KOMPAS - Senin, 29 Oct 2001 Halaman: 17 Penulis: mul; bsp; osd Ukuran: 4675
DUA HARI SETELAH TABRAKAN KA DI RANGKASBITUNG
STASIUN Rangkasbitung pada Sabtu (27/10) siang tetap ramaiseperti biasanya. Calon penumpang kereta tetap memenuhi stasiun yangterletak sekitar 80 kilometer barat Jakarta itu. Satu rangkaiankereta ekonomi, KA 923, tengah bersiap-siap berangkat menuju IbuKota.
Beberapa petugas PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang bertugas distasiun tengah memeriksa setiap sambungan gerbong. Pipa penghubungudara yang berfungsi sebagai rem kereta, menjadi salah satu prioritasyang diperiksa petugas.
Semuanya tetap seperti hari-hari sebelumnya. Bendera setengahtiang sebagai tanda menghormati orang yang meninggal pun tidak ada.Padahal, dua hari sebelumnya terjadi tabrakan maut antara keretapenumpang Jakarta-Rangkasbitung dan kereta pengangkut batu bara diLebak Sambel, Kelurahan Cijoro Lebak, yang lokasinya sekitar 540meter di sebelah barat Stasiun Rangkasbitung.
Pada peristiwa itu, tiga orang tewas, empat luka berat, dansembilan penumpang luka ringan. Dua dari korban tewas, Adman danSutisna, adalah masinis dan kondektur kereta. Seorang korban tewaslainnya, Samsul Bahri yang biasa dipanggil Buyung, adalah pedagangasongan teh botol yang telah belasan tahun mencari nafkah di atasgerbong kereta. (Kompas, 26/10).
Dua dari empat orang yang menderita luka berat, sampai Sabtusiang masih dirawat di RSU Adjidarmo Rangkasbitung. Mereka adalah AdeHardianto dan Rina (1,5). Rina yang terluka di bagian kepalanya masihtergolek di ranjang rumah sakit, ditemani ibu kandungnya, Lilis (30)yang juga mengalami luka akibat tabrakan.
Dua kakak dan ayahkandungnya, Yohan, juga turut menemani di ruang Duku RSUD Adjidarmoyang siang itu terasa pengap.Udara yang terasa panas di ruang perawatan kelas tiga itumenyebabkan Rina tidak betah. Ia terus merengek. Ketika ayahnyamenggendong ke luar ruangan, sambil menenteng botol infus, tangisRina pun berhenti.
Udara segar di lorong rumah sakit rupanyamenyegarkan badan balita itu, sehingga tangisnya berhenti.Apakah pada hari itu ada orang dari PT Kereta Api Indonesia (KAI)yang datang membesuk? "Hari ini tidak ada orang membesuk. Kalau Jumatkemarin ada ibu-ibu dari PT KAI datang ke sini," ujar Lilis, yangterluka memar di dagu dan lengan kirinya.
Di ruang perawatan kelas tiga di sebelah ruangan tempat Rinadirawat di RSUD Adjidarmo, Ade Hardianto, juga masih tergeletak takberdaya. Bagian kepalanya dililit perban putih menutupi lukanya.Tangan kiri Ade yang bekerja sebagai petugas Satpam di ITC ManggaDua, terlihat sekali-sekali berusaha meraih kipas bambu di dekatnya.
Menurut ibu kandungnya, Ny Sumiarsih (50) yang setia menemani anaknyasejak hari pertama, Ade belum mampu bangun sendiri, bahkan untukduduk sekalipun.BERBEDA dengan di rumah sakit dan stasiun kereta, suasana dirumah almarhum Sutisna di Lebak Kaum, Rangkasbitung, lebih sibukdibandingkan hari-hari biasanya. Sanak keluarga dan teman-temankerjanya tengah berkumpul. Mereka tengah mempersiapkan acaraperingatan malam ketiga kepergian Sutisna.
Di rumah korban tewas lainnya, Buyung, di Kampung Rancatimah,Cijoro Lebak, istri dan dua anaknya yang ditinggalkan masih dililitkesedihan. Di rumah kontrakan seharga Rp 35.000 per bulan berupabilik berukuran tiga kali empat meter itu, Ny Ebah (37) dan dua anakkembarnya, Rizal dan Nuryati (4), tergolek memikirkan masa depan yangbakal dihadapi.
Tiang keluarga mereka telah pergi selamanya.Untuk selamatan almarhum suaminya pun, Ebah tidak mampu.Beruntung bagi dia, tokoh masyarakat setempat, Nahrawi (70), masihpeduli dan menyediakan rumahnya sebagai tempat acara, sekaligusmenyediakan makanan untuk keperluan itu. Di rumah Nahrawi itu pulajasad Buyung sempat disemayamkan sebelum dikebumikan.
Sementara itu, Menteri Perhubungan Agum Gumelar yang ditanyawartawan tentang kasus tabrakan itu, di Cibubur, Jakarta Timur,Minggu (28/10), antara lain mengatakan, "Saya pusing tentang itu."Usai acara peringatan Hari Sumpah Pemuda di Bumi PerkemahanCibubur yang dipimpin Presiden Megawati Soekarnoputri, Agum Gumelarlangsung dikerumuni wartawan.
Namun, ia banyak menghindari pertanyaanwartawan mengenai tabrakan kereta api tersebut. "Saya sudah memberipernyataan soal itu kemarin. Saya sedang menunggu laporan keadaanyang baru lagi," ujarnya.Ditanya apakah sudah turun ke lapangan untuk meninjau tabrakankereta api tersebut, Agum Gumelar hanya mengatakan, "Saya selalu kelapangan." (agus mulyadi/bambang sp/j osdar)
Rabu, 16 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar