Rabu, 16 Juli 2008

Bisnis Batu, Bisnis Selera

KOMPAS - Sabtu, 03 Jul 1993 Halaman: 8 Penulis: MULYADI, AGUS/HARIJONO, TRY/WIDIASTONO, TONNY D Ukuran: 8517

BISNIS BATU, BISNIS SELERA

DALAM sebuah pameran batu akik di Hotel Borobudur Jakartabeberapa waktu lalu, seorang pedagang menjual batu mulia berbentukcincin seharga Rp 5.000. Sudah enam jam ia menunggu, tak ada seorangpun yang tertarik untuk membeli. Padahal, di sebelahnya ada pedagangyang menjual batu-batuan sejenis dengan harga lebih tinggi dandiserbu pembeli. Pedagang itu pun ikut-ikutan menaikkan harga.

Aneh tapi nyata. Ketika harga itu dinaikkan menjadi Rp 20.000,sekitar 100 batu cincin habis terjual hanya dalam tempo dua jam.Dagangannya pun cepat laku bak pisang goreng.

"Sulit menentukan harga batu akik. Tidak ada standar harga dalampenjualan. Lain halnya dengan emas," kata Emen Sulaeman (45), mantanKetua Koperasi Kerajinan Rakyat (Kopinkra) Bhakti, Sukabumi.

Bisnis batu mulia adalah bisnis selera. Jika sudah suka, berapapun harganya tak akan menjadi masalah bagi pembeli."Sstt..., saya baru saja menjual batu mulia seharga Rp 2 juta.Padahal, harga bahan mentahnya hanya Rp 50.000," kata salah seorangpedagang setengah berbisik kepada temannya.

Dalam hal seperti itu, pedagang memang tidak bisa disalahkanbegitu saja. Dia bukannya membohongi, tetapi pembeli yang kadangjustru lebih suka pada jenis bebatuan yang harganya mahal.

"Kalaudijual murah, kadang pembeli kurang puas dan mengira batu itu kurangberharga," lanjut Emen.

Meski demikian, ada beberapa jenis batu yang harganya bisamahal, karena dipengaruhi oleh faktor keindahan, ketahanan,kekerasan, atau kelangkaan. Berdasar faktor ini, batu muliadigolongkan menjadi tiga yaitu batu permata (precious stones),setengah batu permata (semi precious stones), dan batu hias(ornamental stones).

Jenis batu-batuan yang termasuk batupermata adalah intan,garnet, giol, topas, turmalin, rubi dan safir. "Batu dari kelompokini dinilai paling indah, keras dan langka. Karena itu, harganyalebih mahal dibanding jenis batuan lainnya," kata HR WilherSimanjuntak, Kepala Seksi Batu Mulia, Direktorat Sumber DayaMineral, Geologi Bandung.

Batuan yang termasuk kelompok semi permata antara lainkalsedon, rijang, kuarsa, zirkon, jasper, hematit atau batu darah,batu satam dan akik yang masih terbagi-bagi menjadi beberapa macamseperti akik lumut, akik darah, akik bergambar, akik renda, akiklapis, akik sulaeman dan sebagainya. Sedangkan yang tergolong batuhias antara lain oniks, serpentin, kalsit, obsidian, dan fosil.

"Meski termasuk kelompok ketiga, fosil bisa lebih mahalharganya dari akik, kecubung atau intan, jika pembelinyamenyukainya," lanjut Wilher.

Ungkapan Wilher tidak berlebihan. Supriatna (35) pedagang batumulia di Sukabumi, menjual fosil bambu dengan ukuran panjang sekitarsatu meter seharga Rp 7 juta. "Usianya sudah tua dan fosil bambutermasuk langka. Kebetulan pembelinya suka, sehingga kami jual cukupmahal," kata Supriatna.

MENURUT Wilher, batu mulia tersebar hampir di seluruh Indonesia.Berdasar penelitian geologi, tidak kurang dari sembilan jenis batupermata, 14 macam semi permata, dan enam jenis batu hias sudahdiketahui lokasinya di Indonesia.

Untuk Jabar, daerah yang punyapotensi besar batu hias adalah Sukabumi Selatan, dengan sentraindustri di Kecamatan Segaranten, Kecamatan Cimerang dan KecamatanSukaraja. Di Kecamatan Sukaraja, para perajin menjajakannya di toko-toko kecil pada lintas Bandung-Sukabumi-Jakarta.

"Jumlah perajin batu mulia di Sukabumi sekitar 1.500 orang,"tambah Drs Ade Sumpena, Kepala Seksi Industri Kecil, DinasPerindustrian Kabupaten Sukabumi.

Perajin batu-batu itu selain di Sukabumi juga terdapat diPacitan dan Kalimantan Selatan. Meski demikian, tidak semua batuyang dijual di daerah Jabar (sentra Sagaranten, Cimerang, danSukaraja) berasal dari Sukabumi.

"Kami juga mendatangkan batu dariSumut, Sumsel, NTB dan lainnya," kata H. Iskandar.

Fosil misalnya, didatangkan dari Bayah, Kabupaten Lebak danSumatera. Oniks didatangkan dari Jatim. Sedang yang banyak terdapatdi kawasan Sukabumi, merupakan batuan jenis akik. Dalam prakteknya,para perajin tidak mencari batu-batuan itu sendiri. Biasanya parapemburu atau penambang batu, datang sendiri kepada perajin untukmenjual batu yang ditemukannya.

Transaksi harga dilakukan, baikdihitung per kilo seperti fosil atau per biji jika batuan itutergolong bagus."Kadang-kadang batu yang dikirim tidak sesuai dengan selerasehingga perajin harus mencari langsung ke lokasi," tambah Emen.

Batu-batuan mentah itu didisain dan digosok. Batuan fosilmisalnya, digosok pada bagian tertentu dengan menggunakan gurindadan ampelas agar kelihatan serat-serat kayunya. Makin jelasseratnya, makin mahal harganya. Begitu pula dengan batuan otak,karena bentuknya seperti otak, makin menonjol guratan-guratanseperti otak, makin mahallah harganya.

Hal serupa juga berlaku untukbatu akik, oniks dan batu-batu lainnya. Agar lebih mengkilat,biasanya diolesi cairan kimia tin oksid.Dari hasil pekerjaan seperti ini, tukang kosok bisa meraihpenghasilan sekitar Rp 7.500 sehari. Sedang perajin kelas menengahyang mempunyai sekitar 3 - 4 tukang gosok, bisa meraih keuntungan Rp1 - Rp 3 juta per bulan. "Kadang lebih, kadang kurang," kata Emenyang merintis usaha batu mulia sejak tahun 1970.

DALAM hal batu-batuan ini, Indonesia tidak perlu khawatirkekurangan. Sumbernya justru melimpah. Namun, masalah pemasaransering menjadi hambatan tersendiri bagi para pedagang batu-batuanini.

Bagi masyarakat Indonesia sendiri, baru sebagian kecil yangmenyukainya. Untuk ekspor ke luar negeri, pasarannya sulit ditembus.Bahkan perajin umumnya terjerat pada perantara yang mempunyaihubungan luas dengan para kolektor di luar negeri."Kami sudah mengekspor batu-batuan ini ke Korea, Jepang,Amerika, Belanda, dan beberapa negara di Timur Tengah," kata H.Sulaeman (48) perajin batu mulia di Kampung Ancaen, KecamatanSagaranten, Sukabumi Selatan.

Namun yang melakukan ekspor, tetap saja para perantara yang adadi Jakarta, yang justru menarik banyak keuntungan dari bisnis ini.Batuan fosil misalnya, oleh perajin dijual seharga Rp 1.500 - Rp2.500 per kg. Harga jual kemudian dihitung berdasar berat fosil,bisa 50 kg, 200 kg, bahkan tiga ton.

Di tangan perantara, harga inimembengkak hingga Rp 10.000 per kg.Selain pemasaran, para perajin juga dihadapkan masalahperalatan.

Untuk memotong, membelah batu, membuat sudut atau lubangpada batuan yang kecil, masih amat sulit. Alat-alat untuk itubukannya tidak ada, tetapi harganya memang belum terjangkau perajin.

H. Iskandar (53), perajin baru mulia di Cimerang yang baru sajameraih Upakarti memberi contoh. Harga sebuah gergaji batu ukuran 20inci Rp 850.000, dan hanya bisa dipakai untuk memotong sekitar 200batu. "Artinya, sekali motong biayanya Rp 4.000," katanya.

Jika perajin ingin berkreasi membuat kalung dengan batu-batukecil berlubang, dibutuhkan mesin ultrasonik seharga Rp 25 juta.Sedang mata bor Rp 100.000 yang hanya bisa digunakan 20 kali. Ituberarti biaya melubangi satu batu kecil sebesar kacang hijau Rp5.000, sebuah angka yang terlalu besar bagi mereka.

Selain peralatan, para perajin juga menghadapi kendala disain.Itu sebabnya, para perajin amat senang bila pemesan sekaligusmemberi disainnya. "Dari situ kami bisa belajar disain," tutur Emen.

Pihak Dinas Perindustrian Kabupaten Sukabumi sendiri,sebenarnya sudah sering memberi pelatihan disain. Dalam pelatihanini, selain disain juga diberi materi cara menggosok, memotong, danmemoles batu yang baik.

"Meski demikian, perajin di sini belum mampubersaing dengan perajin dari luar negeri. Untuk membuat gambar ularnaga di atas fosil, misalnya, atau menggosok batu yang berdiametersekitar setengah sentimeter, masih amat sulit dilakukan," kataKepala Seksi Industri Kecil Deperin Sukabumi, Drs Ade Sumpena yangdidampingi penyuluh industri kecil, Suharna.

Itu sebabnya, para perajin biasanya mengekspor barang setengahjadi. Penyelesaian tahap akhir dilakukan perajin-perajin Thailand,Korea atau negara lain. Merekalah yang kemudian mengekspornya kenegara lain dalam bentuk jadi. (Agus Mulyadi, Try Harijono, Tony D Widiastono)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

menarik sekali postingannya, apa bapak punya info dimana saya bisa beli mesin ultrasonik untuk berkreasi membuat kalung dengan batu-batu kecil berlubang tsb??, trims