Rabu, 16 Juli 2008

KOMPAS - Minggu, 11 Mar 2001 Halaman: 26 Penulis: Mulyadi, Agus Ukuran: 9748

DARI JAKARTA NARKOBA MENGALIR

JAKARTA masih menjadi kontributor terbesar pasokan narkoba danpsikotropika di Indonesia. Bahkan Jakarta kini bukan cuma menjadipasar dan distributor barang laknat itu ke berbagai daerah, tetapijuga sudah naik peringkat sebagai produsen dan eksportir ecstasy.

PIHAK kepolisian memperkirakan 1,3 juta warga Jakarta adalahpemakai narkoba dan psikotropika. Walaupun tanpa bukti demografi,sebuah organisasi yang menamakan diri LSM Program Penanggulangan danPemberantasan Penyalahgunaan Narkoba, malah melontarkan dugaan lebih mengejutkan, yaitu sekitar 3,4 juta atau 25 persen warga Jakartapernah memakai narkoba, 85 persen di antaranya pelajar dan mahasiswa.

Dengan konsumen begitu besar, pasokan narkoba yang masuk keJakarta memang luar biasa besar. Yang tertangkap dari sekali usahapenyelundupan di bulan Januari saja, polisi menyita 1,3 ton ganjaserta 6,8 kilogram heroin.

Bayangkan yang tidak tertangkap danberedar di pasar. Pintu masuk yang paling sering dipakai adalahBandara Soekarno-Hatta.Seorang pejabat Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) BandaraSoekarno-Hatta mengakui, penyelundupan heroin, morfin, dan ecstasy,dilakukan sindikat internasional.

"Pelakunya bekerja untuk jaringan internasional yang sangat kuat," kata pejabat yang tidak mau disebut namanya, dengan alasan keamanan keluarganya.

Jaringan pengedar narkotika dan psikotropika internasional itu mempunyai ciri-ciri antara lain, organisasinya rapi, tahu pasar, dan tingginya pemakai di Indonesia. Ciri lain, mereka tahu siapa yangakan menerima heroin, morfin atau ecstasy dan shabu di Indonesia.

Penyelundup umumnya pernah ke Indonesia atau tinggal di Indonesia.Dalam kasus penyelundupan di bulan Januari lalu, misalnya, parapenyelundup datang menggunakan pesawat dari Lahore dan Karachi(Pakistan). S

ebelumnya, mereka menempuh perjalanan dari Bangkok langsung ke Jakarta, atau transit terlebih dahulu di Singapura."Tidak mungkin para penyelundup itu melakukannya sendiri-sendiri.Mereka pasti berasal dari satu jaringan internasional yang sangatkuat. Apalagi mereka datang dari negara yang jauh dari Indonesia,seperti negara-negara Afrika," katanya.

Untuk memasukkan barang ke Indonesia, para penyelundup biasanyamemakai warga Nigeria dan Nepal, serta dari beberapa negara Afrikalain, seperti Zimbabwe dan Angola, atau warga Indonesia sendiri.

Ciri lain jaringan internasional ini adalah cara penyelundupan yangdilakukan. Salah satunya adalah dikenal dengan nama shot gunning.Penyelundupannya dilakukan dengan cara memasukkan banyak penyelundupdalam kurun waktu pendek. Dengan cara seperti itu diharapkan ada diantaranya yang berhasil.

Shot gunning misalnya terjadi pada 28, 29, dan 30 Januari 2001lalu. Ketika itu, secara berturut-turut terjadi tiga kali upayapenyelundupan heroin ke Indonesia. Beruntung petugas KPBC Soekarno-Hatta I jeli, sehingga tiga kali penyelundupan heroinseberat 2.600 gram (2,6 kilogram) dapat digagalkan.

Modus operandi yang dilakukan tiga penyelundup itu pun sama,dengan cara menyembunyikan heroin di dalam perut (ditelan atauswallower). Sebelum ditelan, serbuk putih heroin dimasukkan terlebihdahulu ke dalam butiran-butiran kapsul sebesar kepompong ulat sutra.

Para penyelundup yang gagal antara lain, Zwelibanzi Manana (37) warganegara Afrika Selatan, Hansen Anthony Nwaolisa (33) warga negaraNigeria, dan Ozias Sibanda (33) warga negara Zimbabwe.Beberapa hari sebelumnya 20 Januari 2001, seorang warga negaraNepal Indra Bahadur Tamang (21), juga mencoba menyelundupkan 900 gramheroin dengan cara menelannya.

Seorang warga Nigeria, SamuelIwuchukwu Okeye pada 9 Januari 2001, mencoba pula menyelundupkan 3,8kilogram heroin yang disembunyikannya di dalam tas.Kelima penyelundup heroin itu, kini mendekam di tahanan Markas Besar Polri.

Analisa profil
Pemeriksaan isi perut dengan sinar-x (rontgen) itu, merupakanprosedur standar yang dilakukan petugas KPBC Soekarno-Hatta I. Sebelum seseorang diperiksa, sebelumnya dilakukan analisa profil terhadap para penumpang pesawat yang baru tiba di bandara.Jika petugas KPBC mencurigai seseorang, pemeriksaan segera dilakukan.Tidak hanya barang bawaan yang diperiksa, tetapi juga isi perutnya.

Dengan analisa profil, selama ini banyak kasus penyelundupan bisa digagalkan. Melalui cara ini, petugas KPBC mengamati para penumpangyang baru turun dari pesawat."Biasanya orang yang membawa barangterlarang, apalagi ke negara lain, akan bertingkah laku kurang wajar.Kadang dia terlihat tegang. Kalau melihat orang seperti itu, petugasKPBC segera memeriksanya," ujar pejabat KPBC I.

Selain analisa profil, pengamatan terhadap penumpang pesawat yangbaru tiba di bandara, antara lain dilakukan pula dengan alat pemantaumonitor dan sinar-x. Jika ditemukan benda mencurigakan, isi tas dantubuh penumpang pun diperiksa.

Upaya penyelundupan narkotika dan psikotropika dengan berbagaicara menyebabkan petugas KPBC I yang berjumlah 307 orang pun kini semakin waspada . Untuk mengelabui petugas, penyelundup tidak segan-segan mencobanya dengan cara yang membahayakan diri sendiri, sepertidengan cara menelannya itu. Cara itu berisiko kehilangan nyawa jikakapsul yang berisi heroin pecah di dalam perut.

Pemasaran berjenjang
Jika lolos masuk Jakarta, komoditas narkoba beredar secara berjenjang, untuk mencegah dan menghindari kejaran polisi. Jaringanpemilik narkoba, biasanya mempercayakan beberapa bandar atauBD-biasanya empat atau lima bandar-yang memiliki kerja dan wilayahoperasi berlainan.

Bandar pertama, hanya mengatur masuknya "pasokan" dari luar negeri, untuk kemudian mendistribusikan ke hotel-hotel besar atau apartemen mewah di sekitar Jakarta.Sesuai perannya, biasanya bandarpertama dilakukan orang-orang keturunan Tionghoa.Kabarnya di Jakarta hanya ada 4 bandar pertama, semuanya praktis untouchable, karena dilindungi tukang pukul, pengacara atau bahkanoknum aparat keamanan.

Pada tingkat ini pula biasanya diatur pasokanuntuk daerah di luar Jakarta, tergantung kesepakatan antara BD1 yangtersebar di Medan, Jakarta, Bandung, Yogyakarta atau Bali.

Selanjutnya, pasokan akan disebar lagi oleh bandar BD2, yang jugaberoperasi dari hotel ke hotel berbintang tiga atau kawasan perumahan. Sama seperti kurir yang membawa narkoba dari luar negeri,para BD2 ini kebanyakan berasal dari negara-negara Afrika. Sedangkan penerimanya adalah BD3 yang beredar di beberapa hotel di kawasanKota, Tanah Abang atau Jalan Jaksa, Menteng.

Polisi biasanya cuma mampu menjerat pengedar pada tingkat BD2 ini saat bertransaksi denganpara BD3.Barang-barang dari BD2 biasanya disebar lagi oleh para BD3, yang umumnya warga Indonesia.

Mereka menyebarkan narkoba lewat pesanan telepon, atau kepada pengecer atau BD4 yang umumnya telah mereka kenal. BD4 inilah yang bersinggungan secara langsung dengan konsumen,atau pengecer kelas teri untuk kawasan perkampungan.Ekspor dan imporUpaya penyelundupan narkotika dan psikotropika melalui BandaraSoekarno-Hatta belakangan ini tidak hanya terjadi untuk yang impor.

Tetapi juga ekspor atau persisnya penyelundupan ke luar negeri.Penyelundupan keluar dilakukan pertama kali pada 26 September1999 oleh seorang warga Singapura, Kow Mui Hat alias Gao Meita (34).Sebanyak 5.852 butir ecstasy produksi dalam negeri ketika itu hendakdiselundupkan ke Taiwan.

Ekspor ecstasy menandai mulai pintarnyajaringan pengedar di Indonesia, yang mampu memproduksinya sendiri.Salah satu ekspor ecstasy ke Taiwan lainnya terjadi pada 24 Juli2000. Sebanyak 4.721 butir ecstasy buatan Indonesia, ketika ituhendak diselundupkan oleh Ceng Ching Lung (30), warga negara Taiwan.

Ceng kini mendekam di penjara, setelah dijatuhi hukuman penjara empattahun di Pengadilan Negeri Tangerang, Desember lalu.Upaya menyelundupkan heroin dan kokain ke luar negeri, pernah dilakukan pula oleh tiga bersaudara warga negara Indonesia yaituMeirika Pranola (30), Rani Andriani (25) dan Deni Setia Maharwan(28).

Ketiganya telah dijatuhi vonis hukuman mati, juga olehPengadilan Negeri Tangerang Agustus 2000, karena terbukti menyelundupkan 3,5 kilogram heroin dan tiga kilogram kokain, dengantujuan London.Pada tahun 2000, empat warga negara Nepal, Nar Bahadur Tamang(59), Bala Tamang (30), Til Bahadur Badhari (32), Bahadur Gurung(24), dan seorang warga negara Angola, Thomas Daniel (40), jugadivonis hukuman mati karena menyelundupkan heroin ke Indonesia.

Keuntungan berlimpah yang diperoleh dari penyelundupan, terus mendorong penyelundup lain mencoba melakukannya. Terlebih lagi, jika barang yang diselundupkan adalah miliknya sendiri, keuntungannya berlipat ganda.Para penyelundup yang berhasil dibekuk petugas KPBC Soekarno-Hatta I umumnya mengaku hanya sebagai kurir dengan dijanjikanmendapat sejumlah imbalan. Salah seorang penyelundup heroin yangdibekuk Januari 2001, Hansen Anthony Nwaolisa, mengaku mendapatkan upah 2.000 dollar AS dari orang yang menyuruhnya. (Agus Mulyadi)

Tidak ada komentar: