Rabu, 16 Juli 2008

KOMPAS - Senin, 19 Jan 2004 Halaman: 31 Penulis: mul Ukuran: 8581 Foto: 1

BERSATULAH BANGSA MELAYU

PRESIDEN DMDI Datuk Seri Mohd Ali bin Mohd Rustam mengingatkan agar bangsa Melayu harus bersatu sehingga dapat lebih maju dan mampu bersaing dengan bangsa kulit putih. Masa lalu yang kelam, ketika bangsa kulit putih yang disebutnya sebagai bangsa Eropa menaklukkan banyak negara di Asia, Amerika, Afrika, dan belahan dunia lain, hendaknya tidak terulang lagi.

MELALUI persatuan di antara negara-negara rumpun Melayu, campurtangan yang dilakukan orang kulit putih untuk menguasai negara lainsaat ini bisa dihadapi."Persatuan itu diperlukan agar dapat mencegah campur tanganmereka terhadap negara-negara merdeka," ujar Datuk Seri Mohd Ali binMohd Rustam saat acara pembukaan Festival Dunia Melayu Dunia Islam(DMDI) di Pangkal Pinang, pertengahan Desember 2003.

Mohd Ali, yang juga Ketua Menteri Negara Bagian Malaka, Malaysia,mengingatkan, apa yang terjadi di Irak dan Afganistan adalah salahsatu bentuk campur tangan bangsa kulit putih terhadap negara merdeka.Presiden DMDI itu mengingatkan pula bahwa pada masa lalu bangsakulit putih melakukannya dalam bentuk penguasaan (penjajahan)terhadap negara lain.

Adapun pada masa kini bangsa kulit putihmelakukannya lewat cara campur tangan di negara-negara berdaulat,termasuk di negara rumpun Melayu serta negara-negara Islam lainnya.Oleh karena itu, dalam pandangan Mohd Ali, di tengah eraglobalisasi sekarang, kerja sama di antara negara-negara rumpunMelayu mutlak diperlukan agar tidak tergilas bangsa lain.

Mohd Ali mengimbau bangsa Melayu yang tersebar di banyak negaraagar lebih meningkatkan kerja sama itu. Dengan landasan budaya Melayudan keimanan agama Islam yang sama, katanya, kerja sama akan lebihmudah dilaksanakan."Bangsa Melayu dan Islam memiliki potensi yang besar untuk maju.Jumlah penduduk Melayu di seluruh dunia sebanyak 300 juta jiwa,sedangkan jumlah penduduk negara-negara Islam 1,2 miliar. Denganpotensi kekayaan alam dan penduduk yang besar, peluang untuk lebihmaju menjadi sangat besar," ujarnya.

Prof Dr Datuk Abdul Latif Abu Bakar, pengurus Bidang SosialBudaya DMDI serta pengkaji media di Universitas Malaysia,mengingatkan hal sama."Menghadapi arus dan gelombang globalisasi yang negatif yang bisamemusnahkan jati diri suatu bangsa, sewajarnyalah rumpun Melayumemperkokoh nilai-nilai murni dalam adat istiadat dan seni budaya.Dalam konteks wadah Dunia Melayu Dunia Islam yang kerap mengadakanpertemuan, martabat dan jati diri bangsa Melayu akan bisadipertahankan," kata Abdul Latif Abu Bakar.

Akan tetapi, Abdul Latif Abu Bakar seusai seminar DMDI di Sungai Liat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mengingatkan bahwa bersatunya bangsa-bangsa rumpun Melayu bukan berarti memisahkan diri dari bangsa lain dan tidak melakukan kerja sama dengan bangsa lain. Selain saling bekerja sama di antara sesama bangsa serumpun, bangsa Melayu justru harus meningkatkan kerja sama dengan bangsa-bangsa lain di dunia demi kemajuan yang hendak dicapai.

Dengan kata lain, ujar Abdul Latif Abu Bakar, bangsa Melayu hendaknya tidak mengisolasi diri menghadapi gempuran bangsa lain berikut segala bentuk kebudayaannya. Malah sebaliknya, kerja sama dengan bangsa lain pun harus ditingkatkan, dengan cara membuka diri dan bekerja sama dengan mereka.

"Saya akan mengingatkan jika ada pemimpin Melayu yang mengajaknegeri-negeri serumpun untuk meninggalkan kerja sama dengan bangsalain. Itu tidak boleh terjadi karena kerja sama justru harusditingkatkan demi kemajuan yang hendak diraih," tandasnya.

Dalam Festival DMDI di Bangka Belitung, keterbukaan untuk bekerjasama dengan bangsa lain itu sebenarnya sudah terlihat dari kehadirandelegasi dari negara-negara di luar Melayu semisal Taiwan dan Jepang. Dalam seminar DMDI, salah satu pembicara malah berasal dari Taiwan.

Pertemuan negeri serumpun dalam bentuk Festival DMDI sendiri,menurut Gubernur Bangka Belitung Hudarni Rani, sebenarnya lebih dalam kepentingan kebudayaan.Dalam kaitan ini, pembangunan budaya tetap diperlukan dan tidakboleh diabaikan. Tanpa pembangunan budaya, kata Hudarni, pembangunanfisik yang dilaksanakan akan menjadi sia-sia.

"Tidak bisa diingkari bahwa pembangunan hendaknya harus didasaripula dengan landasan budaya. Aspek budaya akan menjadi penguatpembangunan. Bagaimana jadinya kalau pembangunan budaya tidakdilakukan," ujarnya menegaskan.

Namun, Hudarni mengakui bahwa melalui pertemuan-pertemuan negeriserumpun, seperti dalam Festival DMDI, terbuka peluang kerja sama dibidang ekonomi yang saling menguntungkan. Bagi Bangka Belitung sendiri, acara seperti itu merupakankesempatan untuk mengenalkan segala potensi yang ada agar investordatang untuk turut membangun Negeri Serumpun Sebalai tersebut.

BUDAYA Melayu sebagai salah satu perekat kerja sama agaknyamerupakan modal utama bagi negara-negara serumpun. Oleh karena itu,melalui wadah DMDI, rumpun Melayu mencoba untuk bangkit lebih maju.

Menurut Abdul Latif Abu Bakar, pembentukan DMDI oleh KerajaanNegeri Malaka bertujuan meningkatkan pembangunan negeri. Selain itu,juga untuk mewujudkan hubungan silaturahmi antara Malaka dan negara-negara Islam di seluruh dunia, melalui peranannya sebagai pusatpertemuan Islam dunia.DMDI, yang dibentuk pada tahun 2000 dan berpusat di Malaka, setiap tahun mengadakan konvensi (pertemuan).

Menurut Presiden DMDIMohd Ali bin Mohd Rustam, sejak terbentuknya DMDI telah dilakukanserangkaian pertemuan. "Setiap Oktober, pertemuan DMDI dilaksanakandi Malaka. Di luar Oktober, pertemuan bisa dilakukan di berbagainegara lain, tiga hingga empat kali," papar Ketua Menteri Malaka tersebut.

Sejumlah pertemuan pernah dilakukan antara lain di Palembang pada tahun 2001, Medan (2002), serta tahun 2003 di Bukittinggi (SumateraBarat), Sri Lanka, dan Kamboja. Pertemuan terakhir tahun inidilaksanakan di Pangkal Pinang.Abdul Latif Abu Bakar mengemukakan pula bahwa usaha Malaka mempererat tali silaturahmi di antara rumpun Melayu merupakan satu kesinambungan dari sejarah masa lalu, yakni memakmurkan Asia Tenggara dengan semangat persaudaraan Islam. Malaka masa lalu juga pernah menjadi pusat kegiatan dakwah dan pengembangan agama Islam.

"Ketika itu, sebagaimana yang diharapkan Kerajaan Negeri Malaka sekarang, Malaka hendaknya bisa menjadi pusat perdagangan yang makmur," ujarnya.DMDI selama ini telah menghimpun para pemimpin dan tokoh Islamdari seluruh dunia untuk membahas menyangkut berbagai aspekkepentingan bersama. Persoalan yang akan dibahas terutama berkaitandengan sosial, budaya, dan ekonomi.

Menurut Abdul Latif Abu Bakar, DMDI juga bisa mewujudkan dan mengeratkan hubungan di antara dunia Melayu dengan dunia Islam dikalangan pemimpin-pemimpin berbagai bidang. "Kami juga berusahamengembalikan kegemilangan Malaka sebagai pusat pertemuan tokoh-tokohIslam dari seluruh dunia, dalam usaha mewujudkan kesatuan danperpaduan umat Islam, khususnya bangsa Melayu," ujarnya.

Setiap pertemuan yang diadakan dalam wadah DMDI, demikian AbdulLatif Abu Bakar, memang diharapkan dapat lebih mempererat hubungansilaturahmi dan meneruskan usaha kerja sama. "Saling membantu sangatdiperlukan bagi pembangunan negara, provinsi, atau negeri, dalamkerja sama yang saling menguntungkan. Itu semua dilakukan demi kejayaan dan kemajuan umat Islam di seluruh dunia, khususnya bangsa Melayu," katanya menambahkan.

Ia melanjutkan, bangsa Melayu sebagai bangsa yang terbuka dantersebar dalam berbagai negara memang tidak berkehendak mengisolasidiri. Mereka mencoba bersatu dan bekerja sama, demi kemajuan bersamapula. Melalui wadah DMDI, impian itu hendak diwujudkan.DMDI itu tentunya tidak berhenti "mengabdi" hanya untukkepentingan Malaka belaka, yang selama ini menjadi motornya. Ke depan, negeri-negeri serumpun Melayu maupun negara-negara Islamseharusnya akan dapat merasakan manfaatnya pula. (agus mulyadi)

Foto: 1Kompas/Agus Mulyadi

KETUPAT RAKSASA - Ketupat raksasa (ketupat akek antak) dan lepatraksasa (lepat akek antak) secara khusus dibuat warga menyambutFestival Dunia Melayu Dunia Islam di Pangkal Pinang, ProvinsiKepulauan Bangka Belitung. Ketupat raksasa seberat 400 kilogramtersebut dimasak selama 15 jam, sedangkan lepat raksasa dimasakselama empat jam.
Diposting oleh ManggaDermayu di 04:03 0 komentar

Tidak ada komentar: