisalebih nyaman.

Banyaknya pungutan liar itulah yang membuat mereka menaruhharapan adanya pemimpin yang mampu, paling tidak mengurangi banyaknyapungutan liar tersebut.Saat tengah berbincang, tiba- tiba Firdaus menunjuk ke seberangjalan. Di sana seorang petugas berseragam terlihat baru berhenti dantetap duduk di atas sepeda motornya.

"Dia menunggu truk-truk yangdiparkir di rumah makan ini keluar. Kalau tidak diberi uang, diapasti akan mengejar truk," katanya.Persoalan tidak bisa ikut memilih sebenanya tidak hanya sekarang.Para sopir itu mengaku sejak pemilihan legislatif, kemudian pilprestahap pertama, hingga pilpres putaran kedua tak pernah bisa datang keTPS karena berada di jalan.

Jadi, bagi sopir-sopir truk itu, siapa pun presidennya dia harusmampu mengikis atau mengurangi pungutan-pungutan liar di jalan.(AGUS MULYADI)

Tidak ada komentar: