Rabu, 16 Juli 2008

Kematian Alda, Fenomena Gunung Es Narkoba

KOMPAS - Minggu, 17 Dec 2006 Halaman: 4 Penulis: amr; mul Ukuran: 3961 Foto: 1

Kriminalitas
KEMATIAN ALDA, FENOMENA GUNUNG ES NARKOBA

Diskotek masih dihinggapi stigma negatif: kelas sosial rawanpsikotropika, narkotika, dan obat-obatan berbahaya. Di situ berkumpulgenerasi penerus bangsa, segmen pasar paling potensial untukdijadikan klien para pengedar ekstasi, sabu, dan sebagainya.Liputan media begitu hebat melaknat barang haram itu, terutamapascakematian artis Alda Risma Elfariana (24) yang meninggal diduga akibat overdosis narkoba, Selasa (12/12).

Kehidupan malam yang bebasmelawan nilai-nilai konvensional turut dihujat.Dampaknya, masyarakat malam diperkirakan berkurang anggotanyakarena shock dan tersadar betapa kehidupan bebas, narkoba, dankematian amatlah tipis batasnya. Setidaknya mereka akan cooling down.

Namun, di diskotek-diskotek di Jakarta, misalnya dua diskotek diJalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk, JakartaBarat, dugaan itumeleset. Di dua tempat itu pada Sabtu (16/12) dini hari kehidupanjustru baru dimulai, melepas penat kota dengan iringan musik yangbisa bikin ekstase. Didominasi muda-mudi, suasana malam terasa makin"panas".

Mereka yang memuja keindahan tubuh, merayakan hidup hampir tiapmalam dengan cara yang tak pernah sempat dipikirkan para guru mereka.Mata memejam, bibir terkatup, kepala bergoyang-goyang, kadang-kadang seolah berputar.Karena ini bukan bursa saham, fluktuasi komunitas ini takterpengaruh oleh berita terkini kematian Alda.

Uniknya, ekonomi sekitar justru berputar cepat.Toko swalayan dan pedagang kaki lima tak pernah tidur melayani pelanggan. Tak bisa dimungkiri, tempat seperti ini penting menjadi salah satu seltransaksi ilegal.

Misalnya, Jumat (15/12) malam, aparat Direktorat Narkoba PoldaMetro Jaya menemukan 4.000 butir ekstasi di Jakarta Barat. Dan diJakarta Pusat ditemukan 1.000 butir ekstasi.Kasus ini menambah daftar barang bukti yang disita selama 2006(hingga Oktober) sebanyak 180.498 butir ekstasi; 1,12 juta gram sabu;597.641 butir obat daftar "G"; dan ganja mencapai angka mengesankan,9,9 juta gram (Data Badan Narkotika Nasional atau BNN).

Remaja memang mendominasi penggunaan narkoba. Remaja itu adalahpelajar SD (malah bisa disebut anak-anak) hingga SLTA. Tahun 2006(hingga Oktober), pengguna SLTA mencapai 14.971 orang, SLTP 4.736orang, dan SD 2.260 orang. Dari mahasiswa, 536 orang.

Kasus Alda
Kasus Alda adalah fenomena gunung es. Alda, satu dari 5.743 orangusia 20-24 tahun yang terlibat narkoba. Atau hanya satu dari 22.503pengguna narkoba tahun 2006."Jumlah ini bisa bertambah karena dataini baru sampai Oktober," ungkap Pranowo Dahlan, Sekretaris PelaksanaHarian BNN.

Tragisnya, Alda masuk jajaran satu dari 40 orang yang meninggaltiap hari karena narkoba. Hari itu, kata Pranowo, selain Alda, masih ada 39 orang meninggal. Ironisnya, kondisi ini nyaris dianggap "lumrah".

Kematian Alda yang menyentak publik menjadi peringatan aktualuntuk mengingatkan bahaya narkoba. Pesan yang ditangkap bukan sekadarjangan sekali-kali check-in di hotel dengan pengedar walaupun diabaik.

Lebih dari itu, jangan sekali-kali mendekati narkoba!Sayangnya, momentum ini tak bisa digunakan baik oleh polisi untukmenggeber kasus narkoba. Polisi belum bisa memainkan public relationyang baik.

Derap informasi tak mampu mengantar polisi profesionaldalam menyampaikan berita kepublik. Hasilnya justru kontraproduktif,selain publik tak mendapatkan haknya, bisa jadi ada yang jadi korbankarena berbagai spekulasi berita.

Media menempatkan mereka bak artis, diuber untuk jadi narasumber.Namun, berita masih berkembang penuh rumor, padahal bisa dicegah jikapolisi mengerti informasi itu bisa menjadi edukasi efektif. KematianAlda, dan 39 orang lainnya per hari itu, harus bisa memberi edukasi kepada kita. (AMIR SODIKIN/AGUS MULYADI)Foto: 1STUDIO MALIBU 62Alda

Tidak ada komentar: