Rabu, 16 Juli 2008

DMDI, Tidak Sebatas Wacana

KOMPAS - Senin, 19 Jan 2004 Halaman: 30 Penulis: mul Ukuran: 4008 Foto: 1

DMDI, TIDAK SEBATAS WACANA

SEMENJAK Dunia Melayu Dunia Islam dibentuk empat tahun lalu,banyak kemajuan telah dicapai terutama dalam bidang pariwisata antaraIndonesia dan Malaysia," papar Presiden DMDI Datuk Seri Mohd Ali BinMohd Rustam yang juga Ketua Menteri Malaka.

Ia mencontohkan, pada tahun 1999 kunjungan wisatawan dariIndonesia ke Negara Bagian Malaka, Malaysia, baru 12.000 orang pertahun. Tetapi sampai November 2003 telah mencapai 72.000orang."Sampai dengan akhir 2003, saya yakin 80.000 wisatawanIndonesia datang ke Malaka," ucapnya, pertengahan Desember 2003.

Kalau hanya menilik data dari penuturan Presiden Dunia MelayuDunia Islam (DMDI) tersebut, terlihat bahwa negara bagian di Malaysia itulah yang lebih banyak menuai keuntungan sejak terbentuknya DMDI. Namun, mengenai keuntungan itu hanya diraih Malaka, dibantah oleh Moh Ali."Jumlah warga Malaka yang berkunjung ke Indonesia juga makin banyak," katanya.

Namun, dia tidak menyebutkan angka pelancong asal Malaka yang berwisata ke Indonesia.Peningkatan jumlah wisatawan tersebut didukung oleh penerbangan langsung dari beberapa kota di Sumatera ke Malaka, seperti dari Pekanbaru dan Padang ke Malaka."Saat ini, dari Sumatera setiap hari ada penerbangan langsung keMalaka," ungkap Mohd Ali.

Penerbangan langsung Pangkal Pinang-Malaka pun kini tengah dijajaki. Ia menyatakan pula bahwa kerja sama yang dilakukan tidak hanya sebatas bidang wisata. Di bidang perdagangan telah cukup lama kerjasama dilakukan. Antara Malaka dan Indonesia telah dilakukan kerjasama perdagangan, di antaranya perabot kayu Jepara."Antara Malaysia dan Indonesia sudah ada pertukaran barang, seperti perabot kayu. Di Malaka bahkan sudah ada perkampunganperabot. Kami akan menjual banyak perabot dari Indonesia, selain dari Malaysia sendiri. Di perkampungan perabot itu kami jual barangIndonesia," tuturnya.

Menurut Mohd Ali, dengan kerap bertemu, saling bekerja sama di antara bangsa serumpun Melayu, maka masa depan perdagangan menjadilebih terjamin. Warga Malaysia, misalnya, kini lebih banyak membeliperabot kayu dari Indonesia, seperti dari Jepara, Jawa Tengah."Kita lihat, dengan cara seperti ini masa depan perdagangan lebihterjamin," tutur Mohd Ali.

Disebutkan, banyak pula pertukaran bahan-bahan makanan antara Indonesia dan Malaysia yang telah dilakukan beberapa tahun belakanganini. Dengan berbagai pertemuan yang lebih intensif, niscaya kemajuan kerja sama akan menjadi lebih pasti.Contoh berkembangnya kerja sama antara negeri serumpun Melayu tersebut, misalnya, terlihat dari dilakukannya kesepakatan kerja sama antara Malaka dan Bangka Belitung di sela-sela acara Festival DMDI diPangkal Pinang.

Sebelum meninggalkan Negeri Serumpun Sebalai, bertempat diBandara Depati Umar Pangkal Pinang, dilakukan penandatanganan kesepahaman (MOU/memorandum of understanding) antara Kamar Dagang danIndustri Bangka Belitung dan mitranya, Kamar Dagang Malaka.Dalam MOU itu di antaranya disepakati bahwa Bangka Belitung akan mengekspor terasi ke Malaka, sementara dari negara tetangga itu akan diimpor kecap.

Pertemuan-pertemuan dalam koridor DMDI agaknya tidak sebatas wacana. Dari pertemuan, penjajakan, dan segala macam perbincangandalam temu bisnis yang dilakukan antardelegasi, nantinya akandilanjutkan dengan wujud nyata kerja sama di segala bidang.Kerja sama ekonomi seperti perdagangan berbagai jenis produkmaupun di bidang pendidikan, budaya, dan lainnya akan terus dilakukandan semakin ditingkatkan. (agus mulyadi)

Foto: 1Kompas/Agus Mulyadi

ANTUSIAS - Ribuan warga Kota Pangkal Pinang dan sekitarnya diProvinsi Kepulauan Bangka Belitung antusias menyaksikan acarapembukaan Festival Dunia Melayu Dunia Islam dalam bentuk karnavalbudaya. Meskipun hujan turun, mereka tetap menyaksikannya hinggaacara selesai. Sebagian besar warga berbekal payung.

Tidak ada komentar: