KOMPAS - Kamis, 02 Nov 1995 Halaman: 10 Penulis: MUL Ukuran: 5882
Maman Suparman Sehari Sebelum Meninggal
"KESALAHAN ORANG LAIN KOK..."
"KESALAHAN orang lain, kok saya yang harus menanggungresikonya..."Kalimat ini masih terngiang di telinga Ny Hj Komariah (43),istri almarhum Maman Suparman.
Ucapan mendiang suaminya itu didengarsaat Ny Komariah membesuk Senin (31/10) siang, sekitar pukul 14.30,atau sehari sebelum Maman meninggal dunia.
Maman meninggal Selasa(31/10) pukul 06.30. Penyebab kematiannya belum jelas, demikian jugatempat dia menghembuskan nafas terakhir."Hari Senin itu suami saya masih segar bugar, meski dia mengakusedikit sesak di bagian dadanya," kata Ny Komariah kepada Kompas,Rabu kemarin, di rumah Ny Rasminah, kakak kandung Maman Suparman, diKampung Pasarean, Kelurahan Pamoyanan, Cianjur.
Selain ditemani Ny Rasminah, kemarin Ny Komariah yangmengenakan kain kerudung warna hitam, ditemani pula oleh Barnas(suami Ny Rasminah) dan kakak kandungnya, Muhammad.
Di rumah yang masuk ke dalam gang sekitar 150 meter dari JalanOto Iskandar Dinata itu, sejumlah famili almarhum lainnya berkumpul.Sejumlah rekan dan kerabat lain masih juga berdatangan menghaturkanrasa bela sungkawa kepada keluarga almarhum. Mereka juga tengahmempersiapkan makanan untuk acara tahlilan Rabu sore.
Dikatakan Ny Komariah, pada waktu besuknya yang terakhir ituMaman melontarkan kemasgulan hatinya tentang kasus yang dialami.Almarhum tetap merasa tidak bersalah atas kasus kredit bermasalahGolden Key Group (GKG).
Tentang kondisi tubuh suaminya, menurut Ny Komariah selama initidak pernah mengidap penyakit yang berbahaya. Paling-paling hanyamasuk angin atau demam biasa.Kepada istri yang membesuknya itu Maman menyebutkan bahwa diamerasa tidak enak badan hari Sabtu (29/10), sesudah main bulutangkisdi rutan. Semalaman sulit tidur dan banyak keluar keringat.
Namunpada hari berikutnya Maman bisa tidur. Ketika hari Senin istrinyamembesuk, Maman mengemukakan sedikit sesak di bagian dadanya."Sebelumnya dia tidak pernah begitu," katanya.
Tahu dari penjagaSelasa pagi sekitar pukul 05.30, Ny Komariah mendapat telepondari petugas di Bapindo. Katanya, Maman Suparman sakit. Ny Komariahyang juga berasal dari Cianjur ini segera meluncur bersama putrasulungnya, Ardi, ke rutan Salemba. "Perjalanan dari rumah ke rutansekitar 10 menit," katanya.
Namun sesampai di rutan, dia dilarang masuk menemui suaminyaoleh petugas rutan, meski dia sudah memberi tahu bahwa dia istriMaman. Ny Komariah juga menyebutkan bahwa dia datang ke rutan karenamendapat telepon tentang suaminya yang sakit.
Ardi, anak Maman, merasa penasaran dan gantian menuju ke pintudepan rutan. Kepada seorang penjaga, dia menanyakan sedang adakegiatan apa di dalam. Entah kelepasan omong atau sengaja, penjagarutan mengatakan, di dalam ada seorang napi yang meninggal duniasekitar pukul 05.15.
Mendengar itu Ardi segera menemui ibunya di mobil, danmengatakan apa yang baru didengarnya. Mendengar itu Ny Komariahsegera kembali ke pintu rutan, namun tetap dilarang masuk. Beberapasaat kemudian, mobil ambulan keluar rutan.Ny Komariah tetap dilarang petugas rutan untuk menemui suaminyayang sudah ada di dalam ambulan di hadapannya itu.
Ketika ditanyasuaminya mau dibawa ke mana, petugas menyebut ke RS Polri KramatJati. Ny Komariah yang merasa tidak tahu alamat itu, meminta ikut.Namun petugas malah menyuruhnya agar mengikuti ambulan denganmobilnya sendiri.Ny Komariah bersama Ardi hanya sampai perempatan Rawasari-JalanAhmad Yani mengikuti ambulan yang membawa suaminya, yang ketika itutidak dia ketahui entah masih hidup atau sudah meninggal.
"Ardi menangis terus di sepanjang jalan. Karena takut kecelakaan, sayamemutuskan pulang ke rumah," kata Ny Komariah, yang rumahnya beradadi kawasan Pulo Mas, Jaktim.
Tak ada larangan
Soal larangan Ny Komariah masuk ke rutan, dibantah Kepala RutanSalemba Lukman Gozali. "Kami tidak pernah melarang. Juga tidaksempat berdialog dengan keluarganya yang datang menjemput," kataGozali. (Kompas, 1/11).
Menurut Ny Komariah, saat Ardi mengatakan bahwa dia mendengardari petugas bahwa ada seorang tahanan meninggal, dia merasakanbahwa itu suaminya. Suaminya telah meninggal di dalam rutan, sepertiyang disebutkan petugas itu. Dia memutuskan kembali ke rumah, sambilmenunggu pemberitahuan sebenarnya.
"Saya berusaha melihat langsung suami saya yang katanya sakit,karena ingin tahu keadaannya. Tetapi kenapa ketika itu dilarang.Kalau saya berada di dekatnya, siapa tahu dia memberi amanatterakhir atau entah apa," ujarnya sambil terus mengusap air mata.
Ny Komariah berharap, semua pihak bersikap jujur. Baik terhadapkasus yang menimpa suaminya, maupun saat dan tentang kepergiannya."Semuanya saya serahkan kepada Allah SWT. Tuhan tahu segalanya, jadijanganlah berbuat tidak jujur," ucapnya.
Jenasah Maman sendiri baru sampai ke rumah duka, sekitar pukul10.00 hari Selasa. Saat itulah Ny Komariah tahu pasti suaminyamemang telah meninggal. Sejumlah orang-orang Bapindo sendiri sudahberdatangan ke rumah duka sebelum jenasah Maman datang.
Jenasah Maman dimakamkan di TPU Pamoyanan, Cianjur. Sebelumdimakamkan, disembahyangkan terlebih dahulu di rumah keponakannya,Ny Dedeh. Ratusan orang, teman dan keluarga dari Jakarta, Bandung,dan Cianjur sendiri turut mengantar perjalannya ke tempatperistirahatan terakhir. Termasuk pula sejumlah pejabat Bapindo.
Jenasahnya dimakamkan di samping makam kedua orang tuanya, danseorang adik kandungnya. Tidak lebih dari lima karangan bungateronggok dipusaranya. (agus mulyadi)
Rabu, 16 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar