Rabu, 16 Juli 2008

Ketika Petani Kehilangan Sumber Nafkah, Negara Kehilangan Devisa

KOMPAS - Senin, 14 Apr 2003 Halaman: 31 Penulis: nat; b04; mul; amr Ukuran: 5698 Foto: 1

KETIKA PETANI KEHILANGAN SUMBER NAFKAH,
NEGARA KEHILANGAN DEVISA

BELUM dilakukannya peremajaan perkebunan karet rakyat tidak hanya berdampak terhadap kehidupan mereka yang tetap miskin. Tetapi pemerintah pun akan terpengaruh oleh masalah itu. Jika tidak segera dicarikan pemecahannya, maka pemerintah baik pusat maupun Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Selatan (Sumsel) dan Pemprov Jambi akan repot karena akan kehilangan sumber devisa penting.

Menurut data Dinas Perkebunan Sumatera Selatan, ekspor sektorperkebunan daerah itu mencapai sekitar 57 persen dari nilai ekspornonmigas provinsi itu. Dalam sektor perkebunan, karet merupakankomoditas andalan bagi Sumsel karena 45 persen dari total eksporkomoditas perkebunan tersebut berasal dari karet.

Andalan perkebunan karet Sumsel sampai saat ini masih bertumpupada perkebunan karet rakyat. Luas perkebunan karet rakyat adalah 94persen dari total luas lahan karet di Sumsel, sedangkan sisanyaadalah perkebunan besar swasta (PBS) sekitar lima persen, danperkebunan besar negara mencapai satu persen.

Luas lahan karet rakyat di Sumsel sekitar 804.000 hektar.Dengan luas lahan seperti itu, perkebunan karet rakyat memberikan kontribusi sekitar 94 persen dari total produksi karet alam Sumsel. Mengingat perannya yang sangat besar sebagai sumber pendapatandaerah (PAD), seharusnya karet rakyat mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah. Karet Sumsel menyumbang 28 persen dari total produksi karet secara nasional.

Luas lahan karet tua dan tidak terawat di Sumsel ini jumlahnya tidak tanggung-tanggung. Data Dinas Perkebunan menyebutkan, luasnya mencapai lebih dari 100.000 hektar.Jika setiap petani rata-rata mempunyai dua hektar lahan, jumlah petani yang terlibat diperkirakan 50.000 keluarga. Akan tetapi, jika menilik banyak petani yang mempunyai luas lahan kurang dari itu, jumlahnya bisa lebih banyak lagi.

Dari luas lahan yang sudah harus diremajakan tersebut, yang terbesar berada di wilayah Kabupaten Musi Rawas sebanyak 50.703hektar, Musi Banyuasin 15.740 hektar, Muara Enim 12.526 hektar, OganKomering Ilir 8.775 hektar, dan sisanya di kabupaten lain.Di Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Banyuasin, sebagian perkebunan karet yang sudah kurang produktif tampak dibiarkan telantar. Sebagian lahan kebun karet yang terletak di sekitar jalan lintas timur Sumatera antara Palembang dan Jambi itu telah ditumbuhi semak belukar, meskipun petani pemiliknya masih menyadap karet.

DI Provinsi Jambi kondisi perkebunan karet rakyat juga setali tiga uang dengan di Sumsel. Masalah utama yang dihadapi dalam pengembangan dan peningkatan produksi karet rakyat di Jambi adalahtersendatnya peremajaan dan rendahnya produktivitas.Saat ini terdapat sekitar 561.162 hektar kebun karet rakyat diJambi, 313.937 hektar di antaranya merupakan tanaman menghasilkan,145.535 hektar tanaman muda dan belum menghasilkan, serta 101.690hektar tanaman tua.

Produksi tahun 2002 sebanyak 237.476 ton atau rata-rata 756 kilogram per hektar setahun.Kebun karet rakyat tersebut tersebar di tujuh kabupaten, yaituKabupaten Batanghari, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Barat, Tebo, Bungo,Sarolangun dan Kabupaten Merangin.Diperkirakan lebih dari 50 persen kebun karet rakyat itu, adalah hutan karet atau hutan yang di dalamnya terdapat pohon karetnya,tidak beraturan dan tidak dirawat.

Dalam satu hektar, hutan karet ini ada sekitar 150-200 pohon mulai dari sebesar lengan tangan yang belum bisa disadap sampai sebesar pohon enau yang telah tua. Kebun karet yang ditanam dengankultur teknis modern, dalam satu hektar ada 500 pohon dengan jarak antar pohon sama dan berjejer lurus.Bandingkan dengan negara tetangga, seperti Malaysia dan Thailand.

Di Malaysia rata-rata produksi karet 2.200 kilogram per hektar setahundan kini mulai dikembangkan klon baru dengan produksi 3.000-4.000 kilogram per hektar setahun.Hal yang sama juga terjadi di Thailand dengan rata-rata produksi saat ini 2.500 kilogram per hektar setahun. Kedua negara tetangga itumelakukan peremajaan dengan biaya dari penjualan kayu karet tersebut.

Menurut Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jambi Muhammad Anam,jika pemerintah kabupaten tidak segera menciptakan program peremajaan karet secara signifikan, kebun karet rakyat di daerah itu yang tidakmenghasilkan akan terus bertambah. Sementara kebun tetap menjadi tanaman tua yang tidak produktif.Dampaknya adalah makin bertambahnya jumlah orang miskin di daerah ini.

Kepemilikan sebagian areal lahan kebun karet tua itu pun secara berangsur-angsur pindah ke pemilik modal dan lahannya kemudian dikonversi menjadi kebun kelapa sawit.Kesejahteraan petani karet semakin jauh panggang dari api.Sekitar 185.000 keluarga atau sekitar 800.000 jiwa petani karet dan penyadap akan menjadi semakin miskin.Kebun karet yang disadap lebih layak disebut sebagai hutan yangterdapat tanaman pohon karet.

Dalam satu hektar hanya ada 200-300batang pohon karet dan dari jumlah itu hanya sekitar 100-150 pohon yang bisa disadap.Sisanya hanyalah pohon-pohon tua meranggas yang hanya bisadijadikan kayu bakar. (NAT/B04/MUL(agus mulyadi)/AMR)

Foto:Prasetyo Eko P

SADAP KARET TUA - Seorang petani sedang menyadap pohon karet tua diSembawa, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Karena kulit karet dibagian pangkal sudah tidak bisa disadap, petani harus memakai galahuntuk menyadap kulit karet di bagian atas.

Tidak ada komentar: