Kamis, 17 Juli 2008

Hantu di Jalan Lintas Sumatera

KOMPAS - Selasa, 15 Jul 2003 Halaman: 29 Penulis: mul Ukuran: 5135 Foto: 1
"HANTU" DI JALAN LINTAS SUMATERA
KETIKA hendak menempuh perjalanan menggunakan mobil dari Kota
Bengkulu ke Palembang, bingung juga menentukan rute mana yang akan
ditempuh. Beberapa orang di Bengkulu yang ditanya soal itu, memberi
pilihan berbeda.
Ada yang menyarankan agar melewati rute Bengkulu Kepahiang-Curup-
Sekayu-Betung- Palembang. Ada pula yang menyarankan agar melalui rute
Bengkulu-Kepahiang-Pendopo-Pagar Alam-Lahat-Palembang.
Lebih banyak lagi yang menyarankan agar melewati rute Bengkulu-
Curup-Lubuk Linggau-Muara Beliti-Tebing Tinggi-Bunga Mas- Lahat-
Palembang. "Meskipun jaraknya lebih jauh dan sebagian jalan rusak
berat, rute itu lebih aman," kata salah seorang pemberi saran.
Pengelola penginapan di kawasan perkebunan Gunung Dempo, Nanang
Rusmadi, menyarankan jangan sekali-sekali menempuh perjalanan pada
sore atau malam hari.
Menurut informasi dari seorang tamu penginapan, penghadangan oleh
kawanan penjahat dilakukan dengan cara menghentikan mobil di tengah
jalan. Korban mencoba memberikan uang Rp 10.000. Namun, kawanan
penghadang itu malah merampok semua harta benda korban, kecuali
mobilnya.
***

CERITA seram di ruas jalan antara Pagar Alam-Pendopo-Kepahiang,
dikemukakan pula oleh seorang warga di Curup, ibu kota Kabupaten
Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. "Kalau masih pagi sampai siang
bolehlah melalui jalan yang kecil itu. Tapi, kalau sore atau malam
jangan melalui jalan itu," katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Rejang Lebong,
Rosihan YT, ketika ditanya soal pilihan rute perjalanan juga
menganjurkan agar tidak melalui ruas jalan Kepahiang-Pendopo-Pagar
Alam. Di ruas jalan itu kerap terjadi aksi perampokan terhadap
pengendara kendaraan.
Karena dianjurkan tidak melalui ruas jalan tersebut, pilihan rute
perjalanan dari Bengkulu pun tinggal dua yakni melalui Lubuk Linggau-
Muara Beliti-Tebing Tinggi-Bunga Mas Lahat-Palembang, atau rute Lubuk
Linggau-Muara Beliti-Sekayu-Betung-Palembang.
Tanto, seorang sopir truk pengangkut sayur dari kawasan Selupuh
Rejang, Rejang Lebong, menyarankan agar perjalanan lebih baik melalui
Sekayu. Tetapi, Kepala Desa Suban Ayam, Kecamatan Selupuh Rejang,
Ahmad Holil, menyarankan agar tidak melalui Sekayu. "Jalan itu rusak
parah di mana-mana. Mendingan lewat Muara Beliti-Tebing Tinggi-Bunga
Mas-Lahat saja. Di jalan itu, meskipun jaraknya lebih jauh dan banyak
rusak pula, situasinya lebih ramai. Banyak truk yang lewat. Lagi pula
di sepanjang jalan banyak PKJR,"ujar Holil.
Perjalanan dari Bengkulu ke Palembang, akhirnya diputuskan
melalui rute Lubuk-Linggau-Muara Beliti-Tebing Tinggi-Bunga Mas-
Lahat. Padahal, rute sepanjang 515 kilometer itu harus melalui jalan
rusak di sebagian lokasi, terutama antara Muara Beliti-Lahat.
***
MAKA perjalanan pun dimulai dengan rasa waswas, menempuh rute
Bengkulu-Kepahiang- Curup-Lubuk Linggau-Muara Beliti-Tebing Tinggi-
Bunga Mas-Lahat-Muara Enim-Prabumulih-Palembang. Perjalanan melalui
rute ini pasti melalui jalur jalan yang konon paling seram itu, yakni
Muara Beliti-Tebing Tinggi-Bunga Mas-Lahat.
Selain kerusakan di sepanjang jalan, banyak ditemukan gerombolan
orang di belasan lokasi yang menadahkan tangan, bila ada truk yang
melintas pelan. Gerombolan itu kebanyakan menempati pos darurat,
berupa gubuk sederhana dengan atap daun kelapa.
Meskipun gerombolan warga itu tidak memaksa, para pengendara
agaknya tak mau mengambil risiko. Setiap kali ada truk yang melintas
di pos darurat tempat gerombolan warga yang mangkal, salah seorang di
antara mereka menuju ke tepi jalan lalu menadahkan tangan. Sebagian
sopir terlihat memberi uang, dengan melemparkannya atau mengangsurkan
ke tangan yang menadah.
Selain pungutan yang dilakukan oleh sekelompok warga di pos-pos
darurat, di beberapa lokasi terdapat pula warga yang berdiri di
bagian jalan yang rusak. Kepada setiap sopir kendaraan yang melintas,
mereka menadahkan tangan. Ini rupanya yang membuat ruas jalan ini
seram, dan mereka itulah "hantu"-nya.
Di lokasi sepi seperti tanjakan atau di jalan rusak, ada pula
beberapa pos permanen di tepi jalan. Pos itu dilengkapi pesawat radio
komunikasi. Beberapa orang penunggunya pun terlihat berseragam
seperti petugas satpam. Di depan pos terpampang tulisan PKJR (Pos
Keamanan Jalan Raya). Tulisan PKJR itu sama persis dengan yang
terpampang di papan-papan di depan pos-pos darurat tempat gerombolan
warga meminta uang kepada sopir truk yang lewat. (mul)
Foto:
Kompas/Agus Mulyadi
"HANTU" - Ruas Jalan Lintas Tengah Sumatera yang sudah lama rusak di
banyak lokasi sering dimanfaatkan kawanan penjahat untuk memeras para
pemakai jalan. Sopir angkutan umum, terutama truk, mengeluhkan
banyaknya pungutan liar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok warga
di sepanjang jalan. Aksi mereka ini rancu dengan Pos Keamanan Jalan
Raya yang resmi, seperti "hantu" yang kadang ada kadang menghilang
sendiri.

Tidak ada komentar: