Selasa, 21 Oktober 2008

Jalan-jalan ke Tangkuban Perahu (lagi), serta Goa Jepang







Jalan-jalan ke Tangkuban Perahu (lagi), serta ke Goa Jepang
Tidak bosan-bosannya kami berkunjung ke Tangkuban Perahu di perbatsan Kabupaten Bandung Barat dan kabupaten Subang, Jawa Barat. Pesona kawah gunung itu seakan selalu mengundang untuk datang dan datang lagi, seperti saat “ngabuburit” bulan Ramadhan lalu.

Kala itu kami pun mengunjungi satu tempat wisata yang seperti terlupakan oleh mereka yang kerap berkunjung ke Bandung yakni Taman Nasional Ir H Juanda, di utara Dago. Tempat ini, bagi kami selama ini seperti tertutup oleh ingar-bingar FO, bistro, dan lain-lain di Bandung.

Sebelum ngabuburit ke Tangkuban Perahu, kami sempat mengunjungi TN Juanda. Di tempat ini, selain terpampag keindahan deretan pohon pinus, kami juga sempat memasuki Goa Jepang. Goa buatan ini, konon dulu tempat para tentara Jepang bersembunyi, termasuk menyebunyikan barang rampasan mereka dari negeri tercinta ini.

Satu goa lagi yang jaraknya sekitar 500 meter dari Goa Jepang, belum sempat kami kunjungi. Lain kali, kami pasti melihat-lihat Goa Belanda saat berkunjung ke Bandung lagi. (agus mulyadi)

Menunggu Longsor, Menunggu Korban Manusia!







Menunggu Longsor! Menunggu Korban Manusia!

Sejak lebih dari enam bulan lalu, badan jalan tol persis di gerbang keluar Veteran (Bintaro), disangga tumpukan karng berisi tanan/pasir. Itu dilakukan menyusul ambrolnya sebagian badan jalan itu saat musim hujan lalu.

Sebagai pengguna jalan tol Serpong-Bintaro-JORR yang hampir setiap hari keluar di gerbang tol Veteran, saya merasa khawatir dengan kondisi badan jalan tol yang disangga karung berisi pasir/tanah itu. Musim hujan sudah dekat, namun pengelola jalan tol belum melakukan perbaikan permanen.

Saat badan jalan tol sering diguyur hujan nanti, termasuk bagian yang disangga karung berisi pasir/tanah, pasti akan mudah longsor. Apalagi akan selalu ada getaran dari mobil yang melintas di jalan tol. Ketika terjadi longsor dan kebetulan saat itu ada mobil keluar di gerbang Veteran, tentu akan tertimbun. Korban manusia pun tentu akan muncul.

Apakah perbaikan harus menunggu bagian itu longsor? Apakah harus menunggu jatuh korban manusia? (agus mulyadi)

Senin, 20 Oktober 2008

Pelangi di Curug Ciismun, Kebun Raya Cibodas











Pelangi di Curug Ciismun, Kebun Raya Cibodas

Curug alias Air Terjun Ciismun hanyalah satu di antara beberapa curug yang ada di kawasan Kebun Raya Cibodas. Lokasi air terjun ini sekitar satu kilometer dari gerbang belakang Kebon Raya Cibobas. Dari samping kiri gerbang, Curug Ciismun berjarak sekitar satu kilometer dan ditempuh dengan berjalan kaki. Sekitar 20 meter dari air terjun, kawanan monyet kadang bermunculan dari semak, saat tak ada pengunjung.

Kebun Raya Cibodas memang memiliki kekayaan flaura yang luar biasa. Selain aneka tumbuhan langka, di salah satu sudut taman raya ini terdapat pula rumah kaca berisi berjenis-jenis kaktus dan anggrek. Amboi, indahnya.

Memasuki Kebun Raya Cibodas dari gerbang belakang, kita juga disuguhi pemandangan menawan dari pepohonan yang tumbuh di kanan-kiri jalan. Di belakang sana, duh indahnya puncak Gunung Gede yang terasa begitu dekat. Apalagi pada pagi hari, saat udara masih dingin dengan sinar matahari yang sudah menerangi puncak gunung, seperti pada Agustus 2008 lalu. (agus mulyadi

Rabu, 15 Oktober 2008

Penutup Drainase Ambrol Terus




Penutup Drainase Ambrol Terus


Pengguna jalan yang biasa melintasi kawasan Tanah Kusir, Jakarta Selatan, sering terhambat kerusakan jalan di dua lokasi. Pertama lubang persis di perempatan jalan di samping kuburan, tidak jauh dari perlintasan KA. Lokasi kedua sekitar 40 meter di sebelahnya, persis di perempatan Jalan Bendi Raya. Di lokasi kedua ini lebih parah.




Telah beberapa kali jalan berlubang, karena penutup drainase di bawah jalan ambrol, tak kuat menahan kendaraan yang selalu ramai melintas. Padahal setahun ini saja, telah lebih dari dua kali beton penutup saluran itu ambrol. Beberapa hari ini, hingga Rabu (15 Oktober 2008) penutup drainase di bagian itu kembali berlubang. Ambrol lagi... ambrol lagi...




Ini mungkin karena kualitas perbaikan penutup saluran yang ambrol itu kurang bagus. Atau terlalu banyaknya kendaraan yang melintas menjadi penyebab? Ruas jalan itu mulai dari kawasan Bintaro dan Jalan Veteran, memang sepanjang hari selalu dipadati kendaraan. Ruas itu menjadi jalan utama pengendara yang datang dari Bintaro, serta Serpong, Pamulang, dan sekitarnya yang keluar melalui gerbang tol Veteran.




Gara-gara jalan kembali berlubang, arus kendaraan yang biasa macet kini semakin macet. Entah kapan perbaikan berkualitas, hingga bagian itu tidak berlubang lagi dalam waktu lama, akan dilakukan pemerintah DKI JAkarta. (agus mulyadi)

Sabtu, 11 Oktober 2008

Pencemaran di Pantai Indramayu











Limbah Minyak Mentah Cemari Pantai Indramayu




Pencemaran akibat tumpahnya limbah minyak di perairan Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, seperti tampak pada 2 Oktober 2008 lalu. Warga yang hendak bermain di Pantai Karang Song, Indramayu, terpaksa mengurungkan niat mereka. Air laut tampak berminyak. Kaki dan badan pun langsung hitam, karena limbah minyak mentah menempel. Lokasi Karang Song hanya sekitar lina kilometer utara Kilang Minyak Balongan. Pencemaran ini tentu saja tidak hanya merugikan warga yang hendak berwisata ke pantai, tetapi juga nelayan setempat. Menurut seorang nelayan, pencemaran terjadi akibat bocornya pipa limbah minyak mentah di daerah Tiris, di utara kota Indramayu. Pencemaran seperti ini, kerap terjadi di perairan Indramayu. (agus mulyadi)


Selasa, 07 Oktober 2008

Tujuh Jam Balik Lebaran











TUJUH JAM BALIK LEBARAN

HARI Minggu (5/10), saya yakini sebagai puncak arus balik Hari Raya Idul Fitri 1429 Hijriah. Esok hari, Senin (6/10), adalah hari kerja para pegawai, baik negeri maupun swasta, setelah libur masa Lebaran. Oleh karena itu, saya dan keluarga hari itu urung balik. “Senin besok, pagi-pagi pasti lancar,” pikir saya.
Adik saya dan keluarganya tetap balik dari rumah orangtua kami di Indramayu, Minggu sekitar pukul 17.30. Meski sudah diingatkan jalan pantura dan tol bakal padat kendaraan, dia tetap berangkat karena Senin harus masuk kerja. Alhasil, dia baru tiba di rumahnya pukul 00.30 esok hari. Total butuh delapan jam perjalanan.
Dengan keyakinan penuh perjalanan bakal lancar, kami sekeluarga bangun pagi-pagi, dan meninggalkan rumah orangtua di Indramayu sekitar pukul 06.00. Hingga sebelum Simpang Celeng (Lohbener) perjalanan lancar, karena kendaraan sepi. Namun, saat memasuki Simpang Celeng arus kendaraan dari arah Jatibarang terlihat ramai. Mobil dan sepeda motor melaju perlahan. Wah gawat nih, pertanda bakal kejebak macet.
Betul. Mobil yang kami tumpangi pun harus berjalan merayap. Perjalanan dari Celeng hingga Kertawinangun (Eretan) Kabupaten Indramayu) sepanjang 30 kilometer, butuh satu jam. Sempat lancar setelah itu, namun saat menjelang Pusakanegara (Kabupaten Subang), perjalanan kembali tersendat mulai dari Desa Kebon Danas sepanjang tiga kilometer. Lancar lagi sebentar, lalu macet lagi mulai jalan layang Pamanukan sepanjang lima kilometer. Waktu saat itu pukul 07.45. (Jika jalanan lancar, saat itu seharusnya sudah tiba di tol Cikampek).
Di Desa Mandalawangi, Kecamatan Ciasem, kemacetan kian parah. Semua kendaraan harus merayap dan kadang berhenti di jalan sepanjang lebih dari 10 kilometer. Setelah sempat lancar beberapa kilometer, kemacetan menghadang lagi saat memasuki daerah Patokbeusi.
Kendaraan benar-benar merayap mulai Simpang Jomin hingga gerbang tol Cikampek sepanjang lima kilometer. Saat memasuki gerbang tol, waktu menunjukkan pukul 10.30. Empat setengah jam untuk menempuh perjalanan Indramayu-tol Cikampek! Pada hari biasa saat perjalanan lancar, cuma kurang dua jam untuk jarak yang sama.
Di rest area Kilometer 57 tol Cikampek, kami beristirahat sebentar. Di tempat itu, seorang pemudik asal Solo menyebutkan bahwa dia sudah 13 jam melaju di jalan. Dia berangkat dari Solo pukul 22.00. “Sampai di Cirebon pukul 03.00. Mulai Cirebon kami dihadang jalan macet,” katanya.
Kami pun lalu melanjutkan perjalanan. Sebagaimana pengendara lain, kemacetan masih menghadang di jalan tol Cikampek, mulai Kilometer 39 hingga Kilometer 34. Saya dan keluarga akhirnya tiba di Serpong pukul 13.00. Tujuh jam waktu kami habis di jalan. Biasanya, jarak tempuh Indramayu-Serpong 3,5 jam. (agus mulyadi)