Senin, 12 November 2007

Carita Masih Merana, Anyer Tetap Dilirik

KOMPAS - Senin, 22 Nov 1999 Halaman: 15 Penulis: MULYADI, AGUS Ukuran: 6084
CARITA MASIH MERABA, ANYER TETAP DILIRIK
Kerusuhan Mei 1998 yang sangat membekas di hati warga, sudah
mulai dilupakan. Gedung-gedung yang dibakar massa sudah mulai
diperbaiki atau dibangun kembali. Wajah Jakarta tak lagi seperti habis
dilanda perang. Namun, beda dibanding Jakarta-kawasan wisata Carita di
Kabupaten Pandeglang, Jawa Barat, sekitar 170 km barat Jakarta- masih
juga merana. Hotel, bungalow, vila, yang sebelum krisis ekonomi selalu
penuh di hari libur, kini tak sepenuhnya terisi.
"Kecuali saat libur dua hari, Sabtu dan Minggu awal November lalu,
hari-hari lainnya selalu sepi," ujar seorang pekerja Hotel Niguadharma
di Desa Sukarame, Carita, yang ditemui pertengahan November lalu.
Pada hari libur dua hari itu, semua tempat menginap di kawasan
Carita penuh, sehingga banyak warga terpaksa tidak bisa menginap di
kawasan pantai. Jalan-jalan juga kembali macet.
Namun situasi semacam itu hanya berlangsung pada saat libur dua
hari itu. Pada akhir pekan berikutnya, pengunjung kembali sepi. Hanya
sebagian kecil kamar penginapan yang tetap berisi tamu. Di Hotel
Niguadharma misalnya, pada akhir pekan lalu hanya terisi 12 dari 38
kamar yang disewakan. Keadaan seperti itu sama dengan masa selama
krisis ekonomi.
Hotel lain di Carita yang mengalami nasib serupa adalah Hotel
Resor Pantai Carita. Di hotel berkelas bintang empat dengan tarif
Rp 325.000-Rp 1,3 juta untuk tiap bungalow, selama krisis ekonomi
sepanjang 1998 tingkat hunian setiap akhir pekan tetap sama. Hanya
sekitar 20 persen dari total 48 cottage yang ada.
Menurut Jufrani, seorang staf di Hotel Resor Pantai Carita,
selama 1999 pun nyaris tidak berubah, kecuali sekitar bulan November
sedikit membaik, dengan tingkat hunian mencapai sekitar 30-40 persen.
Dengan tingkat hunian yang masih tetap rendah seperti itu, pengelola
hotel hanya bisa bertahan agar tidak tutup.
Di lokasi berbeda di kawasan wisata pantai Selat Sunda, yakni
kawasan Pantai Anyer, keadaannya pun tidak berbeda. Lela, seorang
resepsionis Hotel Marina Village Resor Hotel, menyebutkan masih tetap
rendahnya tingkat hunian di tempat yang dikelolanya. Tingkat hunian
masih sekitar 10 persen. Kalau pun meningkat di bulan November,
kenaikannya tidak lebih dari satu persen.
Orang-orang berduit rupanya masih belum mau membuang uangnya,
untuk menikmati akhir pekan di hotel yang memasang tarif antara
Rp 825.000-Rp 1,2 juta per vila itu. Padahal sebelum krisis, orang-
orang berkelebihan uang dengan enteng mengeluarkan uang sebanyak itu
untuk rileks.
Lela menyebutkan, berkurangnya pengunjung lebih disebabkan tidak
terdapatnya fasilitas pantai untuk bersantai di kawasan hotelnya.
Kondisi seperti itu, katanya, berbeda dibanding hotel lain di Anyer
yang tetap ramai dikunjungi orang, karena memiliki pantai yang bagus
dan landai, sehingga pengunjung hotel bisa melepaskan rasa penat.
Di lokasi lain, yakni kawasan Pantai Anyer, kondisinya memang
berbeda dibanding Carita. Setiap akhir pekan, tetap saja ada
wisatawan. Hotel-hotel berbintang pun tetap mendapat tamu.
Hotel Jayakarta misalnya, sama sekali tidak terkena dampak krisis
ekonomi. Seorang manajer hotel itu, Mulyani, menyebutkan, selama ini
setiap akhir pekan hotelnya tetap dipenuhi pengunjung dengan rata-rata
tingkat hunian di atas 90 persen. Karena selalu banyak pengunjung,
target pendapatan untuk tahun 1999 sudah terpenuhi.
"Anyer tidak terkena krisis. Setiap akhir pekan pengunjung Hotel
Jayakarta selalu ramai. Bahkan saat libur dua hari awal November lalu,
sejak pagi kami menolak pesanan kamar dari orang-orang yang ingin
berakhir pekan," katanya. Hotel Jayakarta dengan 104 kamar di 33
bungalow, memasang tarif antara Rp 600.000-Rp 1 juta per malam.
Tetap bagusnya tingkat hunian hotel di Anyer, agaknya membuat iri
pengusaha hotel di kawasan Carita. Namun kondisi sekarang yang mulai
sedikit demi sedikit membaik, setidaknya memberi secercah harapan bagi
para pengelola hotel di Carita.
Sama seperti pedagang-pedagang kecil seperti Banawi dan Ny
Sarinah, pengusaha hotel pun berharap segera berlalunya krisis
ekonomi. Dengan membaiknya perekonomian, akan secara langsung
berpengaruh terhadap kelangsungan usaha mereka. Saat ekonomi pulih,
akan mengalir kembali uang dari pengunjung untuk kembali menghidupkan
Carita yang pernah bersinar terang.
***
MASIH tetap rendahnya pengunjung ke kawasan Carita dan masih
rendahnya tingkat hunian tempat-tempat menginap di kawasan Carita,
diakui pula Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Pandeglang, Tb Oding
Suwardi. Oding menyebutkan, sejak krisis ekonomi, tingkat hunian
hotel/bungalow/ vila di kawasan Carita hanya mencapai 15 persen.
"Meskipun jumlah tamu sangat rendah, tidak ada satu pun hotel
yang ditutup pemiliknya. Selama masa krisis ekonomi, pengelola hotel
mencoba untuk tetap bertahan," kata Oding. Kendati dalam kondisi
sekarat seperti itu, sampai sekarang juga tidak terjadi PHK (pemutusan
hubungan kerja) terhadap para pekerja hotel.
Redupnya dunia pariwisata di Carita, nampak pula dari anjloknya
jumlah pengunjung. Dalam hitung-hitungan Oding, jumlah wisatawan
domestik yang berkunjung ke Carita selama 1998 tercatat sekitar
1.066.586 juta orang. Sedangkan wisatawan mancanegara 2.477 orang.
Angka kunjungan itu merosot drastis dibanding tahun sebelumnya,
1997. Meski pada paruh tahun itu, sejak Juli, krisis ekonomi mulai
menggerogoti, jumlah pengunjung masih jauh lebih banyak. Dinas
Pariwisata Pandeglang mencatat, pada tahun 1997 jumlah wisatawan
domestik 1.777.642 orang. Sementara wisatawan mancanegara 52.380
orang. (agus mulyadi)

Foto:
Kompas/agus mulyadi
PANTAI CARITA KOTOR -- pengunjung Pantai Carita sekarang, belum
seramai sebelum krisis ekonomi terjadi. Pantai pun kini kotor tidak
terurus, seperti yang terlihat di salah satu lokasi kawasan wisata
tersebut. Gambar diambil, Rabu (17/11).